11

185 30 1
                                    

Hari ini Heejin ingin sekali pulang ke rumahnya tapi ia ragu jika sesampainya di sana ia malah di usir oleh ayah dan ibunya tapi mau bagaimanapun ia harus tetap menggunjungi orang tuanya dan meminta maaf untuk kesekian kalinya, Heejin berniat meminta ijin terlebih dahulu kepada Mama Na

"Ma.." panggil Heejin

"Eh iya gimana sayang,kok udah rapi mau kemana emang?" Tanya mama

"Emm, Heejin mau minta ijin jenguk Ibu sama Ayah boleh ya Mah"

"Sama siapa,Jaemin mana Mama nggak ijinin ya kalo kamu semdirian"

"Heejn nggak papa kok Ma sendirian, Jaemin lagi keluar sama temen"nya lagian Heejin kan pulang ke rumah orang tua Heejin nggak kemana mana" jelas heejin agar Nyonya Na percaya

"Mama takut kamu di apa"in"

"Enggak mungkin Ma,kan aku Anak mereka sendiri"

"Tapi jangan lama lama ya sayang, nanti kalo ada apa" langsung telfon Mama atau Jaemin ya oh iya naik apa kesana, mau nyuruh sopir buat nganter? "

"Siap Ma, Heejin udah order taxi online mah udah di depan"

"Yaudah sana hati" ya"

"Iya ma, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Sesampainya di sana ia masih ragu untuk mengetuk pintu takut dan rindu menjadi satu, ia takut jika orang tuanya malah mengusirnya ia juga rindu suasana rumahnya. Saat ia masih melamun tiba tiba pintu terbuka dan menampakan sosok laki laki yang sudah ber umur tengah menatapnya dengan rasa benci dan marah

"Untuk apa kau kesini" pertanyaan tersebut membuat heejin tersadar dari lamunanya

"Emm ayah aku hanya ingin menjenguk ayah dan ibu" terang heejin dengan ragu ia tau ayahnya sekarang sangat membencinya

"Untuk apa kau kesini, kau tahu ibumu itu sudah tidak ada ia sudah meninggal lebih baik kau pergi dari sini" jelas ayah heejin sambil menahan air matanya ia sangat marah ketika melihat heejin

"Apa maksud ayah, ibu...ibu... Tidak mungkin tidak mungkin" tangis heejin pecah heejin tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh ayahnya itu sangat mustahil terakhir heejin melihat ibunya ia masih sangat sehat ia tidak percaya apa yang di katakan ayahnya

"Lebih baik kau pergi dari sini aku sudah tidak menganggapmu sebagai anaku lagi" ayah heejin menutup pintu rumah dengan perasaan marah. Hati Heejin mencelos mendengan perkataan ayahnya tangisnya menjadi jadi saat mengingat perkataan ayahnya tadi apa lagi kabar ibunya yang meninggal ia sama sekali tidak tahu itu tidak ada yang memberitahunya tentang kabar itu. Heejin berlari keluar dari pekarangan rumahnya dengan persaan tidak karuan ia tidak peduli dengan tatapan orang" yang menatapnya dengan aneh yang ingin ia lakukan hanyalah pergi ke pemakaman ibunya ia pun segera berlari untuk menuju makam tanpa mempedulikan kondisinya yang sedang hamil yang ingin ia lakukan hanyalah meminta maaf kepada ibunya.

Sesampainya di pemakaman heejin segera mencari makam dengan nisan yang bertuliskan nama ibunya dan sesampainya di depan makam ibunya yang masih terlihat baru ia kembali menangis segera menghambur dan memeluk nisan ibunya

"Ibu....." tangisnya, ia merasa sangat bersalah kepada ibunya karena tidak bisa menjadi anak yang di harapkan oleh ibunya dan ia tidak bisa mengantarkan ibunya ke peristirahatan terakhirnya, ia merasa gagal menjadi seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Tiba tiba hujan turun dengan derasnya seakan tahu isi hati heejin yang tengah bersedih meratapi nasibnya, sudah ber jam jam heejin duduk di depan nisan ibunya dan hujan pun masih belum reda membuat heejin mengigil tapi tak membuatnya beranjak dari tempat itu sebenarnya dari tadi ponsel heejin yang ada di tas terus ber dering tapi heejin sama sekali tidak ingin mengangkat panggilan itu, ia tau yang menelfonnya sedari tadi adalah Mama , Renjun dan Jaemin ia perpikir sejak kapan ia menyimpan nomor jaemin tapi ia tak peduli ia enggan mengangkat panggilan tersebut dan malah mematikan ponselnya. Ia terus terusan menangis sampai rasanya air matanya sudah terkuras habis ia juga tidak mempedulikan perutnya dan menahan rasa laparnya sampai tiba tiba ia terjatuh dari duduknya dan tak sadarkan diri.

Heaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang