1.| Teringat mamah

31 15 24
                                    

Happy reading,  I hope you can enjoy my story ❤️

Kalo typo komen yaa..belum aku revisi!!

Jangan lupa vote nya yahh:)

******

Kriingg... kriingg.. kriingg
Bunyi alarm membuat Syaqila terbangun. Ia segera mematikan alarm itu dan bergegas mempersiapkan diri untuk sekolah. Yupsss hari ini Syaqila dan Alina mulai bersekolah di SMA Adiwangsa. Syaqila sangat senang akhirnya ia bisa diterima di sekolah impiannya.

Awan terlihat gelap dan hawa masih dingin. Pukul 4 pagi. Syaqila sengaja bangun pagi-pagi sekali. Ia tidak ingin di hari pertamanya sekolah akan terlambat dan terkena hukuman.

Setelah ia siap dengan seragam putih abu-abunya, Syaqila beralih ke meja rias. Ia mulai mengoleskan sedikit bedak dan cream agar wajahnya tidak terlalu kusam. Tak lupa,  Syaqila juga melembabkan bibirnya dengan sedikit liptint atau lipbalm.

Syaqila merupakan tipikal orang yang tidak menyukai make-up berlebihan. Ia bahkan tidak bisa menggunakan peralatan-peralatan make-up, seperti eyeshadow, eyeliner, maskara, dan semacamnya. Dimata Syaqila itu benda yang sangat asing.

Sejenak Syaqila memandang pantulan dirinya di cermin.

"Mah lihat Syaqila sekarang,"lirihnya.

"Syaqila udah besar loh."

"Mamah gak pengen liat Syaqila yang udah berubah ini?" Suara Syaqila terdengar bergetar. Ia menahan isaknya.

"Syaqila sekarang bukan Syaqila yang cengeng Mah,"cicitnya dengan nada yang mulai serak.

"Syaqila rinduuuuuu banget sama mamah."

"Semoga mamah disyurga sana tenang yaa."

"Syaqila kuat kok ngadepin ini semua."

Perlahan Syaqila menghembuskan nafasnya panjang. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Inilah kelemahan Syaqila. Hatinya mudah sekali luruh jika mengingat almarhumah Mamahnya. Mamah Syaqila meninggal karena penyakit leukimia yang dideritanya.

"Syaqila sayang mamah." Kini air matanya tak kuasa ia tahan. Namun dengan cepat-cepat ia tepis menggunakan tangan kanannya.

Fifi telah meninggalkan Syaqila setahun yang lalu. Saat itu Syaqila sudah SMP jadi ia tahu betul masalah keluarganya, dimana ayahnya rela membentaknya karena Syaqila membela Fifi, mamahnya.

Flashback on

Syaqila tak kuasa menahan tangisnya saat melihat mamahnya terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Syaqila memeluk tubuh Fifi yang tak berdaya. Ia mengelus pelan kepala Fifi yang sudah tak berambut karena rontok.

"Mahh,"panggil Syaqila sangat lirih.
"Buka matanya, mah."

"Syaqila yakin kok mamah pasti sembuh,"cicit Syaqila dengan air mata yang berjatuhan.

"Yang sabar yaa mah."

"Syaqila selalu doain mamah kok, biar sehat lagi kaya dulu." Tak sengaja telinga Syaqila mendengar suara Adi, ayah Syaqila.

Syaqila melangkah mendekati pintu dan menajamkan pendengarannya.

"Cepatlah mas, ceraikan istrimu itu,"ucap wanita asing yang tengah hamil.

SYAQILA AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang