i always wonder
what crosses ur mind
when ur eyes meet mine,🎈
"Lo,,," aku menoleh saat ucapan Reza menggantung.
"-apa kabar Nath?" tanya Reza yang terdengar sangat tenang tanpa menatapku.
Aku memalingkan wajah. Kembali menatap lampu yang belum berubah warna. Beberapa saat lengang. Hanya suara radio yang masih mengalunkan lagu.
"Baik," tapi ga sebaik waktu gue ketemu lo. Ya, itu hanya batinku. Aku tak cukup berani untuk melengkapi kalimatnya dengan lisanku.
"Gue laper. Lo juga kan?" tanya Reza yang memutar stir mobilnya.
Aku hanya mengangguk. Mengikuti Reza yang turun dan masuk ke kedai setelah memarkirkan mobil.
"Pecel lele dua" pesan Reza pada mas-mas yang melayani.
Suasana canggung kembali menyelimuti. Tak ada pilihan selain memainkan menu ponselku.
"Lo ga sariawan kan Nath?"
"Hah?" aku mengernyitkan dahiku dan menggeleng, menjawab sekaligus tidak mengerti kenapa Reza bertanya itu.
"Dari tadi diem aja" jelasnya. Kalimat di otakku kembali dicuri. Tadi oleh Sania, sekarang Reza.
harusnya gue yang bilang gitu Za
harusnya gue yang tanya itu
kenapa lo diem aja
empat tahun Za,"Kan, diem lagi"
"Ehh, sori. Gue masih ga percaya aja tiba-tiba ketemu lo, bahkan satu kampus malah. Dan lo masih kenal gue." jujurku ditambah kekehan kecil yang terdengar memaksa.
Reza tertawa mendengar ucapanku barusan.
"Misi mba, mas" mas-mas pelayan tadi mengantarkan pesanan.
Brakk
"EHH!!" kami bertiga serempak terkejut.
"Aduh, maaf mba. Maaf-maaf, saya ambil lap dulu" ucap pelayan itu dengan panik.
Es jeruk yang ia bawakan tumpah, mengenai baju hingga rok yang kukenakan.
"Udah, gapapa. Bisa pake tissue kok" aku mencoba menenangkan.
"Maaf banget mba, sekali lagi saya minta maaf. Nanti saya ganti yang baru minumnya"
"Iya, makasih mas" aku mengambil beberapa tissue. Membersihkan tumpahan tadi. Ya, walaupun tak sampai kering.
"Makasih mas," ucap Reza saat pelayan selesai menata piring yang direspon dengan anggukan. Pelayan itu kembali pada pekerjaannya dan terlihat masih sedikit takut.
"Pake ini Nath. Biar ga keliatan." aku mendongak. Melihat Reza yang sudah melepas jaketnya.
"Eh, jangan, gausah. Gapapa kok, sedikit doang" aku sungguh tak tau harus bagaimana.
Reza berdiri, berjalan mendekat ke arahku. Dia membentangkan jaketnya kemudian menaruh diatas pahaku. Menutupi rok yang basah terkena tumpahan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anemone Sparkle
Teen FictionMereka dipertemukan kembali. Rasa itu muncul tanpa diinginkan. Rasa yang ia buang jauh-jauh. Yang sesungguhnya tak benar-benar dibuang. Rasa yang sama seperti empat tahun lalu. Bahkan, sekarang semakin jelas. Mungkinkah kali ini terbalaskan? Atau...