PROLOG
Menikmati senja memang adalah hal yang sangat menarik, ditemani dengan secangkir susu coklat hangat disaat udara dingin menerpa tubuh. Jalanan terlihat begitu ramai, suara bising mesin kendaraan mulai bercengkrama dengan udara, lampu 'kota mulai menyala dan menerangi setiap celah-celah bangunan.
Aku menghirup udara sejenak dan menghembuskannya secara perlahan, dan menyadari bahwa 'inilah hidupku yang bahagia dengan hanya meminum susu coklat hangat sambil melihat pemandangan kota dari balkon samping kamarku saat akhir pekan'.
Hari ini adalah hari kebebasanku dimana aku bisa menikmatinya dengan tenang tanpa ada gangguan apapun. Duduk dengan tenang di balkon sebelah kamarku, menikmati secangkir susu coklat hangat sambil melihat langit senja dan menunggu saat-saat terjadinya sunset. Sekarang inilah hari yang paling kutunggu-tunggu dari sekian banyak hari dalam satu minggu, yakni hari minggu.
Suasana rumah sepi tak ada seorang pun kecuali diriku yang sedang menikmati hari liburku sekarang ini. Yah, Kesendirian memang sudah menjadi teman setia hidupku sejak umurku menginjak 14 tahun, sampai sekarang pun teman hidupku ini masih setia menemaniku.
Kedua orangtua-ku meninggal ketika umurku masih 12 tahun karena mengalami kecelakaan, terlalu umum bukan penyebab kematiannya? Dan sialnya, aku juga yang mengalami. Tapi disamping itu semua masih ada bibi-ku yang masih mau membiayaiku sekolah hingga aku tamat sekolah nanti.
Bibi-ku tidak bisa menampung diriku dirumah besarnya yang tentunya lebih besar dari rumahku ini, karena bibi-ku sudah mengasuh anak yang terbilang cukup banyak, dan untungnya juga aku memang tidak ada niatan untuk tinggal disana, sehingga aku tak akan kesusahan menjalani hidup seorang diri, karena ini sudah pilihanku sendiri.
* * * *
Aku melihat jam dinding yang ada didalam kamarku, tanpa kusadari aku sudah berdiam diri di balkon cukup lama, sudah waktunya aku masuk ke kamar dengan membawa masuk susu coklat-ku kedalam kamar dan menaruhnya diatas meja belajar.
Aku merebahkan diriku diatas kasur sebentar sambil mengecek ponselku yang sudah berada digenggamanku sekarang. Saat aku menyalakan ponselku, ternyata tidak ada notif yang menandakan aku harus membalasnya. Aku mulai memejamkan mataku.
Belum sempat aku masuk kedalam mimpiku, tiba-tiba
Ting. Tong. Ting. Tong...
Bel rumah berbunyi membuatku tersentak sedikit, "Siapa yang datang dihari kebebasanku ini, sungguh menyebalkan?!" Aku beranjak dari kasurku dan segera turun kebawah, bel rumah sudah berbunyi beberapa kali, "Tidak sabaran pula!"
"Iya, tunggu sebentar!" teriakku agar si tamu mau menungguku untuk membukakan pintu.
Saat kubuka pintunya ternyata si kunyuk yang datang,
"Halo, Ra! Kaget ya, aku datang kerumahmu...?? " sapanya sambil menunjukkan senyumnya yang menjengkalkan sekali menurutku, sebelum aku membalas sapaannya aku melihatnya dari atas sampai bawah.
Sejenak aku berpikir, aku heran bagaimana seorang laki-laki seperti dia begitu istimewa di mata perempuan yang ada sekolahku? Modelnya begitu urakan, tak pernah rapi, sungguh tidak enak dipandang olehku,
"Untuk apa kamu datang kemari? Ini sudah malam dan besok harus sekolah, jadi sebaiknya kamu pulang dan istirahat dirumah saja, oke?!" kataku sedikit tekanan sambil memberikan senyum paksa padanya,
"Ayolah, Ra! Biasanya aku juga kesini setiap menjelang malam dan kamu membiarkannya, tapi kenapa kamu malah mengusirku sekarang? Aku tamu, Ra! Ingat tamu harus dihargai, ya... paling tidak balas sapaanku," rayunya ditambah dengan sindiran agar aku mau menerimanya dirumah ini dan membalas sapaannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOSPHENES (RAYA'S SIDE)
Teen FictionHidup untuk akhir yang bahagia itu memang butuh perjuangan. Sebuah kebahagiaan hanya bisa diperjuangkan bukan dipaksakan. Hidup seperti sebuah puzzel yang menghilang sementara itu ternyata juga penting. -Raya- Menemukan bagian yang hilang itu, terny...