13. Lamaran Di Balige

6.3K 867 299
                                    

Haiii ... selamat malam. Semoga selalu sehat dan bahagia ya ...

Chapter ini udah selesai 80% semalam tapi Mami ketiduran. Hari ini rencananya mau diselesaikan pagi, eh ... mami lupa kalo J2 hari ini mulai PAT (Penilaian Akhir Semester) dan laptop dia kuasai ditambah Mami harus wara-wiri ngedaftarin si kk J1 untuk UTBK sekalian bayar uang pendaftarannya.

Akhirnya sedikit lega deh Maminya, baru mulai ngetik lagi dengan gangguan-gangguan yang luar biasa.

So happy reading ya ...

🍁🍁🍁

Song : God Gave Me You – Bryan White

God gave me you to show me what's real
There's more to life with just how I feel
And all that I'm worth is right before my eyes
And all that I live for though I didn't know why
Now I do, 'cause God gave me you

🍁🍁🍁

Mereka tiba di Jakarta menjelang makan siang keesokan harinya dan Sebastian merasa tubuhnya sedikit kaku karena hampir sepanjang perjalanan, dia memaksa tidur dengan memangku Sabrina.

Sabrina yang merasa bersalah. Ketika mereka transit di Singapura paginya, Sabrina mengomel ketika Sebastian mengeluh lehernya sakit. "Kan Adek udah bilang, Bang nggak usah pangku Adek. Sini lehernya biar Adek pijit dulu."

Jadinya Sabrina memijat bahu dan leher Sebastian sambil mereka menikmati sarapan di Bandara Changi, Singapura. Tapi dasar calon suami dengan gen mesum yang luar biasa akut, jadinya pijat memijat malah bikin Sebastian mupeng.

"Dek, kalo bisa nikahnya jangan lama-lama ya."

"Kan tergantung orangtua kita, Bang. Emang kenapa sih, Bang?"

"Abang pengennya dipijit di tempat tidur, Dek."

Sabrina langsung menepuk bahu Sebastian yang sakit. "Ihh ... Abang mesum banget sih!"

Sebastian terkekeh sambil memegangi bahunya yang pegal. "Abisnya Abang udah nggak tahan, Dek. Sumpah deh, ini nahannya juga pake doa-doa segala. Kalo nggak gitu, si jun pengennya nyembur terus."

"Abang ... Adek malu nih." Wajah Sabrina sontak merona. Gara-gara Sebastian, otaknya mendadak ikutan mesum membayangkan yang iya-iya.

Melihat wajah merona Sabrina, Sebastian malah memeluk pinggang Sabrina dan menyurukkan kepalanya di perut gadis itu. "Ya ampun Yang, kamu wangi banget. Abang jadi makin pengen."

"Tauk ah!" Sabrina hanya bisa mengelus kepala Sebastian sambil menahan geli sendiri.

Makanya di pesawat menuju Jakarta, Sabrina ngotot duduk sendiri dan terbukti kan dalam perjalanan kurang lebih 100 menit itu, Sebastian ketiduran. Kacamatanya aja lupa dia lepas hingga Sabrina yang harus melepaskannya.

Emang dasar Sebastian bucin akut, Sabrina sampai merasa tidak enak pada supir keluarga Siregar karena tingkah Sebastian lebay banget. Dia memeluk Sabrina tanpa mau melepaskannya. Bahkan begitu turun dari mobil, dia memaksa untuk mengaitkan tangan mereka hingga Mami meledek mereka habis-habisan.

"Kamu aman kan, Sab?"

"Aman kok, Bou. Abang Seb baik banget."

"Baiknya terpaksa ya, Sab? Takut Bou batalin lamarannya."

"Mami ih ... suka banget bikin Seb panas dingin." Sebastian cemberut. "Lamarin dong, Mi. Kapan berangkat ke rumah Tulang?"

Sabrina menahan tawa melihat sikap manja calon suaminya yang nggak banget itu.

Sebastian dan Sabrina - Pariban Cantik Dari Balige (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang