Hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan Ujian Akhir Semester, rasanya cepat sekali setelah ini aku akan naik kelas tiga. Aku harus melakukan yang terbaik, aku mengerjakan soal dengan tenang begitu juga dengan siswa lainnya.
Kringg... Kringg... kringg...
Bel pulang akhirnya mengisi sela-sela udara didalam kelas kami, semua siswa bernapas lega terutama siswa kelas tiga. Aku melihat diluar jendela ada kak Ro yang sedang mengintip dalam kelasku, semua anak perempuan dikelasku bertieriak histeris saat mendapati kak Ro yang sedang mingintip kedalam kelas kami.
Kak Ro melihat ke arahku, tapi aku hanya membalasnya dengan tersenyum sambil menganggukkan kepala sedikit kemudian kembali menatap mejaku. "Haduhh... kenapa harus melihatku???" geruruku dalam hati, semua menjadi memperhatikanku karena kak Ro yang melihat ke arahku. Tapi untungnya tak lama kemudian ada bu Kiara masuk kedalam kelas,
"Ro! Ngapain kamu intip-intip?!" teriak bu Kiara yang sedang memergoki kak Ro yang tengah mengintip. Kak Ro yang merasa sedang dipanggil, dia hanya tersenyum kikuk. Aku tertawa dalam hati, ada-ada saja.
"Baik, anak-anak! Bagaimana dengan ujiannya?" Tanya bu Kiara, anak-anak langsung saling sahut menyahut menjawab pertanyaan bu Kiara, bu Kiara yang mendengar keluhan anak-anak hanya tersenyum,
"Sudah, sudah. Seperti acara kegiatan angkatan tahun lalu, besok hari kamis akan ada Summer Camp, persiapkan diri kalian baik-baik jangan sampai sakit karena ini termasuk salah satu kegiatan yang bersifat wajib." Semua anak langsung ramai,
"Bagi kalian yang tidak mengikutinya, nanti akan ada sanksi tersendiri. Baiklah, ibu kira hanya itu saja yang ingin ibu sampaikan. Apakah ada pertanyaan?" Tanya bu Kiara,
"Bu, berapa hari Summer Camp-nya?" Tanya dari salah satu anak,
"Empat hari," jawab bu Kiara. Semua anak berteriak senang mendengarnya tak terkecuali denganku,
"Sudahkah, tidak ada pertanyaan lagi? Oh ya, jangan lupa bawa slayer kain warna abu-abu ya!" Tegas bu Kiara,
"Iya, bu!" Sahut kami serempak.
"Yah sudah." Bu Kiara meninggalkan kelas, semua anak berlarian mencari teman satu kamar nanti saat Summer Camp.
"Ra!" panggil Zizi,
"Hm?" sahutku,
"Kita cuