PART 9 - Coganisasi

35 5 0
                                    

Happy Reading!!


"Ra, kita makan yuk, gue laper nih." Ajak sisi

"Lu gimana sih, orang nama kita belum dipanggil. Ntar kalo pas kita keluar nama kita dipanggil gimana? Lo pikir lo doang yang laperr? Gue juga keleuss!!" Balas nara alay dan tak santai.

Beberapa pasang mata menoleh ke arahnya. Sisi yang sadar dengan keadaan menyenggol lengan nara. Nara menatap sisi dengan tatapan sinis. Kemudian mengikuti arah pandang bola mata sisi. Nara mengernyit heran, mengapa orang-orang menatapnya seperti itu.

"Eh si, tuh orang-orang kenapa pada liatin gue kayak gitu sih? Pada sakit mata ya?" Tanya Nara sambil berbisik.

"Sakit mata gigi lo pusing!!! Suara lo tadi kenceng banget anjir!!! Malu-maluin aja tau nggak" Balas sisi sinis.

Nara yang tersadar menggaruk kepalanya yang tak gatal kemudian tersenyum kikuk pada orang-orang yang menatapnya tadi. Ia malu, sungguh malu. Nara beralih menutup muka nya yang sudah mendidih dengan map kertas yang dipegangnya, berharap akan sedikit mengurangi rasa malunisasi yang hinggap di dirinya.

Nara dan sisi masih setia dengan posisi yang sama sejak pertama kali menginjakkan kaki didalam gedung ini. Sisi yang sedang bermain game cacing di ponselnya pun merasa terganggu dengan Nara yang sedari tadi tak bisa duduk dengan tenang. Sisi yang tidak betah dengan kegusaran Nara pun beralih untuk bertanya.

"Lo kenapa sih ra elahh?!! Dari tadi grasak grusuk grasak grusuk. Ganggu orang semedi ae lo!!" Tanya sisi yang sedang menahan emosinya, bisa-bisanya Nara mengganggu aktivitas bermain game nya.


Nara yang mendengar sisi mengomel mengalihkan pandangannya ke wajah sisi lalu menyengir.

"Nyengir lo! Ditanya juga." Sisi mendengus kesal. Dekat dengan Nara memang selalu membuatnya emosi. Sabar si sabar, ini ujian wkwkw - author.

"Gue laper nih si" Ucap Nara kemudian. Sisi melihat Nara sedang memutar-mutarkan jari telunjuknya diatas map coklat yang sedari tadi dipegangnya.

"Lo sih daritadi diajak makan nggak mau." Balas sisi tak santai membuat Nara menghela napas.

Nara paling tidak suka menunggu, apalagi dalam keadaan lapar. Perutnya sedari tadi berbunyi, mungkin cacing-cacing didalam perutnya sudah mulai demo.

Tangannya beralih mengelus perut datarnya. Matanya menatap pintu tempat ruang daftar ulang. Kemudian menghela napas lagi dengan keras. Sisi yang tidak betah dengan helaan napas Nara kemudian membungkam mulut Nara dengan tangan kanannya. Drama sekali sahabatnya ini.

"Diem ga lo? Gue eneg banget denger suara napas lo ra ya Allah ampuni dosa hamba ya Allah." Ucap sisi mendramatisir

Nara membuka paksa tangan sisi dari mulutnya. Kemudian memandang sisi dengan pandangan horornya.

"Apaan sih lo si, tangan lo bau busuk tuh. Ga cuci tangan berapa tahun lo?" Ucap Nara melihat tangan sisi dengan pandangan jijik.

"Ga lama kok. Setahun doang." Balasnya santai

"Nggilanisasi" Gumam Nara pelan. "Lama banget dah ini kapan gue dipanggilnya sih" lanjutnya. Matanya melirik pintu ruang daftar ulang yang di buka dari dalam oleh seseorang. Ternyata itu Sindi, orang yang berkenalan dengannya dan sisi tadi. Sindi tersenyum sembari berjalan menuju ke arah nya.

"Udah selesai sin?" Tanya Nara, sisi yang mendengar Nara berbicara pun mendongakkan kepalanya.

"Udah nih ra." Jawab sisi

Dear WiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang