16: Tatapan Medusa

9.7K 1.2K 104
                                    

Aby risih.

Gadis itu sedikit risih ketika mata tajam perempuan yang Aby ketahui bernama Rose terus menatapnya dengan tatapan tajam.

Aby tidak tahu salahnya apa sampai gadis itu terus menatapnya dan membuatnya tak nyaman.

"Kau makanlah. Aku tahu kau tidak sarapan tadi," ujar Alfred. Pria itu menyerahkan burger ke hadapan Aby.

"Tidak, terima kasih. Aku akan makan sendiri di belakang," balas Aby menggeser piring di hadapan Alfred.

"Makan. Apa perlu aku yang memberimu makan dengan tanganku sendiri?" Alfred menyeringai menatap tajam Aby. Sangat mudah membuatn gadis itu ketakutan. Cukup ancam dengan hal yang tidak begitu disukai dan gadis itu akan menurut.

"Kau mengenalnya dari mana, Al?" tanya Rich mulai penasaran. Ia sudah memperhatikan mereka sejak tadi dan cukup penasaran dari mana seorang Alfred Kenzove yang tidak pernah ia lihat dekat dengan seorang wanita, kini tiba-tiba mengakui seorang gadis sebagai kekasihnya. Siapa yang tidak terkejut dan penasaran? Rich tentu saja merasakan kedua hal itu.

"Dari jalan," aku Alfred jujur. Tentu saja ia pertama kali mengenal Aby di pinggir jalan saat gadis itu menyelamatkannya.

Tapi, pemikiran Rose yang membenci kedekatan Alfred dan gadis itu menutup nalarnya akan makna yang di sampaikan Alfred.

Senyum sinis tersungging di bibir Rose. Sengaja tangannya bergerak mengelus jam tangan warna metalik miliknya. Jam tangan dengan taburan berlian di sekitarnya cukup mampu memukau mata bagi orang-orang kelas atas. Mereka--orang kelas atas-- tahu dengan pasti jika jam tangan yang dipakai Rose harganya sangat fantastis.

"Kau mau jam ini? Sebagai bentuk perkenalan kita. Bagaimana?" ujar Rose tiba-tiba. Aby yang merasa jika Rose tengah berbicara padanya kontan menatap Rose.

"Tidak perlu. Aku masih ada beberapa jam tangan di rumah." Aby tersenyum sambil menggeleng pelan. Aby bukan maksud ingin menolak karena tak sudi menerima pemberian Rose. Hanya saja, ia merasa tidak pantas untuk menerima pemberian Rose di kali pertama mereka berkenalan. Terlebih tatapan Rose yang mirip dengan medusa menyeramkan.

"Ah, terima saja. Ini aku memberikannya padamu. Kau tahu, ini jam cukup mahal dan limited edition. Kau harus menerimanya." Rose dengan paksa menarik lengan Aby dan meletakkan jam yang sudah ia cabut dari tangannya untuk diserahkan pada Aby.

"T-tapi--"

"Terima saja, Aby. Rose terlihat bersungguh-sungguh ingin memberimu hadiah untuk pertemuan pertama ini," sela Rich tersenyum simpul. "Bagaimana 'pun kau adalah kekasih Alfred. Itu pertanda jika kau juga teman kami," tambahnya sambil terkekeh lucu. Begitu juga dengan Rose yang tertawa dengan menutup mulutnya.

"Ah, begitu." Aby bergumam lirih. "Kalau begitu terima kasih," ucapnya tulus.

"Tidak masalah bagiku." Rose tersenyum.

Aby hanya berbincang sebentar dengan mereka sebelum akhirnya ia pamit ke dapur karena memang dirinya berniat untuk pergi. Jam kuliahnya akan segera di mulai tiga puluh menit lagi dan itu pertanda ia harus bergegas pergi.


Aby pikir Alfred akan tetap bersamanya. Namun, ketika ia baru saja keluar dari Vugoe, ternyata Alfred sudah menunggu di depan kap mobil dengan pose yang membuat beberapa perempuan melirik pria itu penuh minat.

"Aku kira kau masih bersama teman-temanmu," gumam Aby ketika berdiri di depan Alfred.

"Mereka sudah pergi lebih dulu." Alfred menegakkan tubuhnya. "Aku antar ke kampus," ujarnya melangkah masuk ke dalam mobil.

Aby sendiri tidak mau ambil pusing saat Alfred hanya membuka pintu untuk dirinya sendiri. Aby masih memiliki tangan utuh untuk membuka pintu mobil.

Setelah Aby memasang seatbelt, mobil yang dikendarai Alfred melaju meninggalkan pelataran parkir Vugoe.

"Setelah keluar kelas, tunggu aku di gerbang. Aku akan menjemputmu."

"Kau akan kemana?" tanya Aby refleks. Setelah itu ia menepuk bibirnya pelan dan meringis dalam hati sambil berdoa semoga Alfred tidak menganggapnya adalah gadis yang agresif.

"Ada urusan." Namun, sepertinya Alfred tidak begitu menanggapi pertanyaan spontan Aby. Pria itu menjawab dengan datar dan cukup untuk Aby mengerti.

"Aku turun."

"Tunggu."

Aby menoleh menghadap Alfred yang langsung melumat bibirnya selama satu menit. Tubuh Aby sedikit kaku, sementara tangannya yang sedang memegang handel pintu mencengkam erat benda tidak bersalah tersebut.

"Belajar dengan benar." Alfred mengusap sudut bibir Aby. "Turun."

Bagai orang terhipnotis, Aby turun dari mobil Alfred. Setelah mobil sedan itu melaju pergi, Aby kontan menyentuh bibirnya. Sudut bibirnya menarik senyum aneh ketika membayangkan ia mendapat ciuman dari pria yang mengklaim dirinya sebagai kekasih.

"Mengapa rasanya aneh," gumam Aby pada dirinya sendiri.

Aby berniat meneruskan langkahnya masuk ke dalam universitas. Langkahnya terhenti ketika melihat sosok gadis yang Alfred katakan sudah pergi dari Vugoe tadi.

Gadis itu Rose. Berdiri tak jauh dari posisi Aby sambil menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kau pikir, kau cocok bersanding dengan Alfred?" Senyuman Rose yang terlihat sinis dengan tatapan tajam membuat Aby merasa tak enak.

"Rose, kau di sini juga?" Aby mencoba tersenyum meski ia sakit hati mendengar perkataan Rose barusan.

"Tidak usah basa-basi dan membuatku muak." Rose berdecap menatap Aby dengan tatapan jijik. "Serahkan jam tangan yang aku berikan tadi. Gadis miskin dan jelek sepertimu tidak cukup pantas untuk memakai jam mahal seperti itu."

Aby menganga tidak percaya mendengar kalimat Rose. Bagi Aby jika Rose ingin mengambil kembali jam yang sudah diberi, tidak akan masalah karena ia akan memberikannya. Tapi, tidak untuk menghinanya.

Aby mengira jika Rose adalah perempuan baik. Tapi, nyatanya Rose hanyalah wanita bermuka dua.


Iyuh! Rose menjijikkan. Tapi, gw sukak alfred. Gimana dong?
Author: ENGGAK VOTE GW TINJU NIH 👊
READER: AMPUN RATU, SAYA VOTE DAN KOMEN INI.








[5]  MYSTERIUS MAN [Alfred Kenzove]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang