part-5

1 0 0
                                    

Kini hari kedua kegiatan kemah perpegak SMA Dharmawangsa hampir selesai. Malam ini kegiatannya api unggun dan pentas seni yang ditampilkan oleh peserta maupun panitia. Peserta yang ingin menampilkan bakatnya tidak harus persangga, bisa juga personal.

Api telah menyala.
"Api api api api api.. aaapi kita sudah menyala" semua peserta, panitia, dan guru yang ada disana bernyanyi bersama.

"Baiklah teman-teman, malam ini adalah puncak kegiatan kita. Kami mempersilahkan siapa saja yang ingin menunjukkan bakatnya dalam bernyanyi, bermain gitar, berpuisi atau apapun, baik dari DA maupun dari peserta. Atau mungkin dari bapak/ibu guru pendamping juga boleh banget." Jelas Citra
"Siapa ini yang mau tampil duluan sebagai pembuka pentas seni malam hari ini ?" Citra membuka acara pada malam itu. Belum ada tanda-tanda dari peserta, panitia, maupun guru yang bersedia menjadi pembuka pensi malam hari ini.
"Waduh, masak belum ada yang siap" lanjutnya.
"Yasudah kalo memang belum ada yang siap, saya yang akan mengawali pensi malam hari ini. Kak Radit, mohon maju ke depan membawa gitar" Putusnya.
"Yang tau lagunya ikut nyanyi bareng ya" ucapnya saat Radit mulai memetik gitar ditangannya.

Dengarkanlah suara hati ini

Suara hati yang ingin ku dendangkan

Takkan mampu untuk ku sampaikan

Kan ku ungkapkan lewat laguku

Berawal dari perkemahan ini

Rasa itupun hadir di hatiku

Menghiasi relung sukmaku

Cinta bersemi di bumi perkemahan

Oh mungkinkah rasa cinta ini

Akan abadi untuk selamanya

Rasa ini semakin membelenggu

Cinta lokasi di bumi perkemahan

Akankah cintaku sebatas patok tenda

Tenda terbongkar sayonara cinta

Akankah cintaku sebatas patok tenda

Tenda terbongkar sayonara cinta

Ditengah kegiatannya memetik gitar, Radit menatap Ana yang ikut bernyanyi sambil menggerakkan badannya ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan lagu bersama keempat temannya.

Ana sadar jika ia tengah diperhatikan, ia menatap Radit yang juga menatapnya, ia tersenyum simpul lalu mengalihkan pandangannya.

Malam dingin yang berselimut kegelapan berubah menjadi malam hangat dan terang karena kobaran api unggun yang menyala-nyala dan menghangatkan suasana malam ini.

Setelah Citra dan Radit mengawali acara pentas seni tersebut, barulah disusul pensi dari peserta dan DA lainnya. Mereka semua hanyut dalam kemeriahan pensi malam ini. Petikan gitar, alunan lagu, syair puisi, tarian modern, drama, dan lain-lain. Hingga ternyata malam pun makin larut.

Tak terasa kini sudah pukul sebelas malam.

Ponsel di saku jaket Ana bergetar, Ana yang merasakan getaran itu lalu mengeluarkan ponselnya. 'Tidur' satu kata dalam pesan yang dikirim dari nomor yang tidak dikenal. Namun Ana membuka pesan itu, dan teryata di atasnya ada satu pesan yang berbunyi 'thanks' yang dikirim oleh nomor itu kemarin. Ana tersenyum. Ia tidak berniat membalas pesan tersebut, namun jari Ana bergerak diatas layar ponselnya untuk menyimpan nomor tersebut dengan nama 'Kak Radit'.

Ana memasukkan kembali ponselnya ke saku jaket, lalu melihat sekeliling mencari sosok yang mengiriminya pesan tadi. Namun ia tak kunjung menemukannya.

Scouting MomentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang