"Chengxin itu suka banget sama anak kecil, apalagi anak perempuan."Gue terkekeh saat membaca chat dari Chengxin yang mengatakan kalau dia tidak bisa nemenin gue ke toko buku hari ini sesuai rencana kita semalam. Katanya dia harus menjaga adik sepupunya karena orang tuanya ada urusan mendadak dan harus meninggalkan anak mereka ke Chengxin. Orang tua Chengxin juga harus pergi karena urusan pekerjaan.
Karena merasa kasihan sama Chengxin yang harus menjaga anak kecil sendirian, gue pun berinisiatif untuk nemenin dia di rumahnya. Lagian ke toko buku bisa besok.
Gue bersiap-siap ke rumah Chengxin dengan pakai kaos putih lengan pendek dan celana hotpants jeans. Gitu aja, bahkan cuma pakai bedak dan liptint. Toh cuma ke rumah Chengxin.
Gue ke rumah Chengxin busway, sampai sana langsung menekan bel rumah Chengxin dan tak lama pintu pagar langsung dibuka sama Chengxin yang lagi menggendong Xinmei, adik sepupunya yang masih berumur 3 tahun ini.
"Hai!" Sapa Chengxin ke gue.
Gue tersenyum lebar. "Hai! Hai, Xinmei!" Gue mencubit pipi Xinmei gemas.
"Ayo masuk." Ajak Chengxin. Gue mengangguk, gue membantunya menutup pintu pagar.
Chengxin membawa gue ke ruang tengah rumahnya. Di sana berantakan banget, penuh dengan mainan Xinmei semua. Xinmei langsung berontak ingin turun, begitu Chengxin menurunkannya, anak kecil itu langsung berlari ke mainannya.
"Duduk dulu, aku ambil minum." Kata Chengxin.
"Gak usah ah, nanti aja kalo udah haus." Gue menahan tangan Chengxin.
"Okedeh." Chengxin pun duduk di samping gue. Kita memperhatikan Xinmei yang asyik bermain sendiri.
"Kamu naik apa ke sini?" Tanya Chengxin sambil mengelus rambut gue.
"Busway." Balas gue sambil tertawa kecil melihat Xinmei. Anak itu imut banget, cantik juga. Dia ini pasti bibit unggul yang bakal jadi visual banget kalo udah besar.
Kayak Chengxin.
"Xinmei, jangan mainin buku-buku itu!" Kata Chengxin ke Xinmei yang udah megang majalah-majalah yang ada di atas meja sofa.
Xinmei tidak memperdulikan Chengxin. Dia malah sibuk membolak-balikkan majalahnya. Setau gue sih, itu majalah favorit Bundanya Chengxin.
Chengxin menghela nafas, dia pun beranjak bangun untuk mengambil majalah itu.
"Jangan main ini ya... Xinmei main itu aja," ucap Chengxin lembut sambil menyembunyikan majalah itu dari Xinmei. Lalu digendongnya Xinmei ke tempat mainan Xinmei lagi.
Xinmei berontak, dia kayaknya bosen main sendiri. Xinmei malah berlari ke gue dan langsung memeluk gue erat. Kayak berusaha cari tempat berlindung dari Chengxin.
Gue ketawa gemas, gue angkat Xinmei dan pangku dia. "Xinmei mau nonton?" Tanya gue sambil menunjuk televisi.
Xinmei mengangguk antusias dengan wajahnya yang polos. Matanya yang besar ini bikin gue gemes banget sama dia.
"Oke. Kita nonton peppa pig?"
"Peppa pig!" Serunya.
Chengxin pun membawakan remot tv ke gue, dia ikut duduk di samping gue dan menghidupkan saluran kartun peppa pig kesukaan Xinmei.
Ini bukan pertama kalinya gue bertemu Xinmei. Makanya gue tau sedikit tentang anak kecil ini.
Ngomong-ngomong, sedikit tentang Ding Xinmei, adik sepupunya Chengxin. Xinmei ini punya kekurangan yaitu lambat dalam berbicara. Tapi dia cepat dalam bergerak. Makanya, Xinmei jarang ngomong karena dia sulit untuk ngomong. Paling cuma dikit kata-kata yang bisa dia bilang.
Tapi Xinmei anak yang cepat tanggap dan paham dengan sesuatu yang dia lihat. Dia juga mudah paham sama yang dikatakan orang dewasa ke dia. Xinmei ini cerdas, tapi cuma lambat dalam berbicara aja.
"Xinmei mau minum susu?" Tawar Chengxin ke Xinmei yang serius nonton.
Xinmei mengangguk-ngangguk.
"Oke, Gege buatin dulu ya." Chengxin mengelus kepala Xinmei pelan lalu berjalan ke dapur.
Gue tersenyum melihatnya. Rasanya hati gue menghangat melihat Chengxin yang lembut banget sama anak kecil. Chengxin bilang dia pengen punya adik cewek, tapi Bundanya gak mau punya anak lagi karena sibuk menjadi dokter. Jadi, begitu dia tau punya adik sepupu cewek, Chengxin jadi sayang banget sama Xinmei. Udah kayak adiknya sendiri.
Xinmei tiba-tiba meloncat turun dari pangkuan gue. Dia berlari ke mainannya lagi. Kayanya dia udah bosen nonton. Gue pun membiarkannya.
Tak lama Chengxin datang sambil membawa botol susu Xinmei.
"Xinmei, ini susunya."
Xinmei menerima botol susunya dengan senang, dia langsung duduk di atas karpet dan minum susu botol itu. Sesekali dia bermain-main sambil minum susunya.
"Laper banget." Gumam Chengxin sambil mengelus perutnya.
"Belum makan?"
"Belum, gak sempet. Lagian Bunda gak ada masak."
"Mau aku masakin?"
Chengxin mengangguk antusias. Persis kayak Xinmei yang gue tawarin nonton peppa pig tadi. Sama-sama gemes. "Mau! Nasi goreng ya. Pengen makan nasi goreng kamu."
"Oke!" Gue beranjak dari sofa dan berkutat di dapur untuk membuatkan nasi goreng untuk Chengxin. Sekarang udah siang, pasti Chengxin belum makan dari pagi karena jagain Xinmei terus.
Sekitar 20 menit masak, akhirnya gue selesai buat 2 porsi nasi goreng untuk Chengxin dan gue juga. Gue pun beralih untuk memanggil Chengxin untuk mengajaknya makan.
Namun, saat ke ruang tengah, gue disambut dengan pemandangan Chengxin dan Xinmei yang tertidur di atas karpet berdua. Xinmei tertidur dengan kepala yang beralaskan lengan Chengxin. Anak kecil itu juga memeluk Chengxin dari samping, melingkarkan kaki dan tangannya di perut Chengxin. Chengxin tidur telentang dengan satu lengannya lagi menutup matanya.
Gue terkekeh. Lucu banget. Mereka malah kayak ayah dan anak perempuannya. Gue gak berniat untuk membangunkan Chengxin lagi karena dia keliatan capek. Mungkin nanti aja dia makan dan gue panasin lagi nasi gorengnya. Gue pun memilih untuk nonton televisi selagi mereka tertidur bersama.
—14 things about ding chengxin
Chengxin itu soft banget sama anak-anak. Apalagi sama keponakannya, keliatan banget dia sayang banget sama keponakannya. Terus teringet pas dia sama tf gen 2 di frifriday ke tk dan chengxin ngekorin anak cewek muluu😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟏𝟒 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐜𝐡𝐞𝐧𝐠𝐱𝐢𝐧
Fanfiction(finished) "Zhuyu, lo sadar gak sih, lo itu menarik. Siapapun yang dekat sama lo pasti ngerasain kayak gue rasain." "Gue rasa enggak. Cuma lo doang yang berpikiran gila untuk ngejar pacar temennya sendiri." Ziyi tertawa. "Iya juga. Saingan gue cuma...