22

8.9K 1.1K 70
                                    

Mereka tiba di pulau yang hanya memiliki satu bangunan luas saja. Semua anggota termasuk kru dan pelayan turun dari kapal.

Pasir putih dengan tekstur halus segera dirasakan Aby saat kakinya pertama kali turun dari kapal tanpa mengenakan alas kaki. Sengaja ia lakukan agar bisa menikmati suasana alami pantai yang terasa sejuk.

Aby memejamkan matanya sambil menikmati angin sejuk yang menerbangkan anak rambutnya. Tubuh gadis itu tersentak dan tersungkur ke depan saat merasakan tabrakan seseorang dari belakangnya.

"Ups, maaf, Abe. Aku tidak sengaja."

Aby segera bangkit dari posisinya dan menatap  datar wanita yang sudah dengan sengaja mendorongnya. Bagaimana Aby bisa menyebut dengan sengaja? Karena masih ada lahan luas yang bisa Rose lewati tanpa harus mendorongnya.

"Tidak masalah." Aby mencoba menarik sudut bibirnya membentuk senyum. Seluruh pakaian yang dikenakannya nyaris basah karena ia jatuh tepat saat ombak kecil menerjang.

Rose tersenyum sinis. Kemudian dengan langkah ringan ia berbalik pergi menuju bangunan luas yang bsrada beberapa meter dari jarak mereka berada.

"Aby, mengapa bajumu basah seperti itu?"  tegur Lexy menatap Aby heran.

"Tidak apa-apa. Aku hanya terjatuh karena terlalu bersemangat." Aby tersenyum kecil. Maafkan dirinya yang sudah berbohong, batin Aby meringis kecil.

Lexy terlihat mengangguk dan tidak bertanya lebih jauh lagi.

"Ayo." Wajah tenang Lexy merengut tidak suka saat El tiba-tiba datang dan menariknya menjauh. Ugh ...  Lexy tidak suka dengan keberadaan El di dekatnya. Namun, apa daya jika pria itu terlalu mendominasi dan sulit untuk dikalahkan. Lexy yang hanya rakyat jelata tanpa jabatan apa lagi uang tidak bisa melawan El yang berkuasa.

Aby kembali tersentak saat merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Gadis cantik itu memutar kepalanya menatap Alfred yang berdiri tenang dengan mata menatap lurus ke arah vila.

"Kau sudah selesai mengambil tasmu?" tanya Aby.

"Hm." Alfred mengangkat tas kecil di hadapannya dan menunjuk pada Aby membuat hadis itu mengangguk.

Alfred memang memintanya untuk turun duluan karena ingin mengambil tasnya yang tertinggal di kamar mereka.

Aby dan Alfred melangkah mendekati  bangunan megah yang disebut dengan vila surga. Selain bangunannya yang megah, vila yang membelakangi gunung yang sudah tidak aktif lagi itu memiliki pemandangan yang sangat indah. Di sekitar vila terdapat jejeran pohon buah yang kebetulan sedang berbuah saat mereka datang.

Memasuki area vila, di halaman depan vila terdapat kolam renang dengan air jernih. Saat melewati kolam menuju vila, mereka akan melewati jembatan batu yang di bangun dengan desain yang menarik.

"Wow,"  gumam Aby menatap pemandangan di hadapannya dengan takjub. Pasalnya bangunan dengan interior mewah dengan lantai bagian bawahnya terdapat kolam ikan terlihat jelas. Lantai yang terbuat dari kaca membuat Aby dengan leluasa melihat ikan-ikan yang bergerak di dalam air dengan terumbu karang yang menjadi hiasan tak kalah menarik.

"Ini menakjubkan. Bagaimana ikan-ikan ini bisa ada di dalam sini?"  tanya Aby menatap Alfred penasaran.

"Ada ruang bawah tanah yang bisa menuju akses ke tempat akuarium ikan-ikan ini,"  jawab Alfred. Pemuda itu menarik Aby masuk lebih dalam lagi.

Jika Rose dan yang lainnya berbelok ke lorong kiri, maka Alfred membawa Aby menuju lorong kanan yang terdapat di lantai dasar.

"Kita mau ke mana?"

Aby menoleh menatap Alfred yang membawanya menuju sebuah ruangan.  Tak lama setelah itu mereka tiba di ruangan yang merupakan ruang kamar dengan luas yang mampu menampung lima empat tidur berukuran queen size. Sayangnya di dalam kamar hanya ada satu tempat tidur, dengan view mengarah ke arah bibir pantai yang terlihat dari kaca jendela kamar.

"Ini kamarmu?" Aby bertanya tanpa menoleh pada Alfred yang tengah duduk santai di kursi dalam kamar.

"Kau pikir milik siapa lagi?" sahut Alfred.

"Kau pasti orang kaya."

Ada nada bercanda sekaligus iri yang dirasakan Aby saat melihat kemewahan yang tersaji di dalam kamar Alfred.  Hal yang tidak pernah ia dapatkan sejak ia kecil. Keluarga Aby adalah keluarga sederhana yang mengandalkan hidup dari berkebun. Sangat bersyukur Aby bisa kuliah di universitas ternama dengan beasiswa serta bekerja di restoran sekaligus kafe yang menggaji karyawan dengan hitungan jam.

"Sudah pasti." Alfred menyahut datar. Tubuhnya bergerak memeluk pinggang Aby dari belakang dengan  view pantai sebagai objek indah untuk di tatap. "Tidak ada rugi jika kau menjadi kekasihku,"  bisik Alfrred.

"Kapan kau pernah memintaku untuk menjadi kekasihmu?" Aby menoleh menatap Alfred dari samping.  Gadis itu sedikit menjauhkan kepalanya dari Alfred agar pemuda ini tidak terlalu dekat dengan wajahnya. Bibir mereka bisa menyatu jika jarak mereka terlalu dekat.

"Kau harus tahu satu hal." Alfred mengencangkan pelukannya pada pinggang Aby. "Jika aku tidak suka meminta atau memohon. Aku lebih suka meng-klaim sesuatu yang aku anggap adalah milikku,"  gumamnya di dekat telinga Aby.

Satu hal yang selalu diajari ayahnya padanya adalah:  jika menginginkan sesuatu maka berusahalah untuk meraihnya tanpa meminta atau memohon. Seorang Syegavano sangat pantang untuk meminta.

"Tapi, aku tidak mencintaimu. Kau tidak bisa memaksakan perasaan seseorang,"  ujar Aby tenang.

"Kau pikir saat ayah dan ibuku menikah, mereka saling mencintai?" sahut Alfred. "Tidak. Mereka tidak saling mencintai. Tapi, seiring berjalannya waktu, mereka akhirnya saling mengerti dan mencintai."

"Itu beda. Aku, kau, ayahmu, dan ibumu tentu saja berbeda," elak Aby.

"Tidak ada yang berbeda. Tidak ada yang tidak bisa dicintai dari pria sempurna seperti aku."





Wellcome agustus. Pada kangen ratu kagak woy?  Ini ratu bawa part buat story Alfred and Aby. Jan lupa baca and ser yak. Tros ikuti perjalanan Aby en Alfred di pantai.




[5]  MYSTERIUS MAN [Alfred Kenzove]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang