Bab 2

71 14 3
                                    

Gelap gulita. Dingin menusuk hingga ke dalam tulang rusuk. Suara rintih menyedihkan terdengar dari berbagai penjuru. Di pojok ruangan Dongpyo duduk meringkuk dalam diam, memeluk lutut yang berbalut kain goni. Putus-putus napasnya. Entah tidur entah tidak, dia sendiri ragu kalau dirinya masih hidup. Bahkan saat pintu digebrak oleh kasim, ia masih tetap bergeming.

Obor disapukan ke segala penjuru ruangan. Membuat puluhan manusia yang tengah meratapi nasib terperanjat. Kebanyakan refleks bergerak mundur untuk menghindar. Tidak sudi berurusan dengan kasim.

Kasim berhenti begitu mendapati sosok Dongpyo. "Ya! Cepat bangun, bocah tengik!"

Dongpyo bergeming. Meski mendengar dengan jelas, ia tetap menutup mata. Akhirnya dia diseret. Tiga bulan mendekam di pengasingan dan dijadikan budak, Dongpyo sudah jengah, jadi dia hanya menurut. Hal yang lebih kejam dari inu sudah sering ia terima. Terseok-seok kaki beralaskan luka itu mengikuti langkah kasim yang lebar-lebar. Tubuh kecilnya serasa terombang-ambing kala berkali-kali disentak karena tak bisa menyamai kecepatan kasim.

"Ck! Beruntung sekali penghianat menjijikkan sepertimu dibebaskan. Seharusnya kau mati segera setelah datang kemari. Langit pasti akan marah jika begini jadinya," kasim mengomel.

Dibebaskan? Dongpyo menahan lengan yang ditarik kasim. "Siapa yang membebaskanku?"

"Mana kutahu! Cepat jalan!"

Dengan mata membelalak nanar, Dongpyo kembali mengingat bisikan dari arah kegelapan saat ia terkurung di penjara bawah tanah istana, "Kau pikir kau selamat, Pangeran Hyun? Nikmati dulu hukumanmu di Jiogie. Aku akan menjemputmu nanti dan kuberikan hukuman yang sesungguhnya untukmu sampai kau tidak bisa tersenyum lagi. Camkan itu!"

Tidak! Dongpyo tidak mau keluar dari Jiogie! Lebih baik dia mati di sini dari pada harus menerima penghinaan yang lebih menjijikkan lagi. "Bukankah kau ingin aku mati?" Dongpyo kembali menyentak tangan yang menyeretnya. "Bunuh aku sekarang juga sebelum terlambat!"

"Ck! Apa kau sudah gila?! Tutup mulutmu dan ayo, cepat jalan!" Kasim menyeret Dongpyo lebih kuat.

Meski meronta sekuat tenaga, Dongpyo tetap tidak bisa lepas. Satu-satunya hal yang terlintas di benaknya adalah menggigit lidahnya sendiri sampai mati.

Sampai di tempat tujuan, punggung Dongpyo dijorokkan hingga berlutut. Wajahnya tersungkur ke tanah. Tubuh kecil itu tak berdaya, sekedar mendongak untuk melihat siapa gerangan orang baik yang mau membebaskannya pun tak dilakukan.

Orang baik? Dongpyo hampir menyemburkan darah karena menahan tawa saat membatin hal tersebut. Rasa besi sudah memenuhi mulutnya.

Seungwoo melirik kasim yang mendorong Dongpyo. Saat dipelototi oleh Yeongji baru kasim itu sadar dan segera membantu Dongpyo untuk berlutut dengan benar. Namun, Dongpyo menolak. Ia bersikeras bersujud di tanah.

"Berlutut yang benar!" kasim menggertak dalam nada berbisik.

Seungwoo menyadari sikap aneh Dongpyo. Ia segera ikut berlutut, menyingkirkan tangan kasim, dan mencoba menegakkan tubuh Dongpyo. Namun, Pemuda itu tetap menolak.

"Pangeran Hyun? Pangeran Hyun?!" Akhirnya Seungwoo memaksa agak kuat. Ia berhasil melihat wajah Dongpyo yang pucat pasi. Mata Seungwoo terbelalak lebae melihat darah mengalir dari celah bibir Dongpyo. "PANGERAN HYUN!"

Bukan hanya Seungwoo yang tekejut dengan aksi Dongpyo. Namun, mereka tak tahu apa harus dilakukan kecuali menyaksikan Seungwoo merengkuh punggung Dongpyo dan mengcengkeram rahang pemuda itu kuat-kuat demi melonggarkan gigitannya. "PANGERAN HYUN, APA YANG ANDA LAKUKAN?! HENTIKAN INI!"

Kuatnya cengkraman Seungwoo membuat Dongpyo memberontak. Kepalanya mendongak untuk menghindar, tapi Seungwoo masih tak mau melepaskannya. Jika Dongpyo tidak meyerah, mungkin bukan hanya lidahnya yang akan putus saat mati nanti, tapi tulang rahangnya juga akan remuk.

"PANGERAN HYUN! SADARLAH!" Seungwoo berseru tepat di depan wajah Dongpyo. Hatinya mencelus melihat banyaknya darah mengalir dari celah bibir Dongpyo sampai membuat tangannya terbasuh darah.

"ARHHHHHGGG!" Dongpyo berteriak keras. Dongpyo benci mendengar panggilan yang dilontarkan Seungwoo.

Kesempatan tersebut segera dipakai Seungwoo. Pria itu melesakkan telunjuk dan ibu jarinya ke dalam mulut Dongpyo. Menahan rahang dari dalam. Namun, Dongpyo semakin kuat memberontak. Mulutnya terus melolong dan menarik tangan Seungwoo, minta dilepaskan.

"DONGPYO-GUN, HENTIKAN INI!"

Tiba-tiba Dongpyo berhenti memberontak. Kekuatan rahangnya pun mengendur. Perlahan-lahan matanya terbuka. Mendapati wajah penuh kekhawatiran Seungwoo, Dongpyo langsung jatuh lemas. Pasrah ketika Seungwoo semakin mempererat rengkuhannya. Masih dengan posisi jari Seungwoo menahan mulutnya, Dongpyo berlirih, "Hyung-nim?"

"Benar. Ini saya. Jadi, mohon tenanglah. Jangan menyakiti diri Anda seperti ini," ujar Seungwoo selirih mungkin di sisi telinga Dongpyo. Hati-hati ia membersihkan darah di bibir dan dagu Dongpyo menggunakan ibu jari.

[.]

𝐭𝐡𝐞 𝐦𝐨𝐨𝐧 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐮𝐧𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang