LEMAH LAYAT 6

5.3K 166 13
                                    

Ruslan menatap Ranggon, ia hanya merintih kesakitan. Ruslan sendiri tidak yakin apa manusia di depannya masih hidup dan bila memang hidup, bagaimana rasanya menjadi seonggok daging yang harus terus memuntahkan darah dari seluruh lubang di tubuhnya

Mulut, telinga, hidung, dubur.

Tiba-tiba, terdengar suara Lastri berteriak. Ruslan terkejut, lantas ia bersiap menuju tempat itu. Saat, tangannya di cengkram oleh Ranggon, Ruslan merinding. Bola matanya seperti mau keluar, ia mau mengatakan sesuatu tapi Ruslan tidak paham.

Lastri terus menerus berteriak. Karena penasaran, Ruslan melepaskan cengkraman Ranggon, ia berlari menuju suara Lastri. Saat, ia melihat seseorang tengah berdiri.

Ruslan langsung bersembunyi. Ia mengintip dari balik tembok kayu, sosok wanita mengenakan kebaya dengan rambut di sanggul, ia berdiri di depan Lastri.

"Wes tau tak kandani nduk, dadi Gundik'colo iku abot!!" (Kan sudah pernah ku kasih tahu, jadi Gundik'colo itu berat!!)

Ruslan meringkuk. Suara wanita itu, dingin sekali. Ia mengucapkan kalimat itu dan Ruslan langsung bisa merasakannya. Dia bukan orang sembarangan. Ruslan gemetar.

Tak beberapa lama, pintu terbuka. Mbah Por masuk, ia membungkuk kepada wanita itu, seperti memberi hormat.

"Cah lanang kui, wes siap di beleh"
(Anak lelaki itu siap di sembelih)

Lastri masih bersimpuh di depan wanita itu. Ia menunduk, saat wanita itu melewatinya.

"Di sembelih" 

Wanita itu sudah keluar. Mbah Por membantu Lastri, ia menggendongnya. Saat itu, mbah Por dan Ruslan bertemu mata. Mbah Por seakan memberi tanda pada Ruslan untuk tidak ikut campur. Namun, maksud di sembelih itu apa, Ruslan tidak mengerti. 

Mbah Por pun keluar bersama Lastri. Pelan-pelan, Ruslan mendekat menuju pintu, ia harus tahu apa yang terjadi.

Dari celah jendela, Ruslan mengintip. Ia melihat wanita itu masih dari belakang, ia tengah berdiri di tanah lapang. Di depannya, Agus di ikat. Ia duduk, tampak pasrah.

Mbah Por menurunkan Lastri. Sementara, ada lubang besar di depan Agus. Lastri merangkak mendekati wanita itu. Ia menciumi tangannya, sedangkan mbah Por meletakkan dedaunan pisang di samping lubang, sebelum memberikan parang pada wanita itu.

Wanita itu mendekati Agus, ia seperti memeriksa kepala Agus. Ruslan hanya bisa melihatnya dari jauh. Lastri hanya diam, ia sudah tidak bisa berdiri lagi, sementara mbah Por berjalan menuju rumah tempat Ruslan berada.

Mbah Por masuk, Ruslan langsung menemuinya.
"Onok opo iki mbah, lapo atek beleh-belehan" (Ada apa ini mbah kenapa pakai acara sembelih)

Mbah Por tampak geram, Ruslan baru sadar.Bibir mbah Por mengeluarkan darah,

"Koncomu iku menungso paling goblok!! asu!!" (Temanmu itu manusia paling bodoh!!  Anj*ng!!)

Ruslan bingung. 

Mbah Por melewati Ruslan, ia berjalan menuju Ranggon. Ruslan yang masih bingung mengejar mbah Por.

"Opo maksud'e mbah?"
(Apa maksudnya mbah)

Mbah Por membuka mulutnya, Ruslan tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Kok isok koyok ngunu mbah?"
(Kok bisa sampai kaya begitu mbah?) 

"Nek gak onok Lastri, wes pedot iki ilatku. Tak belani protol untuku, tapi wong iku jek kepingin ae ndelok menungso gak nduwe ilat" (Kalau gak ada Lastri, sudah sobek ini lidahku. Aku belain sampai gigiku ompong, tapi manusia itu masih saja pengen lihat orang gak punya lidah) 

LEMAH LAYATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang