"Chengxin itu kelihatannya kalem. Tapi jangan coba-coba buat dia marah."Waktu itu, pas jam pelajaran, gue permisi ke kamar mandi karena kebelet. Kamar mandi di lantai kelas gue lagi rusak. Jadi gue harus turun ke lantai bawah.
Setelah selesai dengan urusan kamar mandi, gue kembali naik ke atas. Namun, di tangga ada sekelompok cowok yang gue tau adalah kakak kelas lagi ngumpul. Mereka pasti bolos kelas. Gue jadi takut, soalnya mereka kelihatan anak gak baik-baik. Tapi gue gak boleh bolos. Sampai akhirnya gue mantapin diri buat tetep naik ke atas.
"Wah cewek nih." Sahut mereka menggoda sambil menatap gue dengan nakal.
Gue menghiraukan mereka, tadinya gue mau jalan di sudut tangga, tapi ada yang nutupin jalan.
"Minggir!"
"Lo kelas berapa? Kok gue baru lihat?" Tanya si penghalang jalan sambil menahan tangan gue.
Gue menepis tangan dia kuat, "Minggir!"
"Galak bener." Mereka ketawa meledek gue.
"Eh lo bukannya pacar Chengxin?"
"Chengxin si ranking dua?"
"Iya. Temennya si Xida."
"Lo cantik." Ujar si penghalang jalan gue ini sambil menyeringai. Gue berusaha mendorong dia, tapi dia tetep gak bergerak.
Sampai tiba-tiba gue merasa paha gue dipegang sama dia, gue langsung berteriak dan menjauh. Untungnya pas gue turun dari tangga, gue ketemu sama Xida. Gue yang syok karena 'dilecehkan' itu cuma bisa nangis ke Xida.
"Zhuyu, lo kenapa nangis?!" Tanya Xida panik.
"Xida... dia... megang paha gue..." Kata gue sambil terisak.
"Siapa?!" Tanya Xida heboh.
"Loh Zhuyu kamu kenapa?!" Tiba-tiba Chengxin datang sambil membawa map. Mukanya panik banget pas lihat gue yang nangis sambil megang lengan Xida.
"C-Chengxin..."
"Xida, dia kenapa?!"
"Gak tau gue, Xin. Katanya ada yang megang paha dia. Kayaknya anak-anak nakal di tangga."
Ekspresi Chengxin langsung berubah. Chengxin membanting map yang dia pegang, mukanya memerah. Rahangnya mengeras.
"Brengsek!"
Lalu Chengxin berjalan ke tangga dan menghampiri sekelompok orang tadi.
"SIAPA YANG GANGGU CEWEK GUE?!"
Sekelompok tadi yang lagi ketawa-ketawa langsung diam. Mereka menatap Chengxin kaget. Apalagi si pelaku yang membuat Zhuyu menangis tadi.
"E-eh Chengxin... K-kita gak ngapa-ngapain cewek lo kok!" Elak salah satu dari mereka yang mengenal Chengxin.
"Oh itu cewek lo? Gue gak sengaja." Sahut si pelaku tadi dengan santai.
"BAJINGAN!"
Chengxin menarik kerah bajunya kuat sampai cowok itu jatuh ke bawah. Lalu Chengxin langsung membabi buta cowok itu dengan bogemannya. Cowok itu gak bisa lawan karena Chengxin kuat banget.
Temen-temennya langsung melerai Chengxin yang makin menggila. Xida juga bantu melepaskan Chengxin dari cowok itu. Chengxin marah banget, dia bener-bener lupa diri.
"CHENGXIN UDAH!" Teriak Xida setelah berhasil melepaskan Chengxin.
Chengxin masih berusaha melepaskan Xida dan menatap tajam cowok itu.
"BERANI-BERANINYA LO GANGGU CEWEK GUE!" teriak Chengxin.
"PERGI LO SEMUA!" Teriak Xida ke sekelompok itu.
Lalu mereka pun langsung berlari meninggalkan Chengxin dan Xida.
Sedangkan gue saat itu gak bisa apa-apa. Bayangin, kalian pakai rok, lalu paha kalian dipegang sama cowok yang gak kalian kenal. Itu termasuk pelecehan. Dan gue syok banget.
Chengxin kembali menenangkan dirinya lagi. Setelah dia tenang, Chengxin mendekati gue yang nangis sambil terduduk di koridor. Dia berjongkok, lalu memeluk gue.
"Aku udah bales dia, jangan nangis lagi, tolong jangan nangis lagi..." Bisiknya lembut di telinga gue.
Gue peluk Chengxin erat.
Lalu besoknya, gue dengar sekelompok anak-anak nakal itu dikeluarkan dari sekolah. Gue lupa kalau pacar gue itu punya kekuasaan tinggi di sekolah. Sebagai donatur terbesar, mengeluarkan murid kayak mereka tentu bukan hal yang susah buat Chengxin. Lagian, mereka memang bersalah, jadi pengeluaran mereka disetujui oleh kepala sekolah.
Intinya, jangan pernah buat Chengxin marah.
—14 things about ding chengxin
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟏𝟒 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐜𝐡𝐞𝐧𝐠𝐱𝐢𝐧
Fanfiction(finished) "Zhuyu, lo sadar gak sih, lo itu menarik. Siapapun yang dekat sama lo pasti ngerasain kayak gue rasain." "Gue rasa enggak. Cuma lo doang yang berpikiran gila untuk ngejar pacar temennya sendiri." Ziyi tertawa. "Iya juga. Saingan gue cuma...