Kringgg... Kringgg...
Alarm memang adalah pengingat waktu yang terkadang mengganggu disaat-saat yang tidak tepat, belum sempat aku melanjutkan mimpiku tiba-tiba terputus karena suara alarm.
Aku segera beranjak dari tempat tidurku dan langsung menyiapkan sarapan pagi, setelah itu mandi. Aku bukanlah tipe anak yang suka terlambat jadi sebisa mungkin aku akan menjadwal hariku dengan baik. Setelah bersiap-siap aku segera turun kebawah untuk sarapan.
Hanya sepiring nasi dengan lauk rendang tanpa makanan penutup apapun, aku segera mendudukkan diriku di kursi dan memakan makanan sarapanku sampai habis. Setelah merasa kenyang, aku mencuci piring dan gelas yang kupakai tadi dan...
"Oh, ya! Bagaimana aku bisa lupa bekal makan siangku?!" rutukku dalam hati sambil menepuk dahi, aku melihat jam tanganku,
"Tidak, aku tidak bisa menyiapkannya sekarang aku harus segera berangkat ke sekolah," kataku sambil lari kecil tergesa-gesa menuju garasi rumahku, terlihat disana sepeda berwarna biru, aku segera mengeluarkannya dan tidak lupa mengunci garasi dan rumahku. Aku segera mengayuhkan sepeda biruku dengan cepat.
Jalanan terlihat begitu ramai, mengingat hari ini adalah hari awal setelah hari libur, mobil dan sepeda motor berlalu lalang kesana kemari. Sudah sekitar 15 menit yang lalu aku mengayuhkan sepedaku menuju sekolahan, hingga akhirnya terlihat disana diujung pertigaan jalanan terdapat sekolah yang begitu besar, dengan gerbang yang terbuka, itu adalah sekolahku.
Aku memarkirkan sepedaku, dan langsung menuju ke gedung dua. Gedung pertama adalah gedung khusus anak SMP dan sedangkan Gedung ketiga khusus untuk tempat-tempat keperluan sekolah.
Aku melewati lorong yang berada dilantai satu, dibagian pojok sebelah kanan itu adalah kelasku tertera disana tulisan gantung diatas pintu XI SCIENCE, disekolah ku hanya ada satu kelas disetiap jurusan, jadi tidak banyak siswa disekolahku.
Kalau boleh jujur, disekolah ini hanya anak terpilih saja yang bisa masuk disekolah ini, yah... bisa dibilang sekolah ini adalah sekolah elit, Jika dia tidak memiliki kemampuan apapun dan tidak memiliki uang untuk biaya sekolah, maka dia tidak bisa berharap masuk disekolah ini.
Aku masuk kedalam kelas dan melihat siswa yang ada di kelasku. Tiba-tiba penglihatanku berhenti tepat dikursi bagian belakang begitu ramai dikerumuni oleh para gadis kelasku maupun dari luar kelas,
Yah... betul sekali aku melihat si kunyuk satu itu sedang duduk disana dan sedang meladeni para gadis, "Bagaimana bisa aku berteman dengannya?!" sayangnya terkadang kenyataan terasa pahit, dia adalah TEMANKU sekarang.
"Sudahlah, apa hubungannya denganku? Masa bodoh dia punya fans atau tidak!" ucapku dengan nada yang hamper tidak bisa didengar, aku segera duduk ditempat bangkuku dan mengatur nafas karena kelelahan.
Pukul 07.30 WIB, apel akan segera dimulai aku bergegas ke lapangan sekolah. Dan saat aku hendak keluar dari kelas, tiba-tiba ada yang memegang pundakku dari belakang,
"Hai! Boleh aku ikut?" kata anak itu,
"I-iya," jawabku dengan nada bingung,
"Terima kasih," ucapnya sambil tersenyum ramah kepadaku,
Aku tidak pernah melihat gadis ini, apa dia anak baru? Kenapa aku seperti tidak pernah melihatnya? Atau aku yang memang tidak pernah memperhatikannya?
"Kamu anak baru?" tanyaku tanpa menoleh kearahnya,
"Iya," jawabnya dengan senyum yang masih melekat diwajahnya,
Aku melihat sekitarku, semua mengalihkan pandangan mereka ke arahku. Tunggu, tidak tidak, bukan ke arahku, tapi ke arah sampingku,
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOSPHENES (RAYA'S SIDE)
Teen FictionHidup untuk akhir yang bahagia itu memang butuh perjuangan. Sebuah kebahagiaan hanya bisa diperjuangkan bukan dipaksakan. Hidup seperti sebuah puzzel yang menghilang sementara itu ternyata juga penting. -Raya- Menemukan bagian yang hilang itu, terny...