Dreizehn

583 56 5
                                    

Setelah membayar ongkos taksi, Tae Il segera berlari masuk ke kantor polisi. Dia sudah khawatir setengah mati karena Hae Chan belum pulang-pulang dan betapa terkejutnya dia saat menerima telfon kalau Hae Chan berada di kantor polisi.

"Hae Chan!" panggil Tae Il saat dia melihat Hae Chan duduk di depan salah satu polisi. Ada seseorang juga di sampingnya yang memakai seragam yang sama dengan Hae Chan.

"Kak..." panggilnya lirih saat Tae Il perlahan menghampirinya.

"Apa yang terjadi?" tanya Tae Il.

"Saudara Hae Chan menjadi saksi dari sebuah kasus penganiayaan." Kata polisi yang tadi menanyai Hae Chan.

Tae Il melirik ke arah Hae Chan. "Siapa? Apa kau tidak apa-apa?" tanya Tae Il pada Hae Chan yang dijawab dengan anggukan.

"Tapi temanku tidak kak. Aku ingin segera pergi ke rumah sakit." Kata Hae Chan.

Mendengar kata teman, Tae Il mengalihkan perhatiannya pada Ten. "Kau temannya Hae Chan? Kau baik-baik saja?" tanya Tae Il.

"Ah iya, aku baik-baik saja. Teman kami yang dimaksud Hae Chan adalah Mark. Dia sedang berada di rumah sakit sekarang." Kata Ten.

Tae Il menghela nafas. "Baiklah kita ke sana sekarang. Tapi aku pasti harus melakukan sesuatu dulu di sini kan?" tanya Tae Il pada polisi di sana.

Polisi itu mengangguk. "Karena Hae Chan masih di bawah umur, dia harus mendapat jaminan dari wali nya. Anda hanya perlu menanda tangani formulir ini saja." kata polisi itu sambil menyerahkan selembar kertas pada Tae Il.

Tae Il membacanya sekilas. Lalu dia menandatangani formulir itu dan mengembalikannya pada polisi itu. "Apakah kami bisa segera pergi?" tanya Tae Il lagi.

"Tentu saja. Terima kasih atas kerja samanya. Dan bila kami membutuhkan bantuan anda lagi, kami harap anda bersedia untuk datang." Kata polisi itu.

"Tentu. Kalau begitu kami pamit dulu." kata Tae Il. Kini dia berbicara dengan Hae Chan. "Jadi di rumah sakit mana sekarang temanmu itu?" tanya Tae Il.

***

Tae Il saat ini sedang duduk di sebuah ruangan sedangkan Hae Chan berada di UGD bersama Mark, Ten, dan juga Yuta. Lalu seseorang berpakaian dokter masuk ke ruangan itu.

"Silahkan diminum." Kata Johnny sambil menyodorkan segelas kopi pada Tae Il.

"Padahal kau tidak perlu repot repot." Kata Tae Il. "Maaf tentang apa yang terjadi pada Mark. Aku tidak tahu jika Hae Chan dekat dengan adikmu." Kata Tae Il.

"Ya mereka dekat setelah..." Johnny ragu sejenak saat dia akan menunataskan kalimatnya.

"Setelah apa?" tanya Tae Il.

"Setelah mereka satu sekolah. Adikku ternyata masuk ke sekolah yang sama dengan Hae Chan." Kata Johnny berbohong. Dia sudah berjanji untuk tidak memberi tahukan kejadian malam itu pada Tae Il.

Tae Il menganggukan kepalanya. "Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Tae Il.

"Dia masih belum sadar, namun keadaannya sudah stabil sekarang." Kata Johnny dengan raut wajah yang khawatir.

Sementara itu di ruang UGD, Hae Chan masih saja memandangi sosok Mark yang terbaring di ranjang rumah sakit. Tangannya enggan untuk melepas tangan Mark. Digenggamnya sosok itu seolah dia takut Mark akan pergi.

Yuta yang juga terluka duduk di ranjang yang ada di samping Mark. Tatapannya nampak kosong. Melihat sosok Mark yang terbaring tak berdaya membuat rasa bersalahnya semakin mencuat. Dia sudah ceroboh sehingga Tae Yong mengetahui lokasi Mark. Dia juga sudah membantu Tae Yong dan Do Young melakukan rencana mereka untuk menghabisi Mark. Walaupun begitu, Tae Yong dan Do Young sebenarnya masih peduli pada Mark dan Yuta. Ingatan Yuta kembali melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu.

[MARKXHYUCK FANFIC] - CTRL+Z (Undo) | FIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang