(2) Dua

216 38 3
                                    

Mengingat kejadian kemarin-kemarin, membuat benak Balqis dipenuhi banyak pertanyaan. Sebenarnya apa yang sedang terjadi.

~Flashback~

"Ada apa dengan kalian?"

Suara bariton itu membuat Kayla dan Balqis menganga tidak percaya. Mimpi buruk itu sekarang berada tepat di depan mata. Jika bisa, mereka ingin menghilang saat ini juga.

"Eh, a..nu pak itu. Dia jatuh kesandung batu," ujar Balqis. Jantungnya bekerja dua kali lebih cepat. Disertai dengan keringat dingin. Manusia di depannya ini sangat menakutkan.

"Bisa saya bantu?" tawarnya dengan ramah.

Tunggu dulu, apa pendengaran Kayla dan Balqis sedang bermasalah? Dia menawarkan diri untuk membantu? Terdengar mustahil. Seorang Bapak Fahri Arrayyan, bisa se-care ini. Biasanya juga ia acuh dengan orang tidak penting seperti mereka berdua.

~~~

Libur akhir pekan ini, Balqis berkunjung ke rumah orang tua Kayla.

Ia menelungkupkan badan di atas kasur, dan menyenderkan dagu di atas bantal.

"Kay, kamu nggak merasa ganjil gitu dengan perlakuan seorang 'Bapak Fahri Arrayyan'?"

"Awalnya sih iya, tapi makin dipikir aku jadi paham sendiri."

Sudah bingung. Dibuat semakin bingung. Apa maksud dari ucapan temannya ini? Balqis benar-benar tidak mengerti. Ia menggaruk pelipis, berpikir keras. Apakah ada sesuatu yang telah ia lewatkan?

"Maksudnya apa sih Kay?"

"Dia menginginkan saya menjadi menantunya," jawab Kayla santai.

Entah dari sudut mana Pak Fahri menilai Kayla. Sehingga dirinya yang terpilih dari sekian banyak orang. Padahal ia bisa mencari yang lebih. Ada banyak di luar sana yang sudah pandai dalam bersikap atau lebih dewasa, berprofesi tetap dan good looking pula. Sedang Kayla, seorang gadis ceroboh dan tingkahnya juga yang masih labil. Bagaimana sebenarnya dirinya mendefinisikan seorang Kayla?

"Hah! This is impossible!" Balqis terkekeh diakhir kalimat. Menurutnya, ucapan Kayla itu adalah sebuah lelucon yang tak berkelas.

Memang penuturan Kayla itu terdengar mustahil. Ia pun maklum jika Balqis tidak percaya. Tapi, ia sama sekali tidak berbohong. Benar adanya yang ia ucapkan. Dirinya sendiri pun, serasa sedang berada di alam mimpi sewaktu Pak Fahri mengatakan hal seserius itu padanya.

"Nanti kamu ternganga kalau tahu bahwa yang aku bilang itu benar adanya," lirih Kayla.

"Pffttt.. Ini saya ternganga, karena terus tertawa."

Balqis terlihat cengengesan. Ia terus saja mengibuli Kayla. Tidak mudah baginya untuk percaya akan hal ini. Butuh bukti yang nyata. Bukan sekedar ucapan. Karena ucapan sangat mudah untuk direkayasa.

Sudah sepekan berlalu. Namun, Kayla masih saja ragu untuk menceritakan yang sebenarnya pada orang tuanya. Dia sudah cerita pada satu orang. Dan itu adalah Balqis. Bukannya mendapat solusi, eh ia justru dikibuli dan ucapannya itu dianggap sebuah halusinasi.

"Terserah," ucap Kayla acuh.

Tidak perlu menceritakan semua dengan panjang lebar. Jika hanya untuk menjadi bahan tawa. Kayla pun paham, bahwa temannya ini hanya bercanda. Tidak ada maksud sedikit pun untuk memojokkan.

IMAM Untuk KaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang