Darah keluarga kerajaan memanglah terhormat dan berada di atas segalanya. Seungwoo, meskipun dirinya jauh lebih tua dan merupakan guru dari Dongpyo, tetap harus dirinyalah yang datang menghampiri Dongpyo. Pria jangkung itu membungkukkan badan begitu berdiri di sisi meja makan Dongpyo ditemani Seungsik. Hangyul pun ikut berdiri, balik memberi salam dengan penuh hormat.
"Seonsaengnim, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Dongpyo yang masih duduk nyaman di tempatnya.
"Kami sedang makan siang."
"Ya. Memangnya apalagi yang akan orang lakukan kalau ada di dalam rumah makan. Astaga, Seonsaengnim. Maksudku kenapa kau ada di sini? Pusat kota cukup jauh."
"Saya baru saja mengambil sebuah buku dari guruku. Ah, dan ini Kang Seungsik, polisi dari Biro Polisi Kerajaan."
Seungwoo menunjukkan keberadaan Sungsik yang agak di belakang. Pria itu pun akhirnya maju dan membungkuk hormat pada Dongpyo. "Kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan Anda."
Dengan senyum lebar Dongpyo mengangguk dan menyuruh mereka untuk duduk. Tentu saja tidak ada yang menolak meskipun Seungwoo dan Seungsik sudah selesai makan.
Mereka berempat duduk mengelilingi meja pendek persegi dalam posisi bersila. Seungwoo mengambil tempat di dekat Dongpyo, begitu juga Hangyul. Seungsik sendiri malah berhadapan langsung dengan Dongpyo. Pesanan ditambah dengan sepoci teh lain untuk Seungwoo dan Seungsik. Demi kesopanan, keduanya langsung menerimanya begitu teh dituangkan oleh Dongpyo ke cawan masing-masing.
"Seonsaengnim, kau jahat sekali," ujar Dongpyo tiba-tiba saat Seungwoo baru menaruh tepi cawan ke bibir, membuat pria itu meletakkannya kembali dengan kikuk, tak jadi minum. Ia tatap Dongpyo dengan raut bingung. "Kau tidak datang ke jamuan makan malam bersama para pejabat saat pernikahanku diumumkan, tidak datang ke pernikahanku juga saat aku mengundangmu secara pribadi, dan bahkan tidak mengucapkan selamat untukku. Padahal aku tidak meminta hadiah apa pun."
Tiga pria di hadapan Dongpyo mendengarkan dengan saksama, tidak berani menyela. Seungsik melirik Seungwoo yang masih bergeming meski Dongpyo sudah selesai bicara.
"Kau benar-benar tidak akan mengatakan apa pun? Hah, baiklah."
"Bukan begitu, Pangeran--"
"Jangan memanggilku begitu di sini."
"Maafkan saya. Bukan niat hati saya mengabaikan pernikahan Anda. Sungguh, saya juga sangat berbahagia dengan kabar pernikahan Anda. Saya sedang diutus oleh Ayah untuk keperluan di luar kota, jadi tidak sempat datang. Untuk itu saya benar-benar memohon maaf."
Sebenarnya, ada atau tidaknya Seungwoo tidak memberikan pengaruh apa pun untuk pernikahan Dongpyo. Dongpyo sendiri juga tidak merasa kehilangan. Seungwoo cuma salah satu dari sekian banyak guru yang dimiliki Dongpyo dan diundang secara khusus.
Tipe guru yang pelit bicara dan tegas saat mengajar bahkan ketika berhadapan dengan keturunan keluarga kerajaan juga bukan hanya Seungwoo. Bukan cuma Seungwoo pula yang sering dibuat pusing akan tingkah Dongpyo selama pelajaran berlangsung. Yang berbeda hanyalah Seungwoo guru paling muda yang Dongpyo miliki dan tidak berdiri dalam faksi mana pun meski ayahnya adalah seorang perdana menteri. Dua poin terakhir itulah yang membuat Seungwoo agak spesial di mata Dongpyo, membuat kelakuannya malah semakin aneh jika berhadapan dengannya.
"Jadi, Seonsaengnim benar-benar merasa bersalah?" Dongpyo menurukan wajah, membalas tatapan Seungwoo dari bawah.
"Tentu saja."
"Kalau begitu belikan kami semua arak sampai pingsan."
Ha?
Bukan cuma Seungwoo yang melongo, tapi juga Seungsik bahkan Hangyul.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐭𝐡𝐞 𝐦𝐨𝐨𝐧 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐮𝐧𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭
Fanfiction( SEUNGPYO HISTORYCAL FICTION ) Bulan membutuhkan sinar matahari untuk bersinar di malam hari. Sama seperti Seungwoo yang membutuhkan Dongpyo untuk tetap melanjutkan hidup. ______________________ 130520