Senin pagi semua siswa siswi wajib masuk sekolah dan mengikuti upacara bendera tanpa terkecuali. Baik yang kemarin ikut perpegak ataupun yang tidak ikut, tidak ada dispensasi apapun. Terkadang dunia memang sekejam itu.
"Ini gue apa izin tidur di UKS aja ya? Kepala gue rasanya berat banget, sumpah" Dita mengeluh pada Ana. Mungkin Dita kecapekan karna kegiatan tiga hari kemarin.
"Yaudah izin gih, trus aku anterin ke UKS nya. Kalo sendiri takutnya nabrak tembok lagi" Ana sebenarnya juga khawatir melihat Dita yang kini pucat.
"Bu saya izin ke UKS, saya nggak enak badan" Bu Gita yang melihat wajah Dita yang sudah seperti vampir pun mengizinkan.
"Bu saya izin nganterin Dita" Ana juga izin.
"Tapi kamu harus secepatnya balik ke kelas ya Ana"
"Baik bu" Ana memegangi lengan Dita dari kelas sampai di UKS, ia takut jika Dita tiba-tiba pingsan.
Di UKS ada petugas PMR yang jaga dan dokter yang memang tadi menangani murid yang sakit bahkan pingsan saat upacara bendera.
"Lo balik aja Na, gue nggak papa, udah ada petugas PMR sama dokter juga. Ntar lo dimarahin bu Gita kalo nggak balik-balik" Dita meyakinkan Ana yang ragu untuk meninggalkan sahabatnya itu di UKS dalam keadaan seperti ini.
"Beneran?" Ana masih ragu untuk meninggalkan Dita.
"Iya, udah sana"
"Yaudah aku balik, nanti aku kesini lagi pas istirahat"
Ana meninggalkan Dita di UKS, ia berjalan kembali ke kelas.
Namun saat berada di depan gudang pramuka, Ana mendengar suara grasak-grusuk dari dalam. Ia juga melihat pintu yang sedikit terbuka.
Ana penasaran, makhluk jenis apakah yang didalam sana. Ia mendekati pintu yang terbuka untuk mengintip.
Namun tiba-tiba saja pintunya terbuka, Ana terpelonjak kaget.
"Astagfirullah"Orang yang baru saja keluar dari gudang pun terkejut akan keberadaan Ana disana.
"Ngapain?" Tanya Radit dengan kening berkerut."Ma.. maaf kak, tadi saya kira penyusup atau maling atau apa yang berniat jahat"
Radit terdiam. Ia merogoh saku almamaternya lalu mengeluarkan sesuatu berwarna ungu. Benda itu di sodorkan pada Ana.
"In.. ini apa kak?" Jawab Ana gugup.
"Coklat."
"Bu.. buat apa?" Ana masih sangat bingung, kenapa Radit memberinya coklat.
"Buat mandi. Dimakanlah" jawab Radit yang sudah mulai tidak sabar karna Ana tak kunjung menerimanya.
"Buat aku?" Tanya Ana lagi.
Kesabaran Radit telah habis. Ia meraih tangan kanan Ana lalu memberikan coklat tersebut.
"Buat nyokap lo, kalo lo nggak mau. Adik gue nggak boleh makan coklat banyak-banyak. Daripada mubadzir" ternyata coklat itu coklat yang Radit ambil untuk diberikan pada adiknya semalam di supermarket, ternyata adiknya sudah mengambil juga, namun Radit tak berniat mengembalikan coklat itu ke rak. Jadilah kini coklat itu kini di tangan Ana.Radit segera berlalu meninggalkan Ana yang masih mencerna apa yang barusan terjadi. Ana segera tersadar. Ia melihat ke sekeliling, sepi tak ada seorangpun.
Ia senyum senyum tidak jelas sambil berjalan menuju ke kelas."Dit aku sebenernya pengen anterin kamu pulang, tapi aku nggak bisa bawa mobil kamu."
"Nggak usah Na, nggak papa."
"Yaudah aku anterin kamu naik taksi aja. Mobil kamu di tinggal disini gimana?" Tanya Ana yang benar-benar khawatir dengan kondisi Dita yang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scouting Moments
Teen FictionMomen-momen pramuka? Momen seperti apa sih? Bukan cerita bad boys ketemu good girls atau sebaliknya, bukan juga perjodohan di usia dini. Maaf ya kalo banyak typo dan sedikit absurd ♡ Enjoy the story ♡