Prolog

283 43 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

°°°

Bagaimana rasanya jika kamu harus dijodohkan dengan pria yang tidak kamu kenali sama sekali? Jangankan untuk bertemu, nomor ponselnya pun tidak kamu ketahui. Dia tidak mengenal bagaimana dirimu, begitu pun kamu yang tidak mengenalnya sama sekali. Miriskan?

Perkenalannya hanya sebatas orang tua saja, tapi tidakkah mereka memikirkan bagaimana perasaan sang anak? Tapi, setidaknya berfikir positif lah. Dengan selalu berfikir positif, In Syaa Allah akan melahirkan hal positif, right?

Hal serupa dialami oleh Kayla, seorang gadis yang usianya menginjak 16 tahun. Perihal tentang bagaimana pria yang dijodohkan dengannya, sama sekali ia tak mengetahui akan hal itu. Bertanya?-Rasa gengsi telah mengalahkan rasa ingin tahunya.

Di dalam perpustakaan, ada begitu banyak buku yang tersusun rapi. Kayla berada di tempat tersebut bukan untuk membaca, belajar, ataupun menikmati pendingin ruangan. Panggilan ketua yayasan dari sekolah tempat dirinya menempuh pendidikan di jenjang menengah pertama, membuat ia harus stay di tempat ini.

Perbincangan terlihat begitu serius dan bersifat pribadi. Beberapa kali Kayla mengangkat kepala dan menunduk kembali. Sorot mata tajamnya membuat Kayla tak berani untuk menatap.

Semua telah disampaikan oleh pria paruh baya itu. Ia beranjak meninggalkan Kayla sendiri.

Langkahnya terhenti sejenak, namun tak menoleh ke arah belakang. "Saya nyakin kamu Gadis yang baik, walaupun tidak mengenalmu begitu dekat. Tapi, entah kenapa saya begitu yakin padamu. Ingat! Satu pesan saya, jaga kepercayaan ini." Pesan-pesan itu terucap dari mulutnya, dengan nada berbicara yang berbeda. Terdengar lebih santai dari biasanya.

"Assalamu'alaikum," ujarnya, lalu benar-benar pergi. Langkahnya tak lagi terhenti, jarak yang semakin jauh membuat Kayla yakin bahwa ia sudah tak kembali lagi.

"Wa'alaikumussalam."

Beberapa kali Kayla meneguk salivanya. Rasanya sangat tidak percaya, bisa berbicara hal sepribadi ini dengan Bapak Rayyan.

Posisi yang masih sama seperti ketika sedang berbincang dengan Pak Rayyan masih Kayla pertahankan hingga kini. Badannya mematung, dengan kepala menunduk. Ia bergumam pelan.

"Hanya beberapa penggal kata namun begitu berat bagiku untuk menerimanya."

"Memang akan ada masanya itu terjadi, tapi tidakkah ini terlalu terburu-buru?"

"Mengapa dia begitu percaya denganku? Apakah pria yang ingin ia jodohkan denganku adalah IMAMKU yang sesungguhnya? Apakah namanya yang tertulis di dalam garis hidupku?"

Dua menit kemudian, setelah semuanya terasa lebih rileks, lebih tenang dari sebelumnya Kayla meninggalkan tempat tersebut.

Perasaan Kayla campur aduk. Satu sisi ia merasa senang karena diberi kepercayaan begitu besar. Di sisi lain dia tidak begitu yakin, mampukah ia menjaga kepercayaan itu? Ditambah lagi perasaan bingung juga terus menghantui, tentang apa yang harus ia katakan pada kedua orang tuanya nanti akan hal ini.

°°°

Terima Kasih sudah mau membaca cerita ini, semoga terus berlanjut hingga part akhir:)

Jadikan Al-Qur'an sebagai prioritas:)

Masamba, 08 Oktober 2020
Kamis, 21 Safar 1442 H


Jazakumullahu Khayran💙

IMAM Untuk KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang