Radit menaruh tas dibangkunya, mengeluarkan satu bungkus roti dan satu kotak susu coklat. Ia berjalan mendekati bangku Salsa, kemudian menaruh barang itu di mejanya.
Salsa yang saat itu sedang mendengarkan musik jadi terkejut karena kedatangan Radit yang tiba-tiba.
“Buat lo, tadi gue kelebihan beli nya.” Kata Radit canggung sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Salsa mengambil pemberian Radit perlahan. Awalnya ia merasa aneh dengan sikap Radit yang tiba-tiba ini, tetapi kemudian ia tersenyum.
“Makasih Radit! Tapi kok lo bisa tau gue suka susu coklat?” Tanya Salsa penasaran.
“O-oh, gue juga emang suka susu coklat, terus tadi kelebihan aja belinya.” Jawab Radit menutupi kegundahannya.
Tak berselang lama, Aurel datang bersama dengan Shera. Kedua perempuan itu langsung menaruh tas dibangku mereka masing masing dan keluar ruangan kelas untuk mengisi waktu mereka sebelum bel masuk berbunyi.
Radit diam-diam mengikuti Aurel dan merangkul leher perempuan itu. “Rel, beneran dong! Dia suka susu coklat. Thanks ya udah kasih tau,” kata Radit senang.
Shera menatap Radit dengan sedikit kesal. Aurel yang menangkap ekspresi kesal Shera langsung menggenggam tangan perempuan itu dan tersenyum seakan mengatakan bahwa dia baik baik saja. “Widih tinggal nunggu PJ dong?” canda Aurel tersenyum paksa. “Oh iya Dit, bunda tadi bikinin nasi goreng. Lo mau gak?” tawar Aurel memperlihatkan kotak bekal di tangan kirinya.
Radit menggeleng pelan. “Engga usah Rel, lo aja. Gue udah makan.” Tolak Radit. “Eh gue mau ke lapangan dulu ya, mau liat anak-anak main.” Tambahnya sambil berlari meninggalkan Aurel dan Shera.
Shera menatap Aurel dengan kasihan. Gimana enggak, itu nasi goreng sebenernya Aurel yang bikin, tapi karna malu dia malah bilang kalo yang bikin bundanya. Emang sih, Aurel enggak pinter pinter amat soal masak, tapi dia nyiapin itu dari jam 4 subuh. Ngebayanginnya aja udah sesek gitu kan.
“Kenapa sih lo? Lagian kalau dia udah sarapan gue bisa apa. Paling nasi gorengnya gue kasih Pa Amir aja,” kata Aurel putus asa.
Shera yang awalnya tidak tahu ingin berkata apa pun menjadi semangat saat melihat seorang lelaki yang datang dari gerbang. “Rel. Gue tau ini bakalan aneh, tapi kenapa enggak lo coba buat kasih ke Arsen aja. Muka muka kaya dia tuh pasti belum sarapan.” Saran Shera mengangkat alisnya jahil.
“Gila lo? Gamau ah. Gue bikin dari jam 4, masa akhirnya dikasihnya ke Sena. No wa—”
“Hai cewek,” sapa seorang lelaki yang menepuk pundak Aurel tiba tiba.
“KAMBING. KAGET GUE!” teriak Aurel memukul lengan Arsen bertubi-tubi.
Arsen cengengesan ganteng. Kemudian perhatiannya beralih ke tangan kiri Aurel yang sedang memegang kotak bekal. “Eh apatuh, makanan ya? Tau aja lo kalo gue belum sarapan. Makas-“
“ENGGAK! INI BEKEL GUE.” Kata Aurel sambil menyingkirkan tangan Arsen yang berusaha mengambil kotak bekalnya.
“Gue gak nanya. Cus ke kantin makan sama gue,” balas Arsen. Lelaki itu menarik pergelangan tangan Aurel perlahan namun susah untuk dilepas.
“SHER TOLONG SHER. PERCAYALAH, DIA ANAK PSIKOPAT, KALO GUE DI MUTILASI GIMANA. SHER, WOY SHERAA” teriak Aurel yang semakin jauh semakin kencang.
Shera tertawa puas, memandang gembira sahabatnya yang sedang misuh kepada Arsen. “Finally, someone loves you dear.”
“Iye, akhirnya ada juga yang demen sama tu anak singa,” sahut Reno yang tiba-tiba datang disamping Shera.
“Untung gue gapunya penyakit jantung No,”
“Iya, untung aja. Coba kalo gue yang punya penyakit jantung, bisa bisa kambuh terus kalo deket sama lo,”
***
“Apasih lo! Kok ngajak gue ke kantin. 5 menit lagi masuk dodol!” kata Aurel kesal.
“Lo juga belom sarapan kan?! Lo tuh punya maag, udah gitu lo anemia lagi. Kalo kambuh gimana hah?! Gue yang repot!” ceramah Arsen sambil menyuapi Aurel sesendok nasi goreng.
Aurel yang saat itu masih belum sadar pun hanya menerima suapan dari Arsen. “I-iya, tapikan yang bakal repot kan anak PMR. Eh bentar, kok lo tau gue punya maag sama anemia?”
Arsen mengambil nasi dan menyuapkannya lagi kedalam mulut Aurel. “Gue kan ketua PMR, gua punya semua data anak yang pernah ke UKS”
Aurel yang lagi-lagi belum sadar pun menerima suapan dari Arsen lagi. “Kok gue baru tau ya? Kok lo keren,” kata Aurel menatap Arsen kagum.
“Yaiyalah lo baru tau, orang selama ini yang lo perhatiin cuma si Radit Radit itu. Terus gimana, lo jadinya nyomblangin mereka?” Tanya Arsen menatap Aurel penasaran.
“Iya. Lagian kalau Radit sukanya sama Salsa gue bisa apa. Gue cuma bisa kagumin dia dari jauh. Eh dari deket deh, kan gue sama dia nempel terus.” Jawab Aurel polos.
Arsen tidak bisa menahan senyumannya. Berarti sekarang ia sudah tidak memiliki saingan. “Eh eh Rel, lo tau gak? Bapaknya si Budi, si anak kelas XI MIPA 3 ternyata—”
PRANG
Seorang wanita menyenggol meja Aurel dan Radit secara tiba-tiba. Akibatnya, gelas yang berada di pojok meja bagian Aurel pun jatuh dan pecah mengenai kaki wanita itu. Tak hanya itu, jus mangga nya pun tumpah mengotori rok Aurel”
“Ups, sorry. Gue gak sengaja. Berapa harga jus mangganya? Biar gue ganti” ucap wanita itu dengan nada yang bercanda dan meremehkan.
“LO KALO JALAN BISA LIAT LIAT KAN. TERUS ABIS LO GANTI LO KABUR GITU? ENAK AJA! ITU ROK DIA KOT—”
“Sen udah Sen, gapapa. Mungkin dia emang enggak sengaja. Rok gue cepet kering kok. Dia perempuan, jangan di ma—”
“Gak sengaja gimana. Gue daritadi emang udah merhatiin gerak gerik ni cewek, dia sengaja Rel,” balas Arsen merendahkan suaranya.
"Kenapa sayang?" Seorang lelaki yang Aurel tidak kenal muncul dari belakang wanita yang menyenggol mejanya.
"N-nathan?!"
---------
Hai guys
Maaf babget karna aku udh lama ga up ㅠㅠ
soalnya aku sibuk, kebanyakan tugas 😭😭Kalo vote sama komennya banyak aku up lagi deh
KAMU SEDANG MEMBACA
AUREL [ON GOING]
Novela JuvenilBagaimana jika minyak dan air bersatu. mustahil bukan? Sama halnya dengan Radit dan Aurel. Sepasang remaja labil yang tak pernah terpisahkan namun juga tidak bisa bersatu. Jika kalian menganggap mereka berdua adalah sepasang kekasih maka kalian sem...