PART 4

36 9 37
                                    

Budayakan vote sebelum membaca!

Clarinna POV

"Hay Monic"

Monic langsung menoleh ke arah ku.

"Berani banget ya Lo masuk ke rumah gue tanpa izin!"ucap Monic dengan nada tinggi sambil menunjuk ke arah wajahku.

"Ga boleh ya jika aku ingin bertamu ke rumahmu?"tanyaku sok polos.

"Lo ngapain kerumah gue HAH!!"bentak Monic.

"Atau jangan-jangan Lo ya yang ngebunuh kucing kesayangan gue!!Ngaku Lo!!!"lanjut nya sambil menarik rambutku.

"Sans dulu dong,kalo iya emang kenapa?"tanyaku santai sambil merogoh saku jaketku untuk mengeluarkan pisau kesayangan ku.

"Dasar pembunuh"teriak Monic sambil ingin menamparku.

Secepat mungkin aku menusukkan pisau lipat kesayangan ku ke telapak tangan Monic.

"Akhhh"teriak Monic sambil memegang tangan kanannya yang mengeluarkan banyak darah.

Ketika Monic sedang sibuk dengan tangannya,aku segera menebas kaki kiri nya menggunakan kapak yang sudah ku siapkan tadi.

"Akhhh"teriakan Monic lebih kencang dari sebelumnya.

"TOLONG"teriak Monic berharap ada orang yang mau menolongnya.

"TOLONG"Monic terus berteriak meminta tolong.

"Hahaha percuma kamu teriak-teriak Monic ku sayang"ucapku dengan menatap remeh kearah Monic.

"Ruangan ini sudah diberi kedap suara,jadi orang diluar tidak akan mendengar teriakanmu yang manis itu"jelasku pada Monic.

"Dasar BITCH"umpat Monic dengan mata melotot.

"Wah wah disaat mau menjemput ajalmu saja kau masih sempat untuk menghinaku ya?"

Aku menjatuhkan kapakku tepat mengenai jari-jari kaki kanan Monic hingga terputus.

"Aakhh"teriak Monic,dan dengan segera aku menancapkan pisau lipat ku ke pita suara nya.Seketika itu Monic berhenti berteriak.

"Maaf aku tidak sengaja"aku memasang wajah penyesalan.

"Monic aku mau nanya nih sama kamu,boleh ya?"tanya ku dengan nada yang dibuat seimut mungkin.

"Kita kan mau main,kamu mau main pakai apa?"tanyaku sembari menyusun peralatan mainku diatas lantai.

Tak kunjung mendapat jawaban dari monic,aku pun menoleh kearah nya sambil menatap heran.

"Kalo ditanya tuh jawab!! punya mulut kan lo!!"bentakku menirukan perkataan nya saat membulyku di kelas tadi.

"Yaudah kalo gitu kita main pakai ini ya?"tanya ku sambil memperlihatkan palu ditanganku.

Monic langsung berjalan mundur dengan pincang karena kakinya tidak lagi utuh.

"Ayolah ini pasti akan menyenangkan"ucapku meyakinkan Monic sambil terus mendekat ke arahnya.

Monic pun terjatuh ke lantai,ia terus mundur untuk menghindar dariku.

Monic seperti teringat sesuatu,ia segera merogoh saku rok sekolahnya, mengambil benda pipih yang mungkin bisa menolong nya.
Dengan cepat aku langsung mengambil ponselnya dan melemparnya ke sembarang arah.

"Kamu pintar sekali ya? bagaimana kamu bisa menghubungi seseorang saat dirimu saja tidak bisa bicara?"tanya ku pada Monic yang malang.

"Mari kita mulai permainannya"kata ku dengan semangat 45.

Aku memukul kepala Monic beberapa kali menggunakan palu yang aku pegang tadi,hingga kepalanya mengeluarkan darah segar.

Kemudian aku mengeluarkan jeruk nipis yang ada di dalam tas sekolahku dan memotong nya menjadi dua.

"Darah nya sangat banyak,aku obati menggunakan jeruk nipis ini ya?"tanyaku pada Monic.

Monic menggeleng cepat sambil terus menangis.

"Ini tidak akan sakit"aku memeras jeruk nipis tersebut tepat pada luka di kepalanya.

Monic berteriak dalam diam karena suaranya sudah hilang.Ia terus menangis menahan sakit di kepalanya.

"Sama-sama"ucapku yang menganggap bahwa reaksi yang diberikan Monic adalah ucapan terimakasih.

"Oh iya aku juga punya ini"ucapku sambil mengeluarkan 1 bungkus bubuk cabai yang aku beli sebelum pergi ke rumah monic.

"Seperti nya ini juga bagus untuk mengobati kakimu"ucapku sambil membuka bungkusan itu.

Akupun mulai menaburkan bubuk cabai itu ke kaki kanan dan kaki kiri Monic yang terluka.

Lagi.monic berteriak dalam diam seperti tadi,dan aku suka melihat nya.

"Iya sama-sama Monic,aku tau aku sangat baik karena membantu mu mengobati luka-luka mu"ucapku membanggakan diri.

Lalu aku mengambil beberapa paku berkarat yang tadi aku bawa.

Aku membuka mulut Monic secara paksa dan memasukkan paku-paku tersebut kedalam mulutnya,hingga Monic terbatuk-batuk hingga ia muntah darah.

"Kuku mu sangat cantik,kau baru mengecat nya yah?"tanyaku pada Monic yang masih setia dengan tangisan nya.Cengeng sekali.

"Aku juga ingin punya kuku seperti itu,aku minta punya mu yah?"Ucapku sambil mengiris jari-jari tangan Monic menggunakan pisau tumpul yang sudah berkarat punya ku.

"Terimakasih Monic,kau baik sekali"

Kini kamar Monic yang didominasi warna pink itu seketika berubah menjadi warna merah.Darah.

Monic tak henti-hentinya menangis menahan sakit di sekujur tubuhnya itu.

"Baiklah aku sudah lelah,kita akhiri saja ya permainan ini"kataku sambil memasang wajah lelah.lalu segera mengambil kapakku dan menebas kepala monic hingga kepala nya menggelinding dilantai.

"Selamat tinggal Monic"ucapku lalu membereskan peralatan bermainku dan menghilangkan sidik jari ku yang tertinggal di rumah itu.

kemudian aku langsung membersihkan diri di dalam mobilku dan segera pulang ke apartemen kesayangan ku.

Sekarang giliranmu Karin......

*
*
*

Yuhu! ketemu lagi sama author!

Gimana? kurang greget kah?atau kurang sadis?haha sabar sabar kan baru awal,nanti author buat yang lebih sadis lagi deh😁

Jangan lupa voment yahh!
Tenang kuota kalian nggak bakalan abis cuma gara-gara vote cerita aku kok😄

DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang