Tawanya begitu menghangatkan. Sayangnya hatinya bukan untukku
***
"AUREEL! YA AMPUN NAK UDAH JAM 06:50 KAMU MASIH TIDUR. HEH BANGUN CEPET MANDI!" teriak Soraya tidak habis pikir dengan anaknya.
Aurel mendesah pelan mematikan bunyi alarm dari ponselnya. "Iya Bun sebentar, 5 menit lag— KOK UDAH JAM SEGINI?!" Aurel membanting ponselnya dan langsung bergegas menuju kamar mandi.
15 menit kemudian Aurel turun dari kamarnya dengan penampilan yang masih berantakan. Ia mengambil roti di meja dan langsung memasukkannya kedalam mulut.
Tak lupa, Aurel salim kepada ibunda nya. "Aurwel bwerangkwat dwulu" ucapnya dengan mulut yang masih mengunyah roti.
Soraya menggeleng pelan melihat kelakuan putrinya. "Yaudah sana hati hati,"
Radit memang sempat datang menemui Soraya. Lelaki itu izin untuk absen tidak menjemput Aurel dikarenakan ada latihan basket di sekolah.
Aurel berlari mencari angkutan umum, tetapi tidak ada satupun yang berhenti. "Iih ini Radit kenapa gak jemput gue sih! Sekarang gerbang pasti udah di tutup, terus gue gimana?" Ucapnya geram.
Tak lama kemudian, seorang lelaki yang memakai seragam SMA Nusa bangsa menghampiri Aurel.
"Telat juga lo? Mau bareng gak?" Ucapnya tanpa membuka helm full face nya.
Aurel yang masih kelimpungan mencari angkutan umum pun berfikir sejenak. Apakah dia harus mempercayai lelaki ini. Bagaimana jika lelaki ini adalah penculik yang menyamar menjadi siswa. Tetapi jika tidak cepat datang ke sekolah maka hukumannya akan lebih berat.
"Gue—"
Lelaki itu jengah dengan Aurel yang masih diam di tempat. Kemudian ia menarik pergelangan tangan Aurel untuk naik ke motor sportnya. "Lama lo. Pegangan, gue bakal ngebut." Ucapnya dan langsung meng-gas motor nya dengan kecepatan diatas rata rata.
Aurel yang masih membenarkan tasnya refleks memeluk pinggang lelaki di depannya itu. "HEH PELAN PELAN, GUE GAMAU MATI MUDA. GUE MASIH MAU NIKAH SAMA RADIT. GUE JUGA PUNYA UTANG DI KANTIN, KALO GUE MATI SIAPA YANG BAYAR. WOY BERHENTI!" ucapnya berteriak masih memeluk pinggang lelaki itu.
Lelaki itu menahan tawanya. "Lo masih nyaman meluk gue kayak gini?" Ucapnya santai. Ternyata mereka sudah sampai di sekolah.
Aurel membuka matanya perlahan, melepaskan pelukannya dengan cepat. "Kok lo ga bilang kalo udah nyampe!" Ucapnya dan langsung menuruni motor.
Lelaki itu melepas helm nya, terlihat lah Arsen yang sedang tersenyum tidak berdosa.
Aurel terkejut bukan main, ternyata lelaki mesum ini yang memberinya tumpangan. "Elo lagi?!" Ujar nya tidak santai.
Arsen menyunggingkan senyumnya lebih lebar. "Sama-sama cantik,"
Aurel memutar bola matanya jengah. Kemudian ia langsung bergegas menuju gerbang dimana para murid akan dihukum.
Arsen menarik pergelangan tangan Aurel sehingga langkah Aurel terhenti. "Lo mau dimakan idup idup sama Bu Mirna?" Ucap Arsen melebih lebihkan. Aurel menggelengkan kepalanya spontan.
"Yaudah, ikut gue" ucap Arsen sembari menggenggam tangan Aurel.
Arsen membawa Aurel menuju tempat dimana ia sering membolos disitu. Arsen mengambil tangga dan disenderkan ke dinding yang menjulang tinggi.
"Naik." Suruh Arsen kepada Aurel.
Aurel yang takut akan ketinggian itu menggelengkan kepalanya. "Takut, lo dulu aja deh." Ucapnya memelas dengan ekspresi yang menurut Arsen sangat imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUREL [ON GOING]
Teen FictionBagaimana jika minyak dan air bersatu. mustahil bukan? Sama halnya dengan Radit dan Aurel. Sepasang remaja labil yang tak pernah terpisahkan namun juga tidak bisa bersatu. Jika kalian menganggap mereka berdua adalah sepasang kekasih maka kalian sem...