Ini karya saya yang sebelumnya saya publish di FFN untuk event NHFD, penulisannya masih banyak yang harus masih diperbaiki. Namun, saya harap pembaca masih tetap menikmatinya~
|•|•|•|•|
"Nanti materi sejarah peminatan kita katanya mau ditambah dengan sejarah teknologi luar angkasa, ya? Aku membayangkan betapa kerennya Amerika, ttebayo. Maksudku NASA, lho! Mereka maju sekali untuk mengadakan penjelajahan angkasa. Banyak sekali teknologi luar angkasa yang mereka luncurkan, belum lagi dengan para antariksawan mereka. Neil Amstrong contohnya."
Ketika Hinata mendengar itu semua, apalagi itu dilontarkan dengan suara keras yang bisa menjangkau telinga seluruh manusia satu kelas oleh sang pemuda pemilik rasa cintanya di dalam hati. Ada suatu rasa yang berkecamuk di dalam diri. Namun ketika bibirnya mulai terbuka untuk menyuarakan vokal, dia lebih memilih untuk menutupnya lagi. Ada rasa takut dikira simpatisan sayap kiri.
Dan telinga Hinata makin gatal menjadi-jadi, ketika mendengar seruan malas anak-anak sekelas yang terdengar seperti membenarkan kata-kata si Uzumaki.
Hari ini memang hari Selasa. Dalam jadwal pelajaran, seharusnya mereka tengah mempelajari ilmu bumi alias geografi. Namun, guru yang bernama Hatake Kakashi bukanlah guru yang dikatakan teladan. Seluruh siswa-siswi yakin, guru itu malas untuk masuk dan paling hanya menitipkan tugas via daring malam hari nanti. Dan kebetulan sekali, setelah geografi berakhir, maka jam istirahat tiba, kemudian setelah jam penuh kebahagiaan siswa-siswi itu berakhir—Sarutobi Kurenai hadir untuk mengajari sejarah peminatan di kelas mereka.
|•|•|•|•|
Teknologi Luar Angkasa; Aku dan Dia (c) faihyuu
Naruto (c) Kishimoto Masashi, Studio Pierrot.
Rated T
Genre : Slice of Life, Hidden Romance.
Special for NaruHina Fluffy Day 2020 #NHFD2020 #Athousandforeleventh
Warning(s) : AU, Miss Typo(s), OOC, etc.
|•|•|•|•|
"A-ano," Dan terkutuklah bibir Hinata yang terbuka lagi, bahkan kini mengeluarkan suara yang merebut atensi.
"Ada apa, Hinata?" Naruto bertanya dengan suara husky yang selalu berhasil membuat dirinya doki-doki. Hinata menjadi gugup sendiri.
"S-sebenarnya, bukan hanya Amerika yang terdengar keren. Uni Soviet juga." Ucap Hinata pelan, tetapi gelombangnya berhasil ditangkap si Uzumaki yang namanya tersemat di dalam relung hati.
"Uni Soviet?" Ketika lontaran yang lebih mirip sebuah retoris di telinga Hinata menyapa, gadis Hyuuga itu segera mengangguk saja.
Dan debaran jantung Hinata makin menggila ketika mendapati Naruto mendekat, menduduki tempat duduk kosong di depannya karena sang manusia yang seharusnya duduk di sana, kini sedang mengalami demam tinggi—begitu yang tertulis dalam surat izin. Apalagi si pemuda menghadap tepat ke arah wajahnya yang ia yakini sudah memerah, dan menopang dagu tanda rasa antusias.
"Kenapa Uni Soviet juga bisa dikatakan keren? Dan omong-omong mengapa wajahmu memerah Hinata? Kau baik-baik saja 'kan?"
Deham dan juga siulan jahil anak-anak satu kelas membuat Hinata menciut. Apakah jelas sekali perasaan lebih gadis itu pada pemuda ini? Sampai-sampai mereka pun memandang Hinata dan Naruto dengan penuh minat—apalagi hingga berdiam diri begitu. Dan pada dasarnya, si pemuda arunika di hadapannya ini memanglah manusia dengan miskin kepekaan, jadilah tidak menyadari tingkah teman-teman sekelasnya.
"A-aku tidak apa-apa," Hinata berusaha keras untuk menormalkan suaranya yang terlalu terdengar gagap dan bergetar. "Dan ya, Uni Soviet memang negara yang pertama kali mencoba untuk menjelajahi luar angkasa. Hal itu merupakan salah satu dampak Perang Dingin."
Ada rasa bangga ketika si gadis berhasil menormalkan suaranya saat menjelaskan poin penting alasannya.
