8-Sentuh

29 8 7
                                    

Hari ini Rabu. Kelasku diberi tugas untuk melukis di jam pelajaran seni.

Guru pengampu meninggalkan kami setelah memberi instruksi yang dirasa cukup. Nanti akan kembali saat jam mapel sudah selesai, katanya.

Terlihat wajah-wajah antusias. Karena kami memang jarang sekali melukis langsung di kanvas. Aku sudah menyiapkan sketsa dan cat air beserta alat-alat yang diperlukan. Seperti yang diperintahkan minggu lalu.

Berbeda dengan orang yang ada di depan mejaku. Minggu ini, aku mendapat giliran tempat duduk dengan Agam. Di depan, ada Reza yang berpasangan dengan Fano. Dia sibuk mengemis cat air ke seluruh penghuni kelas.

"Panu, gue minta dong," Reza merengek pada Fano.

"Gue bukan panu Reezz!! Udah deh sana, salah siapa kuping lo taruh di panci, ga denger kan jadinya! Dasar pala pentol!" ucap Fano kesal menjuluki Reza sebagai kepala pentol.

Reza memiliki tatanan rambut yang tak sesuai aturan, jadilah ia dibotaki paksa saat razia rambut.

"Ah, panu ga asik. Gue minta Agam sama Juni aja deh," Reza berlanjut mengemis pada Agam dan Juni.

"Nih satu aja! Udah sono-sonoo," Agam memberi satu cat air. Warna hitam.

Aku menahan tawa melihat wajah Reza yang masam.

"Jun, bagi cat dong. Abang Juni yang gantengg, tapi gantengan gue," Reza melirihkan suaranya saat mengucap tiga kata di akhir.

"Ambil aja. Tapi jangan diabisin," ucap Juni yang masih sibuk melukis.

Reza mengepalkan tangannya mengucap 'yes!' dan melompat kecil. Tubuhnya mundur beberapa langkah hingga menabrak Fano. Membuat lukisan Fano tercoret.

"REZAAA!!!!" Fano berteriak. Yang menjadi pelaku  hanya menunjukan deretan giginya.

"Bodo amat wle, salah siapa pelit ntar kuburan lo sempit baru tau rasa. Hahahah," tawa Reza terhenti saat Fano mencoret tangannya dengan cat air.

Terjadilah perang dunia. Oke, itu berlebihan. Mereka bermain kejar-kejaran seperti tom and jery. Aku tak mau ambil pusing. Memilih untuk menyelesaikan lukisanku.

Braakkk

Sial.

"FANOO!!! REZAAA!!!" sekarang, aku dan Agam kompak berteriak. Mereka ricuh di mejaku dan Agam. Tentu membuat lukisan kami ikut menjadi korban percekcokan itu.

Kami berempat berlempar cat air satu sama lain. Kelas mulai gaduh.

"HEH! LO PADA KALO GAMAU DIEM MENDING KELUAR DEH!! Bikin riweuh bae brisik!" Sherin, si ratu judes kelasku sudah murka.

Kami bertiga sontak terdiam. Namun, tak bertahan lama. Karena kami selalu tertawa saat melihat Sherin dengan wajah kesalnya itu.

"Mampus ga lo hahaha!" Rafa yang ada di samping Sherin menjulurkan lidahnya ke arahku. Aku melakukan hal yang sama ke arahnya.

Guru seni datang dan memberi hukuman untuk membersihkan kelas saat pulang sekolah karena mejaku dan Agam penuh cat. Begitu juga lantai di kelas.

Tapi, hukuman itu menjadi seru karena ada Reza dan Fano yang tak henti meledek satu sama lain.

Rafa dan Juni menunggu kami sampai selesai karena harus lanjut menyelesaikan tugas kelompok. Ya, aku dan Rafa tak jarang satu kelompok dengan empat lelaki kurang waras itu.

⚫⚫⚫

Agam mengusulkan taman kota sebagai tempat mengerjakan tugas. Aku dan Rafa membeli beberapa camilan di toko yang kami lewati tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anemone SparkleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang