Apakah hubungan ku dengannya akan rusak oleh satu kalimat yang selama ini ku pendam?
***
Aurel berlari memasuki kelasnya dengan hati yang gundah. Tadi Aurel sempat mengantar Salsa ke ruang kepala sekolah, alhasil ia jadi terlambat masuk kelas. Ia yakin kalau Bu Mirna pasti akan menceramahinya minimal 20 menit dan berakhir dengan hukuman.
Aurel menatap pintu kelasnya dengan nanar. Ia mengintip ke jendela dan melihat bahwa Bu Mirna sedang menerangkan pelajaran dengan serius. Ini kesempatan yang bagus!
Aurel membuka pintu bercat putih itu dengan hati-hati. Entah mengapa satu kelas melihatnya dengan tatapan iba. Radit meng-kode Aurel agar segera berbalik kebelakang.
"Rel belakang lo" bisik Radit kepada Aurel.
"Hah apa sih! Belerang? Beranak? Ber apa?!" Balas Aurel kepada Radit dengan hati hati.
"Belakang dodol!" Tiba - tiba Reno ikut berbisik.
"Oh bela-" Aurel mengerti maksud ucapan Reno dan membalikkan tubuhnya 180°. Dilihatnya Bu Mirna yang sedang menatapnya ganas, seakan ingin memangsa Aurel.
"-kang" lanjutnya.
"Aurel." Panggil Bu Mirna dengan penekanan didalamnya.
"Eh ada ibu Mirna yang paling cantik sejagat raya, ada apa ibu.." balas Aurel tersenyum palsu sambil mengelap keringat yang mengucur deras di jidat nya.
"Kenapa kamu telat?!" Marah Bu Mirna.
"Wes, santai Bu jangan ngegas. Nanti tambah keriput loh. Tuh liat tuh dibawah hidung ibu ada jerawat. Terus ibu punya mata pan-"
"Saya tanya kamu kenapa telat Aurel!" Teriak Bu Mirna naik pitam.
"Saya tadi nganter anak baru ke ruang kepsek Bu. Terus tali sepatu saya gak sengaja keinjek, jadinya handphone saya sempet jatoh, nah pas say-"
Bu Mirna merasa janggal. Ia menatap mata Aurel tajam. "Sebentar, kamu bawa hape?"
Aurel mengangguk yakin. "Ya bawa lah bu-eh enggak Bu! Gak bawa itu mainan doang yang bunyinya aiyaya bang jali makan pete. Serius Bu saya gabawa hape, ibu bisa cek tas sa-"
"Ikut saya ke ruang BK se.ka.rang!" Teriak Bu Mirna sambil melangkah keluar kelas.
"Pfft. HAHAHAHAHAH REL MAMPUS. MAKANYA JANGAN SUKA SOK IYE SAMA GUE!" Reno tertawa puas, menjulurkan lidahnya meledek Aurel.
Mata Aurel memicing tajam. "Awas aja lo!"
***
Sekarang waktu menunjukkan pukul 5 sore, kini Aurel sedang berada di perpustakaan. Semua temannya sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Pada awalnya Radit kekeuh ingin menemani Aurel sampai Aurel selesai dengan hukumannya. Tetapi Aurel menolak dan berakhir di perpustakaan sendirian.
Ia menatap kertas didepannya dan membuang nafas nya kasar. Bagaimana tidak? Ia disuruh Bu Mirna untuk menuliskan kata 'Saya telat masuk kelas. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi' sampai dua kertas polio penuh. Ia sampai muak dengan tulisannya yang makin kebawah makin jelek.
15 menit berlalu. Kini kedua polionya sudah penuh oleh kalimat mematikan.
Saat sedang merenggangkan tubuhnya, tiba tiba seseorang tidak sengaja menumpahkan air mineral sehingga basah mengenai polionya.
Aurel terkejut bukan main. Ia melebarkan matanya, menatap lelaki didepannya ini dengan aura kebencian. "HEH ELO KALO JALAN LIAT LIAT DONG. INI POLIO GUE BASAH GEGARA AIR MINUM LO!" teriak Aurel tidak bisa membendung amarahnya. Untung di perpustakaan itu hanya ada dia dan lelaki didepannya ini.
"Oh, kena polio lo? Yaudah tinggal bikin lagi aja apa susahnya sih." Balas lelaki itu seenaknya dan langsung pergi menuju rak untuk mengembalikan buku.
Aurel terdiam di tempat tidak berdaya. Bisa bisanya lelaki ini meremehkan hasil kerja kerasnya. "HEH ORANG YANG BAJU NYA DIKELUARIN, TANGGUNG JAWAB GAK!" Teriak Aurel masih sangat marah.
Lelaki itu menatap Aurel sebentar. "Gue punya nama! Nama gue Arsen Dewantara, biasa dipanggil Arsen. Anak dari Papa Dewa dan Mam-"
"GUE GAK NANYA NAMA LO SENA! YANG GUE MAU LO TANGGUNG JAWAB NIH!" Ucap Aurel menunjuk kertas basah di mejanya.
"Nama gue Arsen, bukan Sena! Enak aja nama gue udah bagus maen lo ganti ganti aja. Terus apa kata lo? Tanggung jawab? Emang gue ngapain lo sampe gue harus tanggung jawab?!" Balasnya ambigu.
"Heh Sena! Lo udah ngebasahin kertas polio gue. Bukan satu, tapi d.u.a! Gamau tau, lo harus ganti kertas gue!" Ucap Aurel dengan penekanan.
"Arsen curut! Bukan Sena!" Balas Arsen kesal. Arsen membuang nafasnya kasar. "Yaudah sini mana kertasnya!"
"Kok jadi lo yang nyolot. Mata lo buta? Tuh di meja kertasnya!" Balas Aurel tak kalah nyolot.
Arsen melangkahkan kakinya menuju meja yang ditunjuk Aurel. Ia terkejut saat melihat betapa penuhnya kertas folio itu, bahkan ada 2 kertas folio.
"Ini seriusan? Banyak banget!" Ucap Arsen melongo tidak percaya.
Aurel menghampiri Arsen, ia melihat kertas basah yang berada diatas meja. "Banyak banget ya? Emang tuh Bu Mirna gak ada akhlak nya banget!" Ucapnya mengoceh tidak jelas.
Arsen melihat wajah Aurel dari samping. 'kok cantik juga' batinnya tanpa sadar.
"Lo denger gue gak sih?!" Aurel kini menatap Arsen yang sedang menatapnya juga. Mereka larut dalam tatapan itu. Tetapi jarak keduanya terlalu dekat. Aurel yang merasa risih pun segera mengalihkan pandangannya.
"Jadi lo mau tanggung jawab apa enggak?!" Tanya Aurel untuk kesekian kalinya.
Arsen menatap Aurel yang tengah gugup di tempat. Tiba-tiba sepintas ide masuk kedalam otak cerdasnya. Arsen memajukan langkahnya mendekati Aurel. Aurel yang melihat itu refleks memundurkan langkahnya perlahan. "M-mau apa lo?!" Tanyanya gugup.
Melihat reaksi Aurel, Arsen menyunggingkan senyumnya. "Lo gak takut berduaan sama cowok yang enggak lo kenal di perpustakaan yang gak ada orangnya?" Ucap Arsen masih memajukan langkahnya hingga punggung Aurel menabrak tembok.
"L-lo mau ngapain!" Ucap Aurel takut.
"Kalo lo minta gue tanggung jawab ada syarat nya." Ujar Arsen sok cool.
"A-apa?" Balas Aurel.
Arsen menatap Aurel dengan penuh kemenangan "Jadi pacar gue ya?"
Aurel yang terkejut mendengar ucapan Arsen pun secara refleks menendang selangkangan lelaki itu.
"KAMP***!" Arsen mengeluh kesakitan.
"Heh kambing! Gak sudi gue pacaran sama lo! Inget ya, jangan samain gue sama cewek yang langsung kepincut sama jamet kuproy kayak lo!" Ucap Aurel kesal dan langsung meninggalkan perpustakaan.
Tiba tiba ia berbalik lagi memasuki perpustakaan. "Jangan lupa gantiin folio gue. Besok gue ambil!" Ujarnya dengan kesal.
Arsen menatap kepergian wanita aneh itu. "Aneh,"
"Tapi cantik" lanjutnya tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya.
******
Hai haii
aku up lagi niihhh. Triple update dong ya? HahahahaJangan lupa di vote dan komen ya hyung!
KAMU SEDANG MEMBACA
AUREL [ON GOING]
Teen FictionBagaimana jika minyak dan air bersatu. mustahil bukan? Sama halnya dengan Radit dan Aurel. Sepasang remaja labil yang tak pernah terpisahkan namun juga tidak bisa bersatu. Jika kalian menganggap mereka berdua adalah sepasang kekasih maka kalian sem...