"Heee? Benarkah? Dampak Perang Dingin, ttebayo? Aku benar-benar tidak menyangka. Kukira hanya perebutan hegemoni, wilayah, dan nuklir saja!"
Mencoba melemparkan senyum, Hinata mengangguk lagi. "Ya, Naruto-kun. Mereka dahulu bukan hanya bersaing memperebutkan kekuasaan di daratan bumi, tetapi juga di luar angkasa. Star Wars ataupun Space Race adalah nama lain dari k-kompetisi ini."
Bertepuk tangan antusias, Naruto berseru. "Aku baru tahu itu, wawasanmu luas sekali Hinata! Sudah manis, pintar lagi!"
Uhuk. Ehem. Dan beragam suara. Si gadis Hyuuga yang makin menjadi tomat.
"T-terima kasih." Muncul lagi gagap dan getar itu. Hati Hinata ingin percakapan mereka menjadi jauh lebih lama, tentu. Namun, dirinya tahu, ia tak memiliki kuasa penuh untuk itu.
"Lalu Uni Soviet saat itu meluncurkan apa?" Walau minim rasa kepekaan, tetapi Uzumaki Naruto adalah anak muda yang memiliki rasa keingintahuan tinggi. Akibat pertanyaannya, ada ucapan rasa syukur yang Hinata panjatkan dalam hati. Dan jangan lupakan juga, gadis itu tengah mencoba untuk menguatkan dirinya lagi.
"Pada Oktober 1957, Uni Soviet meluncurkan Sputnik—"
—KRINGGG
Namun, kadang semesta seringkali tidak memihak pada manusia. Waktu terkadang suka sekali jahil.
Bel pertanda jam istirahat tiba sudah berbunyi saja, padahal Hinata sudah menyiapkan hati juga materi yang bakal dibahasnya pada orang yang ia sukai.
Uzumaki Naruto yang dia sukai, menoleh ke arah pintu kelas. Para teman-teman sekelas mereka pun mulai membubarkan diri untuk keluar kelas, ada juga yang tetap di sini dan mulai sibuk dengan bekal yang mereka bawa.
Hinata juga telah mengikhlaskan waktunya. Bagaimanapun juga, kisahnya hari ini sudah bisa ia tuliskan ke dalam diary kesayangannya sebagai catatan pendek kisah cintanya—ia pernah seperti digombali si Uzumaki, begitu. Gadis Hyuuga itu bahkan sudah mengeluarkan bekal yang sudah dimasaknya sendiri tadi pagi untuk disantap.
"Hinata, kau bawa bekal 'kan? Aku juga, ayo kita makan bersama! Lanjutkan ceritamu yang tadi, ttebayo. Aku masih penasaran." Dengan senyuman secerah matahari yang selalu membuat si Hyuuga muda jatuh cinta, tak lupa juga pandangan sebiru langit cerah yang membuat Hinata selalu berdebar ria.
Naruto yang mengajak Hinata untuk memakan bekal bersama.
Astaga, mimpi apa si gadis Hyuuga semalam?
Mengangguk ragu, tetapi dengan hati penuh keyakinan bahwa ini sebuah kesempatan untuk lebih dekat dengan si Uzumaki. Tentu ini bakal dicatat Hinata dengan sepenuh hati di dalam diarynya. Hinata mengusahakan sebuah senyum, "B-baiklah."
.
.
.
End.
.
.
.
[ Hari ini aku berbicara banyak dengan Hinata! Dia sungguh menggemaskan, ttebayo! Kukira dia sedikit tidak menyukaiku gara-gara dia selalu terlihat aneh jika ada aku. Namun, tadi dia terlihat biasa saja dan bahkan terlihat sungguh manis! Suaranya lembut, terus tubuhnya juga harum seperti bunga lavendel. Senyumnya benar-benar menghangatkan, sama seperti namanya. Wawasannya juga sungguh luas. Yang paling penting dia itu sangat baik, dia suka membantu teman-teman dan juga aku—walau tampak malu-malu.
Kurasa, aku menyukainya? (〃゚3゚〃)
—U.N. 2kxx ]
.
.
.
A/n : Maafkan saya tentang judulnya. Maafkan saya juga, yang nggak bisa menggombal dan nggak bisa nulis fluff. Tapi ya inilah fluff menurut pandangan saya. Di mana percakapan asal tentang materi pelajaran yang random abis bisa jadi kenangan manis gitu untuk NaruHina. Maaf kalau salah dan nggak sesuai tema juga :(
Dan saya nulis kayak begini bukan simpatisan negara manapun saat Perang Dingin, ya! Hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan
FanfictionAngan: 1. pikiran; ingatan; 2. maksud; niat Kumpulan Oneshot NaruHina.