01 [Radit]

33 4 0
                                    

'happy reading'

"AUREL SHERLY MERANIKA TURUN, PUJAAN HATIMU IS WAITING!" teriak Soraya, ibunda Aurel.

Tidak ada sahutan dari kamar Aurel membuat Soraya geram. "Dit, susulin aja kamarnya, sekalian bangunin." Pinta Soraya ramah.

Radit yang tengah membantu Soraya mencuci piring pun bergegas menaiki tangga menuju kamar Aurel. "Iya Bun,"

Jika kalian bertanya bagaimana Radit bisa sangat akrab dengan keluarga Aurel itu karena Radit sudah bersahabat dengan Aurel sejak umur 4 tahun. Mereka berada di sekolah dan kelas yang sama selama ini. Radit juga sudah dianggap anak oleh Soraya, Soraya juga sangat mempercayai Radit.

Yah, 5 tahun sudah berlalu. Sekarang Radit dan Aurel sudah menduduki bangku kelas XI di SMA Nusa Bangsa. Kedekatan mereka masih sama seperti dahulu, tetapi yang berbeda hanya perasaan Aurel kepada Radit. Entah mengapa perasaan Aurel kian membesar seiring berjalannya waktu.

Radit memegang kenop pintu dan memasuki kamar Aurel. Lelaki itu menjatuhkan rahangnya refleks, yang selanjutnya mengambil nafas karena terlalu terkejut. Bagaimana tidak? Kamar Aurel seperti kapal pecah! Bungkus ciki dimana mana, bekas makanan yang belum dibersihkan, tisu yang berserakan dan tentu, Aurel yang masih terlelap tidur. Radit menghela nafas, menyingkirkan selimut yang menutupi setengah badan Aurel.

Radit menggelengkan kepalanya pelan. Tanpa membuang waktu, ia mengambil gayung di kamar mandi dan mencipratkan air ke wajah Aurel. Tetapi masih tidak ada respon dari Aurel. "Kebo, jorok lagi." ucapnya pelan.

BYURR

Gayung yang berisi penuh dengan air itu Radit tumpahkan tanpa belas kasih. Otomatis Aurel bangun dari tidurnya dan misuh tidak jelas.

"MAH TSUNAMI TSUNAMI, TELEPON POLISI!" teriak Aurel setengah sadar.

"Pfft," Radit mati matian menahan tawanya saat melihat reaksi Aurel yang begitu heboh. Ia mengambil handuk dan melemparnya ke kasur Aurel.

"Mandi, 10 menit ga turun gua tinggal." Ucapnya masih menahan tawa. Ia segera berlari dari kamar Aurel karena sebentar lagi....

"RADIITTT! SINI LO HAH BERANINYA LO GUYUR GUE!"

***

Dentingan sendok beradu membuat Soraya bingung dengan kedua remaja yang berada di depannya ini. Biasanya kalau tidak adu mulut ya adu jotos.

"Bun, aku berangkat sendiri aja." Ucap Aurel tanpa memperdulikan Radit yang menatapnya bingung.

Soraya yang awalnya ikutan bingung jadi menahan tawanya. "Aih sia teh kunanon, itu Radit udah nungguin daritadi,"

"Masa tadi Aurel diguyur aer sebaskom sama Radit!" Aurel mengadu kepada Soraya.

Soraya menatap Radit dan memberi jempol, lalu Radit membalas dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Ini kenapa pake acara kedip kedipan sih. Udah ah Aurel males!" Aurel menghentakkan kakinya keluar karena sudah terlanjur kesal.

Radit menatap kepergian Aurel  saat menyadari sesuatu ia langsung tertawa. "REL!" panggilnya sebelum Aurel menjauh.

Aurel membalikkan badannya 'mau minta maaf kan lu' batinnya dalam hati. "Iya yaudah, udah Aurel maafin. Tapi jangan diula-"

"Lo ke sekolah mau pake sendal?" Potong Radit sambil melihat kaki Aurel.

"Eh?" Aurel melihat kakinya. Dan benar saja! Ia memakai sendal swallow alih alih memakai sepatu.

"RADIT LO NYEBELIN!"

AUREL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang