prolog

662 24 0
                                    

-2005-

Kalau disuruh mengingat lagi tentang pertemuan mereka berempat, Dita mungkin cuma bisa ingat sebagian. Dia bahkan nggak menaruh harap terlalu jauh begitu delapan mata itu bertabrakan.

Padahal, awalnya Dita cuma menjadikan sekolah berbasis asrama itu sebagai distraksi karena rasa muak dengar pertengkaran orang tuanya yang memekakkan telinga. Mentalnya lama-lama rusak berada di antara amukan tanpa akhir itu. Dan daripada berdiam di satu titik, Dita memilih pergi.

Mungkin ini yang Dita percaya. Tuhan itu punya satu kotak misterius. Kotak yang nggak akan diketahui siapapun isinya. Nggak bisa dituliskan dalam buku, nggak dapat disampaikan dengan coretan, nggak bisa dipastikan dengan insting, dan masih buram kalau memang ada yang berniat mencetaknya ke lembaran-lembaran kartu tarot.

Dita percaya.

Terlebih lagi waktu Dita harus baris di dekat ketiga pemuda itu.

Dita masih ingat kalau waktu itu mereka lagi MOS. Biasa, disuruh makan bakwan yang sebesar kerupuk opak secara giliran di barisan.

Kalau boleh jujur, dia nggak merasa keberatan sama sekali kalau harus dijemur di terik panas begini, sampai gosong sekalian juga bukan masalah. Tapi, suara grasak-grusuk yang timbul dari barisan depan, kanan, dan kirinya membuat perempuan itu berdecak beberapa kali.

Nggak cuma menimbulkan suara berisik yang kentara, pemuda di depannya malah berbalik, menatap Dita, lantas menyisir rambutnya ke belakang. Merasa sok keren.


Perempuan itu lantas memicing kesal. Apa-apaan? batinnya. Tapi, nggak ada satu kata pun yang keluar dari ranumnya. Meladeni sama dengan peduli. Jadi, Dita lebih baik diam.

Sialnya, gangguan yang Dita kira cuma berujung di barisan aja, ternyata berlanjut lagi setelah kelas ditentukan.

"Eh, cewek."

"Kita anak baik-baik. Bagi makannya, ya?"

"Gue duduk sini, nggak ada penolakan."

Dita melotot kepada si pemilik mata sipit dan senyum manis itu.

Nggak, nggak.

Kayanya konversasi di barisan tadi udah bisa jadi bukti gimana mengganggunya tiga kurcaci itu. Kalau harus ada mereka juga di dekat Dita selama jam pelajaran, Dita rasanya mau mati.

Dita lekas-lekas merampas semua jajanannya dari atas meja, menyimpan bungkusan-bungkusan itu ke dalam laci. "Kalian ngapain, sih?"

"Nyapa."

"Minta jajan."

"Nyari tempat duduk."

Jawaban itu keluar dari bibir mereka masing-masing dalam waktu bersamaan, membuat Dita rasanya makin frustasi. "Ya gue tau!" katanya. "Tapi, kenapa harus disini?"

"Cuma lo aja yang diem kita ganggu. Kalau yang lain, kita belum bicara, udah ditendang duluan."

Ini si gigi kelinci yang bicara.

"Gue duduk di sini, ya?"

Dita menoleh kepada pemuda di sampingnya. "Kan masih ada temen cowok yang lain," katanya, memelas.

"Nggak asik. Anak kelas ini auranya banyak gaya semua." Dia ngulurin tangannya kemudian, lantas ngomong, "Gue Tirta Madya Naeswari, Tirta."

Mau nggak mau Dita membalas uluran tangannya, "Gue Dita, Anindita Primaningtyas."

"Ha?" Pemuda yang tadi nyemilin jajanannya -dibantu si gigi kelinci kini bereaksi. "Anin apa?"

"Anindita Primaningtyas," ulangnya.

"An--Anjir lidah gue keserimpet."

"Pokoknya nama panggilan lo Dita," kata si gigi kelinci, nggak membiarkan temannya itu frustasi cuma karena melafalkan nama Dita. "Gue Bisma, Bisma Naeswari. Salam kenal. Minta jajannya lagi dong!"

"Buset dah perut lo. Serius dulu kenapa, sih?"

Kayanya, dia tadi juga ikutan nyomot. Paling banyak pula, Dita membatin.

"Si Bisma nggak usah diliatin, emang otaknya suka nggak ada akhlak," lanjutnya. Dia mengulurkan tangan kepada Dita dan labgsung dibalas perempuan itu. "Gue Sadana Rakabuming, Raka."

Beberapa waktu kemudian, guru masuk ke dalam kelas itu, menghasilkan sejumlah siswa yang masih berkeliaran langsung luntang-lantung mencari bangku.

Dita sendiri menghela napas begitu melihat Raka sama Bisma duduk di meja sampingnya. Perempuan itu benar-benar dikepung sama tiga orang ini.

"Selamat mengenal kita, Dita."

Kala itu, Dita merutuki kebodohan dan tabiat nggak enak nolaknya. Tapi, keberatan di awal nggak jadi masalah sekarang. Toh, warna-warni SMA Dita juga dibagikan kepada mereka nanti.

[]

storge✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang