22

240 25 13
                                    

"Kenapa pada diem?". Ucapan Serim memecah keheningan diantara mereka bertiga.

"Yaudah deh gue pergi dulu". Serim beranjak dari ruang tamu menghiraukan dua orang yang tengah memanggil namanya berkali kali.

Nana menghembuskan nafasnya, dia sangat benci terjebak di suasana awkward seperti ini. Ia menatap Allen yang sialnya sudah menatapnya sedari tadi. Ia segera menghadapkan tubuhnya ke Allen yang duduk tepat disampingnya.

"Ada yang pengen kamu sampein dulu dek?". Nana menggeleng mendengar tawaran Allen.

"Lo aja dulu kak"

"Jangan pake Lo-gue, aku engga suka, pake aku-kamu aja biar kerasa spesialnya". Nana terkekeh mendengarnya.

"Kakak sama kak Yukyung juga aku-kamu-an tuh". Ejek Nana.

"Itukan beda dek, awalnya biar ada kesan sopannya gitu, tapi lama-lama dia mintanya gitu-- stop kok kita malah bahas itu sih"

"Jadi gini dek, masalah aku tidur sama Yukyung itu engga bener"

"Aku udah tau kak, udah diceritain sama kak Serim hehe". Allen terdiam, ia lega karena Nana sudah tidak salah paham namun dia cukup kesal dengan Serim karena sukses membuatnya terus mengkhawatirkan hal ini sedari tadi.

"Kak". Allen mendongak menatap kedalam mata Nana.

"Aku minta maaf soal tadi siang, aku.. aku bener bener emosi dan engga tau kalo itu cuma salah paham. Aku udah ngatain kakak, aku bahkan udah nampar kakak, kakak boleh balik nampar aku kok".

Nana menutup erat matanya ketika melihat Allen mengangkat tangannya. Namun beberapa detik kemudian ia tidak merasakan apa-apa. Ia membuka matanya dan mendapati Allen tengah tersenyum manis, sangat manis.

Tangan Allen yang masih menggantung diudara-pun beralih mencubit pipi gadis itu. Sungguh ia tidak tahan untuk tidak mencubit pipinya yang sangat menggemaskan itu.

"Kak Allen ih!". Allen tertawa lalu mengusak rambut Nana pelan.

"Kenapa hm? Aku ganteng?, iya aku tau aku ganteng kok"

"Ih!". Nana yang merasa dipermainkan pun mencubit pipi Allen lalu menariknya yang sukses membuatnya mengaduh kesakitan.

"Aw aw ampun dek ampun hahaha canda dek". Allen mengatur nafasnya, ternyata tertawa melelahkan juga.

"Jadi aku di maafin engga kak?".

"Engga, kamu udah nyubit aku soalnya". Nana melotot kearah Allen.

"Hahaha iya-iya tapi ada syaratnya". Mata Nana seketika berbinar mendengarnya.

"Beneran kak? Syaratnya apa kak?". Tanyanya antusias.

"Serim ga ada kan? Ayo aku kasih tau syaratnya di kamar kamu". Allen menaik turun'kan alisnya.

Wajah Nana memerah, telinganya pun juga. Allen diam-diam tertawa melihat hal itu.

"Kak Allen aku aduin sama kak Serim ya awas aja!". Nana yang sudah salah tingkah tidak sengaja berteriak lalu hendak beranjak dari sana.

"Iya iya engga kok dek engga". Allen yang masih tertawa-pun menarik tangan Nana agar kembali duduk.

"Kamu udah tau'kan alasan aku ngajak kamu ketemuan ditaman kemarin?". Nana menganggukkan kepalanya.

"Aku suka kamu dek, ayo kita jalanin hubungan yang lebih serius dari ini". Sial sial sial kenapa dia menjadi sangat gugup sekarang.

"Dan aku pengen jawaban kamu itu 'iya' ". Nana berdeham lalu mengalihkan pandangannya dari Allen, ah pria itu benar-benar pandai dalam membuat jantungnya berdegup sangat cepat.

Palette ▪ Allen MaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang