3 Juli (c) faihyuu
Naruto, Boruto (c) Kishimoto Masashi, Mikio Ikemoto, dan Studio Pierrot.
Rated K+
Warning(s) : Miss Typo(s), OOC, etc.
Fanfiksi ini sengaja dibuat untuk memperingati hari lahir Hyuuga Neji. Saya tidak mendapat keuntungan materiil apa pun, selain dengan kepuasan batin.
***
3 Juli.
Ketika manik gandaria Hinata menangkap kalender hari ini, barulah wanita itu tersentak. Seketika jantungnya dengan cepat berdetak.
Tak lama, sebuah senyum mengurva.
Segera Hinata benar-benar mempercepat gerakan untuk menyiapkan sarapan pagi untuk putra-putrinya. Aroma tumisan daging ayam dengan sayuran juga bumbu yang sedang ia masak memang membangkitkan selera, sehingga Hinata bisa mendengar langkah kaki yang mendekat padanya.
"Kaa-chan!"
Suara cempreng itu menyapa, Hinata mematikan api kompor. Kebetulan sekali tumisan itu sudah siap sepenuhnya, sarapan pagi untuk si pemanggil yang masih mungil.
"Wah, Boruto-nii pandai sekali, sudah bisa bangun pagi sendiri." Hinata membungkuk, menyesuaikan tingginya pada sang putra yang masih balita.
"Kaa-chan! Macak apa?" Pelukan dihadiahi Boruto, tentu saja wanita bermahkota sewarna nila itu membalas dengan sukacita. Bahkan memberi bonus kecupan di kedua pipi gembil bergaris dua.
"Mama membuat ayam tumis untuk Boruto," Pekikan kesenangan terlontar, Hinata tersenyum. "Mama siapkan dulu ya semuanya, Boruto bisa membersihkan diri sendiri, 'kan? Nanti kita sarapan bersama. Tentu dengan Hima juga."
Mendengar nama adik perempuan mungilnya tersebut, Boruto mengangguk senang. "Baik, Kaa-chan!"
"Ingat, jangan lupa sikat gigi ya! Kita mau pergi lho~"
"Pelgi ke mana?" Mata bulat serupa leci dengan safir itu selalu bisa melemahkan siapa saja yang melihatnya. Termasuk juga dengan Hinata yang sejujurnya sampai sekarang masih seringkali tidak menyangka bahwa makhluk kecil seperti bunshin Naruto ini berasal dari rahimnya.
Hinata tersenyum jahil, "Ada, deh~ Nanti Boru juga akan tahu."
.
Seusai Hinata membereskan tetek bengek sarapan tadi, wanita itu segera mengajak kedua anaknya untuk pergi.
Himawari mungil yang baru menginjak setahun kini berada di dalam dekapannya, dan juga Boruto setia berjalan dengan menggenggam tangan Hinata. Mereka bertiga menyusuri jalan-jalan Konoha yang sudah ramai akan aktivitas manusia pagi ini.
Sesekali pula Hinata juga Boruto membalas sapaan pagi dari beberapa warga desa yang menyadari mereka di tengah-tengah aktivitas para manusia Konoha.
"Lumahnya Inojin?"
Boruto membeo, manik safirnya mengenali tempat ini sebagai hunian kawan mainnya.
Hinata lagi-lagi tersenyum, "Ayo masuk,"
Wangi-wangian menyenangkan dari bunga-bunga segar yang berada di dalam rumah sekaligus toko ini menyapa. Juga dengan suara melengking milik wanita Yamanaka.
"Hinata dan dua mininya Naruto!"
Ino segera meletakkan rangkaian bunga krisan di atas meja, menghampiri mereka bertiga. "Aduh, sayang sekali Inojinnya sedang pergi dengan Ayahnya tadi pagi sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angan
FanfictionAngan: 1. pikiran; ingatan; 2. maksud; niat Kumpulan Oneshot NaruHina.