Ana pov
Ana Renata, itu namaku. Aku berusia 15 tahun. Dari kecil aku tinggal di Bandung, bersama ayah, ibu, dan adik perempuanku. Hidup dengan segala kesederhanaan yang ada. Namun aku tak pernah iri dengan kemewahan yang dimiliki teman-temanku, karna aku sadar apa yang aku miliki mungkin adalah impian bagi sebagian orang. Ayah dan ibu yang sayang sama aku, adik perempuan yang aku sayangi, tempat tinggal yang nyaman, serta sahabat-sahabatku di sekolah yang selalu mewarnai hari-hariku. Sesimple itu bahagia bagiku.
Hingga tiba dimana saat itu aku duduk dikelas 3 SMP-saat itu masih pertengahan semester- saat sampai dirumah selepas pulang sekolah, aku mendapati ibuku yang terduduk lemas disofa sambil menangis, dan adikku yang memeluknya dari samping pun juga menangis. Aku berlari ke arah mereka,
"Ibu, ada apa? Apa yang terjadi?" Tanyaku sambil duduk di samping ibu.Ibu tidak menjawab, ia memelukku erat dengan tangis yang semakin menjadi.
"Ada apa bu?""Pesawat yang ditumpangi ayahmu kecelakaan nak, da.. dan masuk ke laut" jawab ibu.
Tubuhku lemas, air mataku jatuh tanpa diminta. Ayahku, cinta pertamaku, pahlawanku, laki-laki yang selalu berjuang demi kebahagiaan ibu, adik, dan aku. Aku tak mampu menjelaskan betapa hancurnya hatiku mendengar berita itu. Aku sangat-sangat berharap jika saat itu hanyalah sebuah mimpi, dan aku ingin sesegera mungkin untuk bangun. Namun ini nyata. Aku kehilangan sebagian kebahagiaan yang selama ini terjalin dalam kesederhanaan. Mungkin setelah ini aku akan tau rasanya iri terhadap kebahagiaan-yang masih dimiliki- orang lain.
Memang ayahku ada tugas kantor yang mengharuskannya keluar kota. Ia berangkat jam 10 siang tadi. Paginya ia masih sempat mengantarkan aku dan adikku sekolah. Namun aku tak menyangka bahwa itu adalah pertemuan terakhir kita.
Setelah ayah kecelakaan, ibu memutuskan untuk pindah ke Jakarta, tempat nenek kami tinggal. Namun kata ibu, aku harus menyelesaikan dulu masa SMPku Bandung. Nenek tinggal sendirian karna kakek sudah meninggal 3 tahun lalu.
Setelah 5 bulan berlalu, aku telah lulus dari SMP. Lalu kami meninggalkan Bandung untuk ke Jakarta, meninggalkan rumah yang selama ini menjadi saksi bahwa kebahagiaan tak selalu tentang uang. Karna keluarga, adalah harta yang paling berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scouting Moments
Teen FictionMomen-momen pramuka? Momen seperti apa sih? Bukan cerita bad boys ketemu good girls atau sebaliknya, bukan juga perjodohan di usia dini. Maaf ya kalo banyak typo dan sedikit absurd ♡ Enjoy the story ♡