Setelah seorang pangeran atau putri kerajaan menikah, mereka diharuskan meninggalkan istana dan hidup di luar dengan mandiri. Itu sudah menjadi peraturan mutlak yang tak bisa diubah lagi. Pada akhirnya cuma Putra Mahkota yang nantinya akan menjadi raja yang boleh tetap tinggal di istana. Tak terkecuali dengan Dongpyo. Sudah waktunya Dongpyo meninggalkan istana.
Pernikahannya digelar megah di istana selaku saudara favorit Putra Mahkota dan salah satu anak yang mendapat perhatian berlebih dari raja. Dan sama saja seperti pernikahan pada umumnya, semua itu melelahkan. Habis itu pun Dongpyo masih harus mengurus kepindahannya ke rumah baru. Sampai di sana giliran sang mertua yang mengadakan pesta besar-besaran.
Sudah sepekan sejak pernikahannya digelar, Dongpyo baru bisa tidur yang tidur sebenar-benarnya tadi malam. Matahari sudah tinggi, saking enaknya ia tidak mau membuka mata ketika dibangunkan oleh pengawalnya. Ia malah mengusir pengawal itu dengan kibasan tangan dan menarik selimut menutupi seluruh tubuh.
Sang pengawal berwajah rupawan itu akhirnya cuma bisa menunggu di luar ruangan sang pangeran. Duduk bersandar pada tiang penyangga rumah, memandangi langit yang bersih dari awan. Warna birunya seterang pakaian yang ia kenakan, terlihat cantik dan menyegarkan. Waktu yang tepat untuk beristirahat memang. Sama seperti tuannya, dia juga bekerja keras dan kekurangan tidur. Membiarkan kaki menggantung ke bawah, pengawal itu pun menyandarkan kepala, menutup mata, bersiap meniti asa dalam lelap.
"AAAAKKK!"
Namun, nahas. Niatan si pengawal tak direstui oleh langit. Jeritan nyaring yang berasal dari bangunan dapur membuat matanya membeliak seketika.
Ya, di dalam dapur memang sedang terjadi masalah. Seorang pelayan baru saja memecahkan kuali berisi nasi yang baru saja masak di hadapan sang nyonya besar.
Demi menjadi istri baik idaman suami, sang nyonya berniat membantu membuat sarapan di dapur bersama para pelayan. Seorang pelayang hendak memindahkan kuali dari tungku karena nasi sudah masak. Hanya saja ukuran si kuali lebih besar darinya dan isinya pun banyak karena untuk porsi makan seisi rumah--termasuk para pelayan--sang pelayan tak kuat mengangkatnya dan bom! Jatuhlah kuali itu sampai pecah hingga isinya muncrat ke mana-mana. Paling banyak mengenai rok sang nyonya yang sialnya tengah berdiri di dalam dapur, mengamati kegiatan memasak. Untung rok itu berlapis dan masih pakai celana juga di dalam, jadi kulit sang nyonya yang belum melaksakan malam pertama itu aman--kan tidak lucu kalau di malam pertama sang pangeran disajikan kaki melepuh.
Seol mengerucutkan bibir. Sebenarnya dia tidak masalah, toh, dia tidak apa-apa, tapi pelayan setianya yang heboh.
"Astaga, Nona. Kau tidak apa-apa?" Younwoo segera membersihkan nasi di rok sang nyonya menggunakan bajunya. Terlalu panik, tak sempat mencari kain lain.
Pelayan lain yang menjatuhnya kuali langsung duduk bersimpuh. Ia adalah pelayan baru. "Nyonya Hong, sungguh maafkan saya. Saya ... saya ... maafkan saya karena telah ceroboh."
"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Kau boleh--"
"Bagaimana bisa kau berlaku seceroboh itu?" sela Pelayan Chae, selaku kepala pelayan di rumah tersebut.
"Dia manusia, bisa melakukan kesalahan," Seol membela pelayan yang sudah ketakutan mendengar suara Pelayan Chae.
"Jadi, tidak masalah jika kulit Anda terbakar nanti?" Pelayan Chae menatap Seol sesaat sebelum akhirnya beralih pada pelayan yang masih duduk bersimpuh. "Bagaimana kalau kaki Nyonya sampai terluka? Kau ingin bertanggung jawab? Atau ingin memiliki luka yang serupa? Bekerjalah dengan benar. Aku tidak memilihmu untuk ini."
"Maafkan saya, Pelanyan Chae." Pelayan itu benar-benar menangis sekarang ini.
"Younwoo, kau bawa Nyonya kembali ke kamarnya dan pastikan tidak keluar lagi sebelum sarapan siap," perintah pelayan Chae.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐭𝐡𝐞 𝐦𝐨𝐨𝐧 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐮𝐧𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭
Fanfiction( SEUNGPYO HISTORYCAL FICTION ) Bulan membutuhkan sinar matahari untuk bersinar di malam hari. Sama seperti Seungwoo yang membutuhkan Dongpyo untuk tetap melanjutkan hidup. ______________________ 130520