05 [Patah Hati]

24 3 0
                                    

Aurel terkejut saat mendengarkan pernyataan Radit. Entahlah, saat ini ia ingin menampar lelaki di depannya ini dan menangis sekencang kencangnya. Namun, siapa dia yang berhak melakukan itu?

"Lo kenapa Rel?" Radit bingung saat melihat mata Aurel yang berkaca kaca.

Aurel tersenyum paksa. "Kaget aja gitu, Radit yang dulu polosnya minta ampun sekarang udah kenal cinta - cintaan," ucapnya tersenyum paksa.

Radit membalas senyuman Aurel yang begitu manis. "Lo emang sahabat gue yang paling pengertian sedunia." Kata Radit bangga.

Aurel menghilangkan senyumannya. "Iya, sahabat."

"Lo mau kan bantu gue? Soalnya kemaren gue liat lo deket banget sama Salsa" tanya Radit memastikan.

Mau tak mau Aurel menganggukkan kepalanya. "Apa sih yang enggak buat Radit?" Balas Aurel dengan tawa kecil.

Radit tersenyum lebar saat mendengar jawaban Aurel. "Udah yuk, sekarang pulang. Udah mau siang" ajaknya sembari menggenggam tangan Aurel erat. Aurel pasrah saja saat Radit menarik dirinya. Ia mengelap butiran bening di matanya tanpa sepengetahuan Radit.

"I love you, but i cant" gumam Aurel pelan.

***

Arsen memakai jaketnya dan mengambil kunci motor dengan terburu buru. Galang yang sedang bermain ps itu menatap Arsen sekilas. "Mau kemana lo?"

"Mau ke Indomaret. Ayah nitip rohto sama adek gue nitip susu." Jawab Arsen cepat.

"Sen gue nitip—lah ilang" Galang sedikit terkejut saat melihat Arsen sudah keluar dari halaman rumahnya.






Tak sampai 5 menit, Arsen sudah berada di depan minimarket. Tanpa membuang waktu, ia mengambil barang yang dititipkan dan langsung membayarnya di kasir.

"Total 25.000 kak, ingin memakai plastik?" Tawar staff minimarket tersebut.

"Pake mbak," jawab Arsen singkat.

"Mau sekalian pulsa nya kak?"

"Enggak mbak makasih. Rumah saya pake Wi-Fi."

"Ada promo roti beli 1 gratis 5, mau kak?"

"Enggak usah mbak. Saya alergi gandum."

"Kalau begitu teh sosro nya mau? Sedang dikenakan potongan 2 rb untuk setiap 3 pembelian"

"ENGGAK MBAK, GAUSAH"

"O-oke. Kembalian 500 perak nya ingin di donasikan?"

"TERSERAH MBAK NYA AJA LAH, SAYA PUSING!" Balas Arsen setengah berteriak sambil menghentakkan kakinya geram.

Arsen keluar dari minimarket tersebut. Ia meraih kunci motor yang berada di sakunya dengan kesal. "Berbusa mulut gue ngeladenin mbak mbak nya" kesal Arsen.

"Kayaknya gue suka sama Salsa, Lo mau bantuin gue?"

Samar samar Arsen mendengar pembicaraan seseorang di taman. Karena penasaran, Arsen mengikuti arah suara tersebut. Ia melihat Aurel dan Radit yang tengah memakan es krim di kursi taman. Dapat terlihat Aurel menahan tangisnya saat itu, tetapi mengapa Radit sangat tidak peka?

Arsen yang kasihan dengan Aurel hanya bisa menatapnya iba dari kejauhan. Akan aneh jika tiba tiba ia datang dan memeluk gadis itu.

Saat Aurel dan Radit bergegas pulang, Arsen membuntuti mereka dari belakang. Sampai akhirnya ia sampai di rumah yang dapat terbilang cukup besar. Arsen melihat Radit melambaikan tangannya kepada Aurel dan pergi begitu saja.

AUREL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang