eighth things

521 70 11
                                    


"Chengxin itu suka nyimpen masalahnya sendiri."

Ada yang aneh sama Chengxin hari ini. Dia lebih banyak diam pas gue ekskul menggambar. Biasanya kita selalu ngobrol apapun sambil ngegambar. Tapi Chengxin lebih banyak diam dan wajahnya murung. Gue daritadi nyoba ngajak dia ngobrol, tapi Chengxin cuma jawab dengan pendek. Pasti dia lagi badmood.

Selesai ekskul, gue berniat pergi sama Jixia dan Yuran ke toko buku. Kebetulan kita sama-sama lagi nyari buku, jadilah kita pergi bertiga.

"Chengxin, aku mau pergi sama Jixia sama Yuran ke toko buku. Kamu pulang duluan aja." Ucap gue saat kita baru keluar dari kelas.

Chengxin mengangguk. Dia mengelus kepala gue sebentar sambil tersenyum tipis, "Hati-hati ya."

"Iya."

Lalu Chengxin berjalan meninggalkan gue dengan lesu.

Aneh, biasanya Chengxin bakal banyak nanya kalo gue mau pergi sama orang. Atau maksa buat nganterin gue. Tapi kali ini dia langsung iyain dan pergi gitu aja. Gua makin yakin dia ada masalah. Gue berniat untuk menanyakannya di telepon nanti aja.

Kemudian gue pun beralih ke depan gedung. Menghampiri Jixia dan Yuran yang katanya nunggu di pos satpam. Tapi disana ada Jiaqi juga.

"Dateng juga akhirnya." Kata Jixia ke gue.

"Maaf ya lama, tadi susah banget gambarnya."

"Iya gak papa kok." Balas Yuran sambil tersenyum.

"Jiaqi juga ikut?" Tanya gue sambil melirik Jiaqi.

"Iya, dia yang anterin kita." Jawab Jixia.

Eh iya, mumpung ada Jiaqi, lebih baik gue nanya langsung ke dia tentang Chengxin. Sebagai teman dekatnya, pasti Jiaqi tau masalah Chengxin.

"Jiaqi, gue mau nanya." Ujar gue ke Jiaqi.

"Apa tuh?"

"Itu, tadi Chengxin keliatan badmood banget, dia kenapa ya?"

"Ohh dia gak kepilih ikut wakilin lomba dance di club dancenya. Padahal guru dancenya udah milih dia, tapi tiba-tiba dibatalin dan diganti sama Ziyi."

Gue mengangguk paham, pantes aja. Chengxin itu ambisius banget kalo udah menyangkut dance. Dia paling semangat kalau udah ikut lomba dance, pasti dibatalin saat dia udah latihan susah payah bikin dia kesel dan sedih. Gue jadi paham kenapa Chengxin keliatan pendiam dan murung hari ini.

"Gak papa, Zhuyu. Besok pasti moodnya balik lagi kok. Chengxin itu anaknya kuat."

"Iya, makasih ya, Jiaqi."

"Yaudah yuk berangkat!" Ajak Jixia. Yuran pun merangkul gue dan membawa gue ke mobilnya Jiaqi.



"

CHENGXINNN!!"

Gue menekan bel rumah Chengxin yang ada di depan pagarnya. Tapi walaupun ada bel, gue tetep ngandelin suara gue buat teriak manggilin Chengxin.

Tak lama pintu pagar dibuka, menampakkan Chengxin yang lagi pakai baju santainya. Dia menatap gue bingung karena gue tiba-tiba datang ke rumahnya di jam 7 malam gini. Apalagi gue gak ada chat dia sebelumnya.

"Zhuyu? Ngapain ke sini?" Tanya Chengxin bingung.

Gue menyengir. "Chengxin, ayo ke pasar malam! Mumpung malam Minggu!"

"Kok tiba-tiba? Harusnya kamu chat aku aja. Nanti aku jemput. Kamu kesini naik apa?"

"Cerewet banget sih!" Gue mencubit pipi Chengxin gemes. "Biar suprise dong! Ayo ganti baju yang ganteng."

Gue mendorong Chengxin untuk masuk ke rumahnya. Gue juga ikut masuk ke rumah Chengxin dan menunggu dia bersiap-siap di ruang tamu.

Rumah Chengxin sepi, pasti kedua orang tuanya lagi pergi.

Beberapa menit kemudian, Chengxin sudah siap dengan memakai celana jeans, kaos putih polos, dan kemeja hitam sebagai luaran. Ganteng banget.   Dia juga wangi banget, entah apa parfumnya tapi Chengxin punya wangi khas yang bikin nyaman banget deket sama dia.

"Ayo!"

Gue dan Chengxin pergi ke pasar malam naik busway. Sampai disana, gue mengajak Chengxin nyobain semua permainan. Kita menang lumayan banyak, gak heran daritadi gue megang 4 boneka aja. Tapi karena risih, gue pun menitipkan boneka tersebut ke tempat penitipan barang.

Selain itu kita juga nyobain street food disana. Gue sama Chengxin keliling pasar malam sambil bergandengan. Dan gue merasa lega saat Chengxin mulai banyak senyum dan ketawa selama kita menghabiskan waktu di pasar malam ini.

"Chengxin, ayo naik bianglala!" Ajak gue sambil menunjuk bianglala besar itu.

Chengxin mengangguk menurut. Daritadi dia terus menurut, gak ada protes sama sekali.

Pas banget kita sampai, bianglalanya lagi berhenti. Jadi kita bisa langsung masuk.

"Cantiknya..." Gumam gue saat melihat suasana kota dari atas. Ini pertama kalinya gue naik bianglala pas malem-malem. Biasanya selalu pas siang.

Chengxin menatap bawah sambil tersenyum juga. Lalu dia menatap gue. "Zhuyu."

"Ya?" Gue menoleh ke dia.

Chengxin tersenyum ke gue, "Makasih banyak."

Gue mengernyit. "Buat apa?"

"Makasih udah bawa aku kesini. Mood aku udah balik lagi karena kamu."

Gue ketawa kecil, sambil meraih tangannya dan menggenggamnya. Chengxin yang duduk di seberang gue ikut mengeratkan genggaman tangan kita.


Lalu, gue sama Chengxin sama-sama terhipnotis dengan tatapan satu sama lain. Sampai kita gak sadar kalau gue dan Chengxin telah menyatukan kedua bibir kita. Chengxin mencium gue dengan lembut, dengan tangan satunya menangkup rahang gue dan satunya lagi menggenggam kedua tangan gue.

"Wo ai ni." Bisiknya di telinga gue.


—14 things about ding chengxin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—14 things about ding chengxin







Aku selama ngetik ini:
"Anjai"
"Anjai"
"APANI? APANI?!"

𝟏𝟒 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐜𝐡𝐞𝐧𝐠𝐱𝐢𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang