Berada pada posisi ini, entah harus sedih atau bahagia. Kayla selalu saja merasa insecure, terhadap hal-hal baik yang menyertainya. Ketakutan terus menghantui, seakan-akan ini adalah awal dari sebuah kesengsaraan.
Diberikan sebuah kepercayaan, hampir setiap orang menganggap itu suatu hal yang membanggakan. Namun, yang menjadi masalah di sini, mampukah kepercayaan itu ia jaga dengan baik? Bukankah itu adalah suatu hal yang bisa dibilang cukup sulit? Ah... Bukan lagi cukup sulit, tapi sudah sangat sulit. Bagaimana tidak, satu kesalahan kecil saja bisa merusak semuanya. Namun, ada satu hal yang membuat Kayla selalu berfikir positif, bahwa ia bisa menjaga kepercayaan itu, "Allah". Ia terus berikhtiar semampunya, dan menyerahkan hasilnya pada Allah.
Kayla masih ingat betul dengan ucapan Zarah waktu itu, kurang lebih seperti ini: "Kayla Bacalah "Bismillah" ketika ingin memulai sesuatu hal yang baik, dan semoga Allah meridhai. Jika Allah ridha terhadap apa yang kita lakukan, yakin dan pasti maka Allah akan memberikan kita kemudahan."
Pekan depan nanti, Kayla sudah mengikuti akan mengikuti UAS setelah itu UN. Dan, kalian sudah pasti tahu apa setelahnya. Peristiwa kemarin, dimana Azka mengkhitbah Kayla, untuk sementara ia menunda dulu untuk mengingat-ingatnya. Takutnya, saat pelaksanaan ujian nanti ia menjadi tidak fokus, dan nilai yang telah ia perjuangkan selama ±3 tahun bisa menjadi taruhannya.
"Kayla!" seru seseorang. Kayla mengenali persis suara itu. Saat menoleh ternyata dugaannya betul. Itu Zill adalah yang berdiri tepat di belakangnya. Kayla mengisyaratkan apa maksud dari panggilannya tadi dengan mengerutkan kening.
Zill pun menghampirinya. "Ayo ke kantin," ajak Zill.
Tanpa berfikir lagi, Kayla langsung saja menerima tawaran itu. "Ayo, kamu yang traktir." Kayla pun berlari menuju kantin mendahului Zill, namun siapa sangka Zill juga ikut berlari mengikutinya. Di tengah perjalanan, entah apa yang membuat Kayla berhenti berlari. "Stooop!" titahnya.
Lantas Zill langsung berhenti, mendengar perintah itu. "Kenapa?" Dia membungkuk sambil memegang lutut dan mengatur nafasnya.
"Kita-tidak bisa, makan berdua, harus ada yang lain, nanti, ada-" terang Kayla tebata-bata. Akibat berlari tadi nafasnya jadi tidak beraturan.
"Siapa?" tanya Zill.
"Aku panggil Balqis dan Amanda dulu, tunggu sebentar!" Kayla pun berlari lagi, mencari kedua temannya itu. Kayla kembali mengingat pesan Zarah, tentang menjaga pergaulan dengan seorang ikhwan. Ia mengajak kedua temannya agar terhindar dari fitnah.
Amanda Putri Aulia, dia adalah salah satu siswa baru di sekolah ini sewaktu ajaran baru kelas 12. Katanya orang tuanya pindah tugas dan Amanda sekolah di sini karena ia berdomisili tak jauh dari sekolah ini. Awal masuk di sekolah ini teman pertamanya adalah Kayla dan Balqis. Entah semakin lama mereka bertiga saling merasa merasa cocok. Hingga pada akhirnya terjalinlah hubungan persahabatan di antara mereka.
Dari kejauhan, Kayla melihat objek yang sedang ia cari. "Manda! Balqis!" panggil Kayla. Ia pun melambaikan tangan, lalu berlari menghampiri mereka berdua.
"Ada apa?" tanya Balqis, pada Kayla yang baru tiba.
"Iya ada apa sih? Sampai teriak-teriak gitu" sambung Amanda.
Kayla menormalkan terlebih dahulu pernafasannya sebelum berbicara, ia terlihat beberapa kali menghela nafas dengan cepat. "Huuffttt, kalian mau ditraktir nggak?" tanya Kayla to the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAM Untuk Kayla
Teen FictionMulut bisa saja berdalih, tapi hati tidak. Mungkin hari ini, menikah bukanlah suatu hal yang kamu inginkan. Tapi, akan tiba masanya menikah adalah suatu hal yang paling kamu dambakan. Mungkin saja saat itu tiba mulutmu bisa saja berkata tidak, tapi...