07: siapa dia

12.1K 1.2K 65
                                    

Alfred meletakkan tubuh Aby di atas king size miliknya di dalam istana besar yang menjadi tempat tinggalnya.

Tempat tidur berwarna putih dengan Aby yang terbaring mengenakan atasan merah dan bawahan hitam tampak menggugah selera.

Alfred tersenyum sinting menatap tubuh molek gadisnya.  Sudah dua bulan ini Alfred mengikuti aktivitas Aby diam-diam tanpa disadari gadis itu. Alfred selalu berada di dekat gadis itu untuk memastikan perasaannya tentang gadis yang akan menemaninya hingga tua.

Senyum gila Alfred tersungging ketika menatap wajah cantik Aby yang mampu membuatnya terangsang.

"Ugh." Alfred menindih tubuh Aby yang masih tak sadarkan diri dan Alfred pastikan untuk beberapa jam ke depan gadisnya tidak akan membuka mata.

Alfred kembali membuka baju Aby, lalu meraup bra hitam yang dikenakan gadis itu. Alfred menatap lapar dua buah kenyal yang menggantung di dada gadisnya.

Bibir Alfred mendekat dan mengecup bagian atas puting merah yang sudah menjadi benda favoritnya. Memberi beberapa tanda di bagian tersebut akhirnya bibir Alfred kembali mendarat di puncak payudara yang selalu memanggilnya sedari tadi untuk di kulum.  Sementara tangannya bergerak menjelajah ke bagian tubuh Aby yang lain.

Satu jam berlalu Alfred akhirnya menyerah dan membaringkan tubuhnya di samping tubuh Aby.  Jika diteruskan maka Alfred pastikan Aby akan kehilangan keperawanannya beberapa menit mendatang. Sekali lagi Alfred tegaskan jika ia bukan pria bajingan yang pernah akan meniduri gadis dalam keadaan tak sadarkan diri.

Alfred menarik selimut yang berada di kakinya untuk menutup bagian tubuhnya dan Aby yang bisa saja terekspos.

Kepala pria itu menoleh menatap Aby yang tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya.

"Aku pastikan setelah kau terbiasa dengan sentuhanku, kau tidak akan aku lepaskan."

Setelah itu, Alfred mulai memejamkan matanya dan ikut tertidur di samping Aby.

Tiga jam Alfred tertidur dan saat membuka mata, pria itu tersenyum dingin menatap gadisnya masih terbaring di tempat tidur. Alfred mengangkat  tubuhnya dan mengambil pakaiannya di dalam lemari. Setelah itu ia memakainya dan beralih menatap Aby. Alfred kemudian memakaikan kembali pakaian Aby yang sempat ia lepas. Sementara pakaiannya sebelumnya sudah ia masukkan ke dalam keranjang kosong yang ia letakkan di ruang samping kamarnya.

Alfred kemudian mengangkat tubuh mungil Aby ke dalam dekapannya dan membawanya keluar kamar.

Alfred turun dari kamarnya menggunakan lift yang berada di pojok kamarnya. Setelah keluar dari pintu lift, Alfred mendengar suara keributan yang berasal dari sebuah koridor yang mengarah ke arah taman samping istananya.

"Lepaskan aku, Tuan. Aku tidak ada urusan denganmu!"

Suara perempuan memberontak diiringi tangisan ketakutan terdengar. Alfred sebenarnya tidak ingin mendekat karena ia harus mengembalikan Aby ke flat miliknya. Tapi, Alfred tidak ingin ada hal-hal buruk yang terjadi di istananya. Jadilah Alfred mendekati asal suara.

Alfred sedikit tertegun ketika melihat sosok sahabatnya yang terus berusaha untuk menarik seorang wanita yang mengenakan setelan pakaian khas pelayan di istananya.

"El," panggil Alfred.

Terlihat El dan wanita yang tidak ia ketahui namanya itu menoleh menatap ke arahnya.

"Tuan, tolong selamatkan aku. Aku tidak ingin bersamanya." Pelayan itu memohon pada Alfred agar mau memisahkan dirinya dengan pria gila ini.

"Jangan ikut campur, Al. Lexi adalah kekasihku." Suara El terdengar datar dengan pandangan dingin yang ia tuju pada sahabatnya. "Biarkan dia bersamaku. Aku tidak akan membunuhnya," tambahnya lagi.

"Oh, baiklah." Alfred bergumam acuh. Kemudian berbalik pergi dengan Aby yang masih berada dalam dekapannya.

"Tuan!" jerit wanita itu. Wanita yang Alfred ketahui bernama Lexi itu terdengar frustrasi apalagi ketika tubuhnya ditarik paksa oleh El untuk mengikuti pria itu.

Sementara Alfred sendiri sudah keluar dari istananya dan memasukkan Aby ke dalam mobilnya yang sudah disiapkan oleh seorang pengawalnya.

Setelah memastikan Aby dalam pisah nyaman, Alfred membawa kendaraannya membelah jalanan kota dan ia akan mengembalikan Aby ke  Vugoe kembali.

Bagaimana cara Alfred mengambil Aby di ruang karyawan, begitu juga cara ia mengembalikannya. Tentu saja dengan membuat kekacauan di kafe dan kali ini lebih parah lagi karena Alfred meminta anak buahnya untuk membakar salah satu kendaraan pengunjung sehingga membuat semua orang berhamburan keluar dan ia meletakkan Aby di sofa.

Alfred baru keluar setelah memastikan Aby dalam posisi aman dan nyaman. Alfred dengan langkah santai berjalan keluar restoran memasuki mobilnya tanpa ada yang menyadari kedatangan dan kepergiannya.

"Bagaimana ini? Bagaimana bisa dalam satu hari dua kekacauan yang terjadi di Vugoe?" tanya Rob dengan raut wajah cemas.

Pemilik mobil yang terbakar melaporkan kasus ini ke polisi sementara Rob tidak bisa berbuat apa-apa karena kekacauan yang terjadi yang Rob duga ada sangkut pautnya dengan menghilangnya Aby.

"Rob, ada apa ini? Mengapa ramai sekali?" tegur sebuah suara.

Rob, Jessy, dan yang lainnya menoleh menatap Aby dengan bola mata terbelalak tidak percaya.

Bukankah Aby  sudah di bawa pergi? Lalu, mengapa gadis itu tiba-tiba muncul di ruangan ini?  Ruangan yang terletak sedikit di pojok dalam dekat dengan dapur. Mereka sedang berdiskusi tentang masalah yang terjadi hari ini.

"Aby, bukankah kau seharusnya tidak ada di sini?" seru Jessy tidak menutupi keheranannya. Sebagai pengawas kafe dan resto yang di gabung menjadi satu tempat, jelas Jessy tahu jika masalah ini semestinya ada kaitannya dengan gadis ini.

"Memang aku harus dimana? Aku tidak tahu ketika bangun tadi, aku sudah ada di ruangan istirahat,"  ujar Aby menatap semuanya tak mengerti.

Ekspresi manajer, pengawas, dan keamanan Vugoe terlihat aneh saat menatapnya.

"Aby, tadi kau jatuh tidak sadarkan diri setelah kau melihat tanda ciuman di lehermu,"  kata Jessy. Jessy kemudian menjelaskan perihal dari Aby tak sadarkan diri, kekacauan yang terjadi, menghilangnya Aby, teror yang meminta mereka untuk tidak melapor pada polisi, juga, kebakaran mobil yang terjadi sebelum Aby ditemukan saat ini.

Aby tentu saja tidak percaya dengan apa yang dikatakan Jessy. Tapi, ketika Rob dan bagian keamanan ikut menjadi saksi barulah Aby mencoba untuk percaya.

"S-siapa? Aku merasa aku tidak memiliki musuh. Apalagi aku merasa aku tidak pernah bertengkar dengan orang dalam beberapa tahun terakhir ini." Wajah Aby memucat menatap ketiga orang  dengan tatapan takut. Aby sudah berkeringat dingin memikirkan jika dirinya baru saja di culik dan dikembalikan setelah beberapa jam menghilang.

Sebenarnya siapa orang gila yang membuat kekacauan seperti itu? Aby jadi takut dan waswas sendiri saat ini.

"Apa mungkin dia adalah orang yang sama yang meninggalkan tanda merah padamu?" Keamanan bernama Tony itu menatap Aby tak yakin.

"Bisa saja!" seru Jessy bersemangat.

Tak berapa lama, Rob mendapat SMS dari bank yang mengirimnya uang dalam jumlah besar. Rob kontan terbelalak tidak percaya melihat nominal yang tertera di layar. Tak berapa lama ponselnya berdering dengan nomor yang tidak bisa ia lacak keberadaannya.

"H-halo," sapa Rob berkeringat dingin.

"Ganti rugi mobil dan kekacauan yang aku buat."

Hanya kalimat itu yang disampaikan si penelepon sebelum sambungan telepon dimatikan.

[5]  MYSTERIUS MAN [Alfred Kenzove]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang