LEMAH LAYAT 7

6.1K 168 16
                                    

Semua mata lantas memandang Ruslan tajam. Ruslan menelan ludah, sebelum kembali menunduk lalu diam.

"Ceritakno Por, ben cah ambu lengkuas iku ngerti onok opo nang kene!"
(Ceritakan Por, biar anak bau lengkuas itu mengerti ada apa disini) kata si wanita.

Mbah Por mendekati Agus dan Ruslan, lalu menunjuk rumah Lastri.

"Dulu, itu adalah rumah orang terpandang di desa ini" kata mbah Por.

"Beliau orang yang baik, bijaksana dan di hormati penduduk desa. Namun sayang, umurnya tidak panjang, ia meninggalkan seorang isteri tanpa anak" 

"Namanya adalah Candramaya. Setiap hari, Candramaya duduk di depan rumah ini, menyaksikan anak-anak desa bermain di depan rumah. Karena hanya rumah ini yang punya latar luas untuk bermain. Termasuk, aku dan Lastri" kata mbah Por.

"Namun, sesuatu terjadi..." 

"Setiap hari, satu persatu anak di desa ini tumbang. Mereka sakit, namun bukan sembarang sakit. Awalnya tidak ada yang curiga apa yang terjadi. Sampai, guruku mencium ada yang tidak beres, karena semua anak memiliki gejala yang sama. Muntah darah!!" ucap mbah Por, Lastri hanya diam saja.

"Bayangkan. Setiap malam, di setiap rumah, terdengar rintihan rasa sakit yang sama. Semacam balak/bencana yang dibuat oleh seseorang. Di sanalah akhirnya guruku mengatakannya, anak-anak di desa ini, terkena kembang bayang"

"Kembang bayang" sahut Ruslan tidak percaya apa yang ia dengar.

"Setiap anak itu keluar dari bayang/tempat tidur, mereka akan langsung mati. Tapi, bila dikembalikan ke tempat tidurnya, anak itu hidup lagi. Hal itu terjadi sampai 7 kali. Bila tetap di paksa keluar dari tempat tidur, mereka mati untuk selamanya. Warga desa mulai cemas" 

"Masalahnya, anak-anak itu selama di atas bayang, mereka seperti di siksa. Kulitnya menjadi lembek, kuku jarinya mengelupas, mata mereka merah dan tidak bisa tidur. Mereka terus merintih. Saat itu, warga desa akhirnya mulai melakukan pertemuan, saat itulah, guruku mengatakannya" 

"Disana, guruku mengatakannya bahwa ini semua perbuatan dari Candramaya. Untuk menghilangkan ini semua tidak akan mudah, karena semua ini berurusan dengan nyawa. Namun, guruku berpesan. Ia akan bertapa sebentar, mencari cara agar wanita itu tidak berbuat lebih jauh" 

"Warga sangat kesal, mereka sudah bersiap akan membakar Candramaya. Namun, guruku melarangnya, yang mereka hadapi sudah bukan manusia lagi. Untuk itu, Lastri diberi tugas untuk menjadi anak angkatnya, meredakan bencana yang sudah ia buat" Mbah Por menatap Lastri.

"Namun..." 

"Lastri tidak tahu dimana seharusnya dia berpihak!! GOBLOK!!" Mbah Por tampak kesal.

"Warga yang sudah tidak sanggup, akhirnya mendatangi rumah itu. Mereka membawa pedang, celurit, parang sampai obor. Saat itu, desa sangat mencekam!! sialnya, wanita itu sudah menunggu depan rumah" 

"Seperti orang sinting, Candramaya justru tertawa terbahak-bahak melihat warga desa!! ia berbicara bahwa bila ia tidak punya anak maka semua orang di desa ini tidak pantas juga punya anak!! tidak hanya itu, Candramaya mengatakan ia sudah kesal menjadi bahan pergunjingan warga!!" 

"Tanpa banyak bicara, warga menangkapnya. Menggorok lehernya, bahkan setelah ia mati, kepalanya terus di pukul oleh tongkat oleh warga beramai-ramai, sebelum akhirnya ditinggalkan begitu saja di depan rumahnya" Mbah Por kembali menatap Lastri.

"Aku masih bisa mencium aroma darah" 

Mbah Por kemudian sedikit tertawa, ia menatap Ruslan dan Agus.

"Lucunya!! keesokan pagi, warga melihat Candramaya dan Lastri berjalan-jalan. Belanja di pasar, mengambil semua yang dia inginkan tanpa membayar sepersenpun, sementara warga menatap kebingungan, ketakutan menyebar" 

LEMAH LAYATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang