06 [1 hari bersama Arsen]

46 2 1
                                    

"Lo mau ngajak gue kemana sih? Kita udah muterin komplek 3 kali tau gak!" Tanya Aurel kesal sembari memukul punggung Arsen pelan.

Arsen menepikan motornya, ia berpikir sejenak. Hanya ada satu tempat yang ada di pikirannya saat ini. "Ke tongkrongan gue mau?" Ujar Arsen menatap Aurel dari kaca spion.

Mata Aurel membelalak seketika, memikirkan akan secanggung apa dirinya jika bertemu teman teman Arsen. "Gila lo?! Gamau gamau, masa gue cewek sendiri? Terus nanti tongkrongan lo ngerokok, gue benci asap ro-PELAN PELAN CURUT!"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Arsen meng-gas motornya lebih dulu, berniat membungkamkan mulut Aurel yang begitu cempreng. Sebuah tangan yang tiba-tiba melingkar di perut Arsen membuat lelaki itu terkejut bukan main, ia refleks meng-gas motornya lebih kencang. Aurel yang saat itu sudah takut jadi semakin takut.

"SENA PELANIN MOTOR NYA PELANINN! IYA IYA KE TONGKRONGAN LO IYA, TAPI PELANIN INI MOTORNYA. GUE TAU LO PASTI BELUM NYICIL SAMPE LUNAS KAN? UDAH PELANIN MOTORNYAA!!" teriak Aurel sambil mendorong pelan kepala Arsen.

Arsen yang awalnya masih shock, jadi tersadar. Kemudian ia menatap lampu merah yang berada 50 m didepan. Lelaki itu perlahan menghentikan motornya, menunggu lampu merah berubah menjadi lampu hijau. "S-sorry sorry, abis lu tiba-tiba meluk gue, gimana gak kag-"

"EMANG KALO LO KAGET KUDU BANGET NGEBUT GITU?!" teriak Aurel dari jok belakang membuat pengendara lain merasa kaget dan risih.

"Pacarnya marah tuh mas, emang mas apain?" Tanya pengendara motor disebelah kanan mereka.

Wajah Arsen memerah, sadar bahwa mereka menarik perhatian para pengendara. "Eh, dia bukan pac-"

"Di sayang mas pacarnya, kalau dia pindah kelain ati begimane?" Sahut pengendara motor disebelah kiri.

"Ya Allah, lampu ijo kapan?"

Arsen tersenyum kikuk, menatap aneh pengendara di sebelah kiri. "I-iya mas, nanti saya sayangi dan cintai dengan sepenuh hati," jawab Arsen yang membuat Aurel jadi muntah sendiri.

"Sen, ini gabisa trobos aja? Lama banget ijo nya." Bisik Aurel masih dalam keadaan memeluk lelaki itu, bahkan dagu Aurel berada di pundak sebelah kanan Arsen.

Arsen mengangkat alisnya bingung, dan kemudian menolehkan kepalanya sedikit ke sebelah kanan. "Gue juga mau nya sih gitu Rel, tapi SIM gue belum di perpanjang. Kalo ketangkep kan berabe, nanti si lovely yang di sita"

"Lovely? Nama motornya lovely?! Kalah alay si Reno" batin Aurel jijik.

Aurel yang awalnya membatin jadi membelalak senang. "SEN IJO SEN, GAS!" Teriak wanita itu sembari mengepalkan tangannya diatas udara.

Arsen menurunkan kaca helmnya. Pandangannya fokus lurus kedepan. "Ok, dalam hitungan ketiga kita ngebut. Lo pegangan yang kenceng,"

"1"

"2"

"3"

"AAAAAAAAAA SENAA"

***

Sebuah motor ninja berwarna merah diparkirkan dengan rapi didepan warung seorang wanita paruh baya. Arsen melepaskan helmnya pelan. Sedangkan Aurel masih setia dengan posisi memeluk lelaki itu.

Arsen menepuk pelan tangan Aurel yang melingkar di perutnya. "Ay, udah nyampe ay." Bisik lelaki itu lembut.

Aurel membuka matanya perlahan dan akhirnya bernapas lega. "Kita selamat kan? Kita masih didunia kan, belum mati?"

AUREL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang