AL ; 3

83 5 0
                                    

Athena POV

Motor besar yang saat ini ku kendarai bersama pangeran ku mulai memasuki area sekolah. Setelah motor terparkir dengan rapih, aku pun turun sambil berpegangan pada sosok yang bertubuh tinggi dengan bahu yang lebar dan kekar serta bisep lengan yang menandakan kokohnya tubuh ideal itu. 'Pasti sering olahraga, nih'. Aku tidak dapat mengendalikan pikiranku.

"Kamu langsung ke kelas aja, saya mau ngumpul dulu sama yang laen." Ucapnya saat melihatku mematung menatapnya.

"Emang gak bisa bareng, yah?"

"Kamu gak liat apa, dari tadi semua orang liatin kita, saya rasa itu aneh."

"Bodoamat. Kalau sama lo, gue gak pernah mikirin orang lain."

"Ngode, ya?" tanyanya sambil menaik turunkan kedua alisnya, jenaka.

"Tergantung lo sih, kadar kepekaannya berapa frekuensi?"

Dia tertawa pelan sambil mencubit kedua pipiku, gemas. Hal itu sudah menjadi kebiasaan barunya ketika merasa gemas akan perkataan spontan ku yang terdengar konyol.

"Udah sana masuk." Titahnya, sesaat aku berbalik. Kulihat sekelompok orang yang berseragam sekolah yang bahkan tidak mematuhi peraturan sekolah.

"Woy, Ares. Masih pagi-pagi udah romantisan bae lo di parkiran." Teriak salah satu murid yang penampilannya paling berantakan dan absurd diantara murid lainnya.

Apa masih pantas disebut siswa, jika baju putih seragamnya disampirkan ke bahu menampilkan baju kaos navy, dasi yang di ikatkan ke kepala, gelang yang hampir memenuhi pergelangan tangan kirinya, jam tangan keluaran terbaru dari Rolex berwarna hitam melilit dipergelangan tangan kanannya.

Dia Alvaro Azka Pratama.

'Kenapa gak sekalian buka celana, sih. Kan tanggung jadinya kalo baju doang.' aku mengumpat, dalam hati tentunya.

Sejauh aku mengenal Azka, semua orang akan mengatakannya sebagai fuckboy atau badboy. Dia bahkan bisa memenangkan penghargaan manusia dengan prestasi mematahkan hati wanita terbaik dan manusia dengan kategori mantan terbanyak, jika saja hal itu ada.

"Tau nih, ingat bro. Ini sekolah. SE-KO-LAH!" Sahut temannya yang lain, yang mengenakan jaket jeans berwarna dark blue. Masih jauh lebih baik di banding pria yang berbicara tadi.

Kalo yang ini namanya Fero Baskara. Manusia setengah kadal yang sering kegatelan kalo ngeliat cewek. Tapi, anehnya sih, dia itu tetap setia sama satu perempuan.

"Hareudang hareudang hareudang... panas panas panaasss..." Dengan gaya kocaknya, Ando mulai bernyanyi dengan heboh. Lelaki itu bahkan tidak peduli jika semua mata yang ada di sekitar area parkiran memperhatikannya.

Ando Putra Pahlevi. Tidak ada yang lebih spesial darinya selain wajahnya yang tampan. Kelakuannya yang urakan, sering heboh dan juga sering disebut si manusia bar-bar. Kadang orang-orang bahkan menanyakan perihal urat malunya. Soal itu, mungkin aku percaya kalimat "Kehilangan urat malu" saat melihat dirinya dengan segala tingkah receh nya.

"Selalu selalu selalu.... berduaan muluuuuu...." Sorak semuanya kian heboh menyambung potongan lagu yang sengaja di jeda oleh Ando. Terkecuali pria yang masih tampak waras kelakuan dan penampilannya.
Dia itu si dingin Arsenio Austin.

Arsen itu orangnya cool, sebelas dua belasan sama Pangeranku. Hanya saja, Pangeranku masih jauh lebih humble dibandingkan pria dingin ini. Es batu berjalan. Entah sejak kapan dan siapa yang membuat julukan itu spesial untuknya. Sejauh ini, hanya itu yang ku ketahui tentang mereka.

Aku kadang bingung, sejak kapan mereka memulai lingkaran pertemanan se solid itu? Mereka bahkan memiliki geng dengan anggota tetap.

Hexagon

ALARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang