Agus dan Ruslan bergegas pergi. Ia mencium aroma busuk yang membuat Ruslan menutup hidung, meski Agus berjalan biasa saja, ia seperti melamun, matanya kosong. Ruslan segera menutup pintu, ia melihat pocong-pocong itu menatap rumahnya. Disana, perempuan itu masih berdiri di pintu.
"Ada apa Gus sebenarnya?" tanya Ruslan. Agus hanya bengong, matanya benar-benar kosong.
Karena lelah menunggu Agus menjawab, Ruslan memberikan sebatang rokok dimulut Agus, beberapa saat kemudian Agus seperti baru sadar.
"Cok, minggat yok"
(Pergi yuk)Ruslan, heran.
Agus masuk ke kamar, memasukkan semua bajunya ke tas secara serampangan. Ruslan yang masih kebingungan lantas, mendorong Agus bertanya dengan kesal.
"Onok apa sakjane"
(Ada apa sih sebenarnya)"Koen mau loh gak ngene, opo gara-gara kopi mau"
(Kamu tadi loh gak papa, apa karena kopi tadi)Agus menggeleng, "Kopinya gak papa Rus, tapi...." Agus menelan ludah, seperti lidahnya keluh.
"Kamu sih bodoh, ngapain nyamperin ke rumahnya, jadi gini kan sekarang." Ruslan menatap Agus kesal.
"Itu pocong pasti sengaja biar aku lihat kan, sialan si Lastri"
"Aku kasih tahu ya Rus" kata Agus.
"Ini adalah tanah tumbal, kamu dengar sendiri kan, gimana ucapannya kalau kita sembunyi-sembunyi cari tahu, dia ngancam itu sebenarnya, satu yang harus kamu ingat dalam kepalamu, kalau kamu niat buruk ke tanah tumbal, nasibmu bisa tragis." Sambungnya.
"Jadi karena itu, kamu datangin dia langsung" Tanya Ruslan.
"Iya, buat minta ijin, kalau dia ngasih tahu"
"Trus, dia sudah ngasih tahu apa yang dia lakukan" Ruslan melihat gelagat Agus berubah, Agus membelakangi Ruslan.
"Dia perempuan yang gila rus. Aku, mencium aroma darah disana"
"Darah apaan?. Darah pocong kali yang kita lihat tadi" sahut Ruslan.
"Gak gak gak!!" sahut Agus.
"Aku pernah cium aroma kaya gini, ini bukan darah karena luka, ini darah apa ya" Agus tampak berpikir.
"Darah yang baunya amis sekali, darah perjanjian" Agus langsung sadar.
"(PERJANJIAN)"
"TUMBAL maksudmu, pocong tadi" Ruslan masih bingung.
"Goblok kamu ya Rus. Tumbal itu gak harus manusia" kata Agus mulai kacau.
"Tanah Tumbal, itu maksudku. Tanah ini di tanami bermacam-macam tumbal, ada kain pocong, rambut yang punya rumah pun bisa jadi tumbal, tumbal binatang"
"Orang dulu, terutama mereka yang punya nama, menggunakan bermacam-macam tumbal, agar tidak ada yang punya niat buruk bisa mencelakainya, tumbal pocong untuk menakut-nakuti saja, sama halnya dengan tumbal rambut si pemilik rumah, siapapun yang punya niat buruk, ia akan lihat si pemilik rumah terus menerus. Tumbal binatang bahkan, tumbal rempah-rempah, seperti cabai, bawang merah dan putih. Semua itu bisa jadi tumbal, asal ada mantra perjanjiannya. Tumbal manusia jarang digunakan untuk menjaga rumah, tapi, saat aku masuk ke rumah itu......"
"Ada sesuatu yang gak beres. Sesuatu, yang gak bisa aku lihat. Hanya tercium aroma amis darah itu, menyengat sekali. Sampai membuatku ketakutan. Ini gak biasa. Ini, diluar apa yang aku tahu, perempuan ini, dia sesuatu yang sangat hitam, ancuk lah" sahut Agus, ia semakin kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMAH LAYAT
HorrorDisini saya ceritain lengkap tentang cerita LEMAH LAYAT. Ngga ada yang saya ringkas, semua saya jelasin seperti yang beliau tulis. Karena saya ngga ingin merubah apapun hasil tulisan beliau. Hanya saja saya merapikan (merevisi) tulisannya agar tiap...