Bab 8

60 12 13
                                    

Seol pikir, ketika Dongpyo mengatakan ingin membuktikan pada semua orang bahwa mereka mampu membangun rumah tangga mereka, Dongpyo akan menjadi kepala keluarga hebat yang memimpinnya ke jalan kejayaan. Membuat keluarga mereka terpandang. Memperluas koneksi di pemerintahan. Dan terakhir akan melemparkan penghinaan pada Ibu Suri yang telah menyingkirkannya.

Tapi apa ini? Seol malah jadi pengasuh Dongpyo selama seminggu terakhir, dihitung sejak pernyataan Dongpyo agar bersikap santai satu sama lain. Dongpyo, anak itu--batin Seol segan mengakuinya suami--kini tengah meminta izinnya untuk pergi ke pasar lagi. Ya, lagi! Empat hari penuh sejak pertama kali menginjakkan kaki di pasar, anak itu ketagihan. Entah apa yang ia lakukan atau temukan di tempat tersebut--awas kalau berjudi--tapi dia sangat suka pergi ke sana. Sekarang Seol paham kenapa orang tuanya marah-marah setiap kali dirinya pergi bermain bersama para pemuda di sekitar rumahnya. Itu menjengkelkan! Banyak hal yang bisa Dongpyo lakukan selain pergi ke pasar.

Namun, memang Seol bersikap santai, tapi ia tidak pernah bisa menolak permintaan Dongpyo. Ia sendiri--harusnya dia senang karena memiliki suami berjiwa bebas seperti yang ia idam-idamkan--sendiri juga suka bepergian, tapi tidak bisa karena ia selalu diawasi oleh Pelayan Chae yang selalu siap melapor pada ibunya. Takut sebenarnya bukanlah sebuah emosi yang Seol miliki, tapi ia sudah berjanji pada ayah dan ibunya, ia akan menjadi istri yang baik untuk Dongpyo dan membawa nama baik untuk keluarganya. Hanya saja, bagaimana dia bisa mengembalikan nama baik keluarga lewat Dongpyo, jika Dongpyo-nya saja seperti ini!

Pemuda itu duduk bersimpuh di depan Seol yang sedang belajar merajut. Memasang wajah memelas dengan tangan berkaitan di atas paha. "Ya, Seol-ssi? Istriku? Noonim?"

Seol mendesah. Dia enak-enak mau main ke pasar, sedangkan aku harus terjebak bersama jarum dan benang sialan ini! Tidak adil! "Ya, Pangeran."

Sudah kubilang 'kan, sisi luar Seol tidak bisa dipakai acuan untuk menilai karakternya.

"Yeaayy! Akan kubilekan kau sebuah sepatu cantik nanti. Berapa ukuran kakimu?" Dongpyo mendekat dengan antusias, menunggu Seol mengeluarkan kakinya. Begitu Seol merubah posisi duduknya, memberikan kakinya pada Dongpyo, dengan sigap Dongpyo mengukur kaki sang istri menggunakan jari. "Yup! Aku pergi dulu. Sampai jumpa, Pelayan Chae. Jaga istriku baik-baik. Jangan sampai tertusuk jarum."

Meski begitu, ada satu hal yang Seol syukuri atas perilaku Dongpyo tersebut. Ketika dirinya tidak bisa lagi bersikap seenaknya dan harus rela menurut pada segala ucapan Pelayan Chae, ada Dongpyo yang bisa membuat Pelayan Chae jengkel tanpa bisa melawan.

Wanita itu mengerling sambil tersenyum mengejek pada Pelayan Chae. "Dengarkan itu, Pelayan Chae. Aku tidak boleh tertusuk jarum. Kalau aku sampai tertusuk jarum, itu salahmu."

Pelayan Chae tidak mengatakan apa pun dan melanjutkan sesi belajar merajut.

"Hangyul, ayo!" seru Dongpyo pada pengawalnya yang setia menunggu. "Kita siap untuk berpetualang lagi."

Hangyul cuma mengangguk patuh dan mengekori sang pangeran yang berjalan dengan gaya pongah. Siap untuk mengubek-ubek pasar lagi.

***

Tujuan pertama Dongpyo tentu saja sepatu untuk Seol. Ia membeli sepatu berwarna hitam dengan motif bunga-bunga kecil berwarna emas dan dirajut menggunakan benang emas asli di pengrajin sepatu paling ternama di daerah tersebut. Tempatnya tidak jauh dari pasar, jadi mereka sempat untuk mampir. Dongpyo pun sengaja pergi lebih awal dari biasanya demi mampir ke tempat pengrajin itu. Saat menemukannya kemarin, Dongpyo tidak sabar untuk membelikan Seol sepatu dari sana. Dongpyo benar-benar terpukau dengan keterampilan pengrajin itu dalam menciptakan berbagai macam pola pada sepatu. Ia pun membeli sepasang.

𝐭𝐡𝐞 𝐦𝐨𝐨𝐧 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐮𝐧𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang