LEMAH LAYAT 4

5.8K 181 17
                                    

Ia menarik Agus namun, Agus menolak, Koco rupannya dari tadi memperhatikan, ia ikut menarik Agus, dan akhirnya mereka pergi.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kalian" kata Koco.

"Harus tak sampein kayanya"

Baru pertama kali, muka Koco tampak serius. Sepanjang perjalanan, Koco tampak seperti mau bicara namun ia menahan semuanya. Ruslan dan Agus apalagi. Mereka, sepanjang perjalanan tidak ingin bicara, pikiran mereka berdua, melayang-layang teringat wajah pemuda itu.

Turun di lokasi kerja, Agus tidak perduli dengan apa yang mau disampaikan Koco, ia memilih untuk mulai mengaduk semen bersama yang lainnya. Hanya Ruslan yang mendengar Koco.

"Ngene, koyok'e omah sing mok panggoni angker yo"
(Gini, kayanya rumah yang kamu tempati itu angker ya)

Ruslan, diam. Ia tidak tahu harus menanggapi apa yang baru Koco ucapkan.

"Orang yang sebelumnya tinggal disana, itu mereka cerita kalau setiap malam, ada yang suka ngelihatin mereka" Koco tampak berpikir.

"Pocong sih katanya"

Ruslan masih diam.

"Nah, sebelum mereka pergi, satu dari empat orang yang tinggal, dia kaya si Agus begitu, diem aja" ucap Koco.

"Terus" Koco tampak berpikir, lalu meminta Ruslan mendekat, saat Koco berbisik, Ruslan melotot menatap Koco.

"Goblok. wes eroh koyok ngunu, aku ambek Agus ber mok kongokon nang kunu, Edan koen co!!"
(Bodoh, sudah tahu kaya gitu, aku sama Agus malah disuruh tinggal disitu, gila!)

"Loh aku juga cuma ngikutin peraturan, udah gak ada kamar di mes, rumah itu sudah dibayar setahun penuh" Koco mencoba membela.

"Ya tapi, kamu gak bilang kalau ada kejadian begitu. Tau tidak, perempuan depan rumah itu, Gundik'colo" sahut Ruslan.

Koco langsung diam.

"Jangan ngawur kamu Rus" (Jangan sembarangan kamu Rus) kata Koco.

"Mana ada perempuan begitu jaman sekarang!! fitnah Rus, fitnah!!"

"Agus yang bilang, kalau kamu gak percaya, tinggal sama aku saja. Masih ada satu kamar" kata Ruslan.

"Matamu!! gak mau aku" Koco menolak.

"Yakin, dia Gundik'colo, sakti dong!!"

"Iya. sakti" kata Ruslan, "kalau dia mau, dia bisa gorok lehermu dari rumah"

Koco tidak bicara, ia seperti ingat sesuatu, tapi enggan mengatakannya.

"Gini Rus. Si Agus, awasi dia ya. Kalau ada aneh-aneh, bilang sama aku. Aku kenalin sama seseorang" kata Koco.

"Asu koen co!!" (Anj*ng kau co!!)

Semenjak Ruslan tahu sesuatu, setiap ia sampai di rumah, Ruslan mengunci pintu. Ia sering melihat ke jendela, matanya mengawasi rumah itu.

"Gus, kapan yang punya ini tanah datang"

"Nanti Lastri ngasih tahu" ucap Agus.

"Kamu sih nantangin perempuan itu" kata Ruslan.

"Rus, aku mau ngomong, kalau aku pergi, kamu di rumah aja, jangan kemana-mana ya" sahut Agus.

"Piye gus" (Gimana gus) tanya Ruslan.

Saat itu juga, suara pintu diketuk. Ruslan terhenyak sesaat menatap pintu. Agus berdiri, ia membuka pintu. Tepat disana, ada mbak Lastri, Agus menutup pintu.

LEMAH LAYATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang