"Talita!"
Aku baru saja sampai di sekolah, bersamaan dengan Talita. Dia memperlambat langkahnya untuk menungguku.
"Gimana kelas lo?" tanya Talita saat langkah kami sejajar.
"Yahh, gitu deh." jawabku asal.
"Eh, bentar deh, Nath," Talita menghadap ke arahku dengan raut wajah yang cukup serius. Aku mengangkat satu alisku.
"Lo kelas IX B, kan? Reza juga IX B. Berarti lo kenal dong sama Reza!" aku mengangguk.
Raut wajah Talita berubah menjadi semangat.
"Lo kenal Reza juga Tal?" kini, Talita yang mengangguk. Aku hanya ber-'oh' ria mengetahui itu.
"Yaudah, gue ke atas ya, Nath. Daahh," pamit Talita saat kami sampai di depan tangga.
Aku berbelok menuju kelasku. Sudah ada Rafa di sana. Bel masuk berbunyi tak lama setelah aku sampai.
⚫⚫⚫
"Temen-temen!! Gue mau ngomong bentar deh," Rafa sudah berdiri di depan dengan suara lantang.
"Mumpung lagi jamkos, mending kita bahas pengurus kelas gimana?" usulnya. Semua mengangguk.
"Arum, lo bisa bantuin gue buat nulis gak?"
"Boleh," jawab Arum dari bangkunya, kemudian beranjak menyusul Rafa.
"Kita mulai dari ketua kelas dulu ya. Ada yang mau nyalon?"
Aku menatap sekitar. Belum ada yang mengangkat tangan.
"Ya Reza, lo mau nyalon?" aku menoleh ke belakang dimana Reza duduk saat Rafa memanggilnya. Reza mengangkat tangan. Aku tak percaya dia akan menyalonkan diri sebagai ketua.
"Gue ga mau nyalon lah, rambut gue udah bagus." kan, sudah kubilang.
"Yee si upil bengkoang bisa aje." celetuk Fano yang disusul kekehan teman-teman lain. Reza hanya menjulurkan lidah dan menata rambutnya.
"Gue mau deh," semua perhatian beralih pada Juni.
"Gue mau nyalon jadi ketua." jelasnya.
"Gue! Gue juga!" Fano bersemangat. Beberapa yang lain ikut mengangkat tangan.
Arum menulis nama siswa yang menyalonkan diri sebagai ketua, kemudian wakil ketua.
"Lanjut. Siapa yang mau jadi sekretaris atau bendahara?" Rafa melanjutkan.
"Natha dong! Natha!" aku sontak menoleh ke belakang, lagi.
Reza tersenyum tak jelas saat aku menatapnya. Dia yang mengusulkan namaku!
"Ga! Gamau gue." tolakku cepat.
"Udah, Natha aja yang jadi sekretaris. Tulisan dia bagus." ucap Sherin yang diangguki teman lainnya.
Reza menatapku sebentar dan menunjukkan senyumnya sekali lagi saat ia beranjak keluar kelas melewati mejaku. Aku hanya merotasi retinaku, jengah.
Rapat dadakan ini selesai bersamaan dengan selesainya rapat guru. Pelajaran kembali berlangsung sepuluh menit kemudian.
⚫⚫⚫
KAMU SEDANG MEMBACA
Anemone Sparkle
Teen FictionMereka dipertemukan kembali. Rasa itu muncul tanpa diinginkan. Rasa yang ia buang jauh-jauh. Yang sesungguhnya tak benar-benar dibuang. Rasa yang sama seperti empat tahun lalu. Bahkan, sekarang semakin jelas. Mungkinkah kali ini terbalaskan? Atau...