Siang berganti malam, terang berganti gelap. Malam ini, hujan tengah jatuh dengan derasnya. Rutinitas Kayla tersendat, untuk menatap langit malam dari balkon kamarnya.
Apa boleh buat. Jika memaksa untuk tetap berada di luar, nanti dia bisa sakit dan merepotkan orang rumah. Lagipula, mana mungkin cahaya bulan akan nampak? Sedangkan ia tertutupi oleh gumpalan-gumpalan awan hitam.
Dari balik jendela, Kayla menatap lekat butiran bening itu yang terus saja jatuh, dan tak kunjung berhenti. "Kenapa dia terus jatuh, apa dia tidak merasa sakit?" gumam Kayla dengan pelan.
Pandangannya tak luput dari butiran bening yang berjatuhan. Tanpa sadar dirinya telah mengeluh. Lalai dalam mensyukuri nikmat yang begitu besar ini. "Astaghfirullah," ucapnya dengan perasaan terkejut.
Seketika kedua tangan mungilnya ia angkat sejajar dengan wajah. Lisannya mulai melafazkan doa ketika hujan turun.
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
Allahumma shoyyiban nafi'an.
Artinya : Ya Allah, turunkan lah pada kami hujan yang bermanfaat.Cukup lama Kayla berada pada posisi yang sama seperti tadi, kurang lebih 30 menit. Hingga rasa kantuk pun mulai meracuni dirinya.
***
Cahaya mentari pagi menembus sela gorden kamar Kayla. Burung-burung mulai berkicau. Bunga pun bermekaran. Sudah 30 berlalu sejak mentari terbit dari Ufuk Timur.
Kewajiban yang tercantum dalam Rukun Islam kedua telah Kayla tunaikan subuh tadi. Matanya yang terasa seperti di elus-elus, sehingga memilih untuk tidur kembali.
"Kayla bangun!"
Tadinya ia sedang bersorak ria di alam mimpi, namun suara nyaring itu menggema dengan jelas di gendang telinga Kayla. Membuat ikatan dirinya dengan alam mimpi terputus saat itu juga.
Beberapa kali Kayla mengerjapkan mata. Memastikan siapa yang telah merusak mimpi indahnya.
"Ummi?"
Seorang wanita tengah duduk di bibir kasur. Memerhatikan putrinya yang masih setia berbaring di kasur. Dia, Lisa Harmita. Ummi dari Mikayla Dania Zahran. Istri dari Tuan Aditya Zahran.
Sayangnya saat ini mata Kayla tidak mau diajak berkompromi. Berkali-kali, ia mencoba untuk membuka mata seutuhnya. Tetapi, tetap saja ingin tertutup kembali.
"10 menit lagi," ujar Kayla lesu.
Cahaya mentari itu teramat silau, hingga menyusup masuk ke dalam retina matanya. Membuat Kayla menutup wajah dengan bantal. Kembali tidur, dan berada di bawah alam sadar.
Lisa memijat kening. Betapa sulit membangunkan anak semata wayangnya ini jika sudah tertidur pulas. Ia bergerak mendekat, memegang pundak Kayla dan menggoyangkannya.
"Kayla bangun! Kalau bangun siang nanti rejekinya dipatuk ayam."
Mendengar itu, Kayla berusaha mengumpulkan kesadaran dan membuka mata. Dengan terpaksa dirinya harus bangun melepaskan kenyamanan ini. Ia menyunggingkan badan. Efek dari tidur semalaman membuat otot tubuhnya terasa kaku.
Terdengar beberapa kali suara dehem dari Kayla. Seperti ada sesuatu yang menyekat di lehernya. Atau kerongkongannya yang kering? Saat menoleh ke samping, ternyata sudah ada segelas air yang tersaji di atas nakas. Lisa seperti tahu saja kalau ia sedang membutuhkan air.
Kayla meraih gelas yang berisi air tersebut. "Bismillah," ucapnya, lalu menghabiskan setengah gelas dengan tiga kali tegukan. Terasa begitu segar, setelah kerongkongannya dilalui oleh air.
Bola mata berwarna hitam kecokelatan itu beberapa kali melirik ke arah Lisa. Selang dua detik, barulah ia ingat. Ada yang ingin dirinya koreksi dari perkataan Lisa tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAM Untuk Kayla
Teen FictionMulut bisa saja berdalih, tapi hati tidak. Mungkin hari ini, menikah bukanlah suatu hal yang kamu inginkan. Tapi, akan tiba masanya menikah adalah suatu hal yang paling kamu dambakan. Mungkin saja saat itu tiba mulutmu bisa saja berkata tidak, tapi...