part-4

9 2 0
                                    

Semua peserta perkemahan sudah tertidur lelap, bahkan panitia pun juga telah beristirahat, hanya beberapa yang masih terjaga untuk berjaga.

Ana tiba-tiba terbangun, ia ingin ke toilet, namun melihat wajah teman-temannya yang tertidur pulas karna kecapekan Ana tak tega membangunkan mereka. Ana memutuskan pergi sendiri ke toilet, karna memang jaraknya yang tidak terlalu jauh.
Ana keluar dari tenda,
"Aduh, emang harusnya tadi sore aku nggak minum teh manis" lirih Ana, ia melirik ke jam di tangannya, sekarang sudah pukul setengah satu pagi.

Ana pergi ke toilet dengan celingukan. Sepi, sunyi, gelap, namun tenang, itu yang menyelimuti bumi perkemahan dini hari saat ini. Ia masuk ke toilet. Setelah beberapa saat Ana keluar.
"Huh" leganya.

Ana akan melangkah kembali ke tenda namun ia mendengar suara 'srek srek..'
Ana mulai merinding, ia memejamkan matanya lalu menengok ke arah kanan. Ia belum berani membuka mata, hingga ia merasakan wajahnya diterpa angin, lebih tepatnya ditiup. Ana semakin ketakutan. Setelah mengumpulkan keberanian, Ana membuka mata.
"Astagfirullah" Ana terkejut, karna tepat didepannya berdiri sesosok makhluk.

"Ngapain?" Makhluk itu membuka suara. Yaa makhluk, makhluk wattpad kalo kata Dita.

Ana menghela napas panjang, ia bersyukur, setidaknya makhluk ini bukan pemangsa manusia. Ana yang masih gemetar mencoba menenangkan diri.

"Ma.. maaf kak, tapi kakak ngagetin. Gimana kalo tadi aku pingsan?" Kalimat itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Ana.

Radit yang mendengar malah mengangkat sebelah alisnya, ia merasa bahwa itu bukan jawaban yang seharusnya diucapkan oleh Ana atas pertanyaannya tadi.
"Ngapain?" Radit mengulang pertanyaannya.

"Hah? Ngapain pingsan maksudnya kak? Ya kalo orang ketakutan terus pingsan itu kan wajar" jawab Ana.

Radit tersenyum miring, hanya sebentar, lalu raut wajahnya kembali datar.
"Ngapain disini?" Ia memperjelas pertanyaannya tadi.

"Be.. berdiri kak" jawab Ana sekenanya namun tidak salah. Memang dirinya disini berdiri.

Radit mengalihkan pandangannya, mencoba bersabar,
"Dari mana?"

"Dari toilet kak" Ana jujur.

"Sendiri?"

"Lah, ini sama kak Radit" jawab Ana membuat Radit menghela napas panjang.
"Tapi kalo ke toiletnya tadi sendiri" lanjut Ana

"Nggak usah tidur lagi" ucap Radit yang entah kemana arahnya.

"Hah? Ke.. kenapa emangnya kak?" Tanya Ana bingung.

"Jam satu semua harus bangun" jawab Radit yang membuat Ana reflek melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan jam satu kurang lima belas menit.

Radit melangkah pergi,
"Tunggu kak" Ana mencegah.

Radit berhenti dan menoleh.

"Em, makasih kak" ucap Ana sambil menunduk.

"for what?" Balas Radit bingung.

"Em, karna.. tangan kakak kepala aku nggak jadi benjol" Jawab Ana sambil melirik ekspresi Radit, lalu Ana menggigit bibir bawahnya dengan pandangan ke bawah.

Radit sedikit menarik ujung bibirnya, entah apakah itu termasuk senyum atau bukan.

"Lain kali hati-hati" jawab Radit lalu pergi meninggalkan Ana.

Ana menatap punggung Radit yang tengah berlalu pergi. Ana memegang dadanya.
"Perasaan aku nggak habis marathon"
Lirih ana sambil tersenyum lalu kembali ke tenda.

Scouting MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang