"Hinata?!" Naruto terkejut melihat Hinata berada di kantornya,apa yang di lakukan gadis itu di sini?
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Naruto bertanya namun sebelum Hinata menjawab Shion lebih dulu menyela.
"Naruto-kun kau tidak bilang kalau kau suka makanan rumah? Jika aku tahu aku akan membuatkan makan siang untukmu"ujar Shion manja,wanita itu beringsut memeluk lengan Naruto erat, namun pria itu hanya diam sorot matanya fokus pada gadis cantik yang berdiri dengan risih di depannya.
"Pergilah Shion,aku sudah mengusirmu tadi, sangat tidak tahu diri jika kau terus mengemis di sini seperti gelandangan, pergilah sebelum aku benar-benar mengusirmu dengan kasar" Naruto berujar dingin,ia menyentak pelukan Shion kemudian menarik Hinata masuk ke ruangannya.
Brak!
Pintu tertutup kasar, meninggalkan Shion yang menggerutu kesal di luar.
"Sialan! Siapa wanita itu,kenapa Naruto-kun bersikap lembut padanya?!" Gumam Shion kesal, kemudian wanita itu pergi dengan hentakan kaki yang terdengar berisik,suasana hatinya sedang kesal setelah pertemuan menyebalkan dengan pria arogan itu.
.
.
.Suasana hening di dalam ruang kerja CEO N.K corp, Hinata masih diam menunduk tak berani menatap mata biru sebiru samudra di depannya yang tengah menatapnya tajam.
Naruto berkali-kali menghela nafas, beberapa hari ia menghindari Hinata, Naruto tahu ia kekanakan hanya saja Naruto tak ingin kehilangan Hinata secepat ini, kisahnya belum di mulai jika Hinata memaksanya untuk meluruskan salah pahamnya pada sang ibu,ia benar-benar akan kehilangan kesempatan yang berharga itu.
"Ada apa kau kemari?" Setelah hening beberapa lama Naruto membuka suara, Hinata yang sedari tadi hanya diam kini mulai mendongak menatap mata biru pria di depannya.
"Aku hanya ingin memberikan makan siang untukmu,aku memasak terlalu banyak jadi aku berinisiatif untuk membawakannya untukmu,aku tidak tahu jika kau sudah makan siang atau belum,jika kau sudah makan aku akan memberikan ini pada orang lain atau membuangnya" ujar Hinata gugup,ia tak tahu harus bicara apa setelah kejadian beberapa hari lalu, rasanya canggung untuk berinteraksi lagi dengan pria itu.
"Hn kebetulan aku belum makan,kau taruh saja di meja sana,nanti aku makan" jawab Naruto, Hinata mengangguk, gadis itu berjalan menjauh dari meja kerja pria itu dan meletakan kotak makan siang nya di meja sofa yang ada di ruangan Naruto.
"Kalau begitu aku pergi dulu,aku ada beberapa pekerjaan yang belum ku selesaikan di rumah" ujar Hinata, Naruto hanya mengangguk.
"Mau ku antar pulang?!" Tawar Naruto, Hinata menggeleng.
"Tidak terimakasih,kau pasti sibuk,aku pulang sendiri saja"
"Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan" Hinata mengangguk kemudian keluar dari ruangan Naruto, sesaat setelah kepergian Hinata Naruto menghempaskan tubuhnya pada kursi di belakangnya.
Detak jantungnya tak beraturan, keringat dingin membasahi pelipisnya, entah kenapa berhadapan dengan Hinata setelah kejadian itu membuatnya sangat gugup hingga canggung begini.
"Ini tidak benar! Seharusnya tidak seperti ini? Kenapa aku harus merasa takut,apa aku salah jika menuruti permintaan ibuku untuk menjadikan Hinata kekasihku? Hah... Gadis itu sangat keras kepala, merepotkan sekali -ttebayo" ujar Naruto kesal,
.
.
.Hinata berjalan menuju lift dengan langkah bingung,gadis itu terlihat linglung.
Beberapa kali gadis itu memukul pelan kepalanya yang terasa berdenyut kecil.