(11) Sebelas

6 2 0
                                    

Adzan subuh yang berkumandang. Menggema di telinga setiap insan yang sudah terbangun di kala itu. Dilantukan oleh suara yang begitu merdu. Pelantunan yang penuh makna, menggetarkan jiwa setiap insan yang mendengarnya.

Di waktu sebelum adzan tersebut berkumandang, seluruh santriwati telah berada di mushallah pesantren, untuk melaksanakan Shalat Tahajjud. Terkecuali Kayla, dia tinggal sendiri, sebab ia sedang kedatangan tamu bulanan.

Saat-saat sendiri seperti ini, entah mengapa kejadian dimana Azka melamarnya, tiba-tiba saja terlintas di pikiran Kayla. Ia baru ingat bahwa ternyata, tidak lama lagi akan ada seorang Imam yang mendampinginya. Seorang Imam yang nantinya akan mengambil alih seluruh tanggung jawab Zahran terhadap Kayla. "Seberapa banyak yang sudah aku persiapkan? Sedangkan waktunya kini semakin dekat? Entah aku yang terlalu santai atau waktunya yang terlalu singkat?" gumam Kayla.

Untung saja kejadian masa lalu itu tak turut terlintas di pikiran Kayla. Bisa saja kalau hal tersebut terjadi, pikirannya bisa kacau. Alhasil, dia tidak akan maksimal dalam mengikuti  setiap kegiatan.

Sekarang ini yang perlu Kayla lakukan adalah memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-sebaiknya, sebelum menyesal di kemudian hari.

***
Sudah larut malam, disaat yang lain telah tertidur pulas, tapi tidak dengan Kayla. Dia terlihat begitu gelisah. Mengubah posisi tidur, ke kanan, ke kiri, ke kanan, ke kiri. Sampai akhirnya ia memilih untuk bangun.

Kayla beranjak dari tempat tidur, memeriksa persediaan pengganti yang telah ia bawa sebelumnya. "Yah habis," keluh Kayla.

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ketika menoleh ke arah kedua temannya, terlihat jelas bahwa mereka telah tertidur sangat pulas. Haruskah ia membangunkan salah seorang dari mereka? Atau kedua-duanya? Tapi, jika tidak dibangunkan apa yang harus ia pakai besok? Sedangkan kegiatan di pesantren ini mulai di awal pagi. Kalau harus membeli atau mencari besok, mana sempat. Bisa-bisa ia terlambat.

Setelah dipertimbangkan, akhirnya ia memilih membangunkan Amanda dan Balqis. "Tidak ada pilihan lain. Aku harus membangunkan mereka. Barangkali ada yang punya."

Pertama-tama, Kayla membangunkan Amanda terlebih dahulu. Karena kebetulan tempat tidur mereka berdampingan. "Manda! Manda!" panggil Kayla sambil memukul-pukul pelan pipi Amanda. Tidak ada respon, sehingga Kayla mengulangi hal yang sama seperti yang ia lakukan sebelumnya. "Manda! Manda! Bangun dong, ini penting!"

"Hmmm," sahut Amanda yang masih memejamkan mata.

"Kamu ada bawa persediaan nggak?" tanya Kayla.

"Persediaan apa?" tanya Amanda, dengan suara yang terdengar begitu berat.

"Biasa," ujar Kayla.

Amanda yang mengantuk berat terpaksa harus bangun, untuk mengecek tasnya. "Kayaknya nggak ada deh," ujar Amanda ketika telah mengecek tasnya. "Coba tanya Balqis."

"Nggak ada," ujar Balqis. Sepertinya ia masih setengah sadar, sehingga bisa mendengar percakapan antara Kayla dan Amanda.

"Jadi gimana?" tanya Kayla lesu.

"Yah begitu." Amanda pun kembali tidur. Rasa kantuknya sangat tidak tertahankan.

Kayla memijat-mijat kening. Ia pun berjalan mendekati Amanda dan memukul-mukul pelan wajahnya. Dengan maksud, agar ia bangun kembali. "Amanda, temenin saya keluar yah."

IMAM Untuk KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang