Hukuman

70 17 7
                                    

Hari ini tepat satu minggu Rea dan yang lainnya masuk sekolah. Waktu satu minggu yang kalau belum dijalanin terasa lama, tapi begitu dijalanin terasa sebentar.

Hari ini hari senin, yang berarti upacara. Rea dan ketiga sahabatnya sudah berada disekolah.

15 menit lagi upacara dimulai, tapi ia dan yang lainnya masih berada dikelas XII IPA 1 yang tak lain tak bukan adalah kelas Rea dan Ajeng.

Penyebab mereka masih berada di dalam kelas adalah karena kecerobohan Rea yang lupa tidak membawa topi.

"Lo yakin udah masukin itu topi kedalem tas Re?" Kania bertanya sembari ikut mencari topi milik Rea.

"Yakin, semalem habis masukin buku gue langsung masukin topinya kedalem juga kok," jawab Rea sembari mengacak-acak isi tas nya.

"Kalo udah lo masukin, itu topi pasti bakalan ada disini, gak mungkin ngilang sendiri," Vania menimpali ucapan Rea sembari kepalanya menengok keluar memastikan apakah ada guru atau tidak.

"Udah jangan berantem, mendingan kita bantuin Rea cari topinya," Ajeng menengahi perdebatan mereka bertiga.

"Woy buruan itu Pak Ruli udah teriak-teriak nyuruh kita ke lapangan, " Vania berbicara sembari menghampiri ketiga sahabatnya.

"Yaelah bentar kenapa, ini topi gue belum ketemu bege," Rea mengacak rambutnya frustasi.

"Kalian kenapa masih ada dikelas? sudah sana keluar, upacara sudah mau dimulai," suara Pak Ruli tiba-tiba terdengar.

Rea yang terkejut pun hanya bisa pasrah menerima nasibnya pagi ini yang mungkin akan segera terkena hukuman.

"I-iya pak," Rea dan yang lainnya menjawab dengan serempak.

"Rea kamu kenapa gak bawa topi? kemana topi kamu?" Pak Ruli bertanya karena melihat Rea tidak membawa topi.

"Anu pak,,, topi saya ketinggalan dirumah," Rea menjawab sembari menundukan kepalanya.

"Berdiri kamu dibarisan depan Rea!" ucap Pak Ruli tak terbantahkan.

"Baik pak," Rea hanya bisa pasrah menerima hukuman dari Pak Ruli.

Rea menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu tiba dilapangan. Ia segera menuju kebarisan depan khusus untuk anak-anak yang terkena hukuman.

Dibarisan depan ternyata sudah ada beberapa anak yang berbaris. Rea segera ikut berbaris disamping seorang siswi.

Totalnya ada 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan termasuk Rea. Rea kenal mereka semua, meskipun tidak terlalu akrab.

3 orang laki-laki dari kelas XII itu namanya Kak Arwan, Kak Ardi, dan Kak Ansel. Sedangkan 2 laki-laki dari kelas XI itu namanya Kenzo dan Damar. Dan 2 perempuan dari kelas XI itu namanya Ambar dan Nesya.

Seusai upacara mereka yang berada dibarisan depan tidak langsung dibubarkan melainkan diberi hukuman.

Mereka dibagi menjadi dua kelompok. Setiap kelompok berisi 4 orang. Dan sialnya Rea berada satu kelompok dengan Kenzo, Kak Arwan, dan Kak Ansel. Rea tak terlalu akrab dengan ketiganya.

Hukuman yang diberikan ternyata adalah membersihkan Laboratorium Ipa yang luasnya menyamai 2 kelas yang digabung menjadi 1.

Setelah sampai di Laboratorium, mereka berempat segera berbagi tugas. Rea dan Kak Arwan bertugas menyapu, sedangkan Kenzo dan Kak Ansel bertugas mengepel lantai.

2 jam kemudian mereka berempat baru selesai membersihkan Laboratorium Ipa. Ditengah mereka beristirahat tiba-tiba Kenzo memecah keheningan.

"Lo kok bisa dihukum si Re? Setau gue lo itu murid teladan dan jarang banget dihukum," tanya Kenzo.

"Murid teladan juga manusia kali Ken, bisa dihukum juga. Gue lupa bawa topi jadi ya udah deh dihukum," Rea menjawab sembari terkekeh.

"Ya kan biasanya murid teladan jarang dihukum Re," Kenzo menjawab sembari terkekeh juga.

"Gak juga lah, lo sendiri kenapa bisa dihukum Ken?" Rea balik bertanya.

"Gue lupa gak pake dasi sama topi," Kenzo menjawab pertanyaan Rea.

"Alah jangan dipercaya tuh, bocah kaya dia mana mungkin lupa pake dasi sama topi. Sengaja tuh dia biar gak kepanasan dijemur dilapangan," Kak Arwan nenimpali ucapan Kenzo sembari mendorong kepala Kenzo kesamping.

"Kepala gue udah di fitrahin bang, main dorong-dorong aja lo," Kenzo menimpali ucapan Kak Arwan sembari mendorong kepalanya ke arah sebaliknya.

"Ada benernya juga kata-katanya Arwan, muka lo itu muka-muka yang tiap upacara pasti ada dibarisan depan gak pernah ada dibarisan siswa," Kak Ansel berbicara sembari tertawa.

Sontak hal itu membuat yang lainnya tertawa terbahak-bahak, sementara Kenzo pura-pura memasang wajah marah.

"Udah-udah kak, kasian tuh mukanya Kenzo udah mirip kaya anak kecil gak dibeliin balon," ucapan Rea sontak membuat tawa yang tadinya mereda kembali terdengar lagi.

"Udah ah, yuk ke kantin udah jam istirahat nih," Kenzo yang sedari tadi ditertawakan akhirnya membuka suara.

"Skuy lah," Kak Ansel dan Kak Arwan menjawab bersamaan.

"Lo mau ikut bareng sama kita gak Re?" Kenzo bertanya kepada Rea.

"Gak deh, gue mau ketoilet dulu, kalian duluan aja ke kantin," Rea menjawab sembari berdiri.

"Ikut dong Re," ucap Kenzo bermaksud untuk menggoda Rea.

"Apaan sih Ken, udahlah gue duluan ya kak," Rea terkekeh sembari berpamitan kepada Kak Ansel dan Kak Arwan.

"Lah lo gak pamit ke gue juga Re?" Kenzo yang merasa tidak dipamiti oleh Rea pun melayangkan protesnya.

"Ngapain pamit ke lo, gak ada gunanya," Rea menjawab sembari berjalan menjauh.

"Yee dasar bocah," ucap Kenzo berteriak.

"Udahlah yuk ke kantin," Kak Ansel berbicara sembari berjalan menjauh bersama Kak Arwan.

"Gak Rea gak Bang Ansel sama aja suka ninggalin gue, jodoh kayaknya," Kenzo bergumam.

                                  ***

Yuhuu balik lagi bareng aku, gimana ada yg kangen gk sama aku?
Gk juga gpp, cuma tanya doang kok.

Gimana buat part ini? Seru gak? Atau biasa aja?

Jangan lupa vote, sama komen ya readers ku yang baik:*

Kalau ada typo bilang ya biar bisa dibenerin.

Enjoy the story:)

AnReaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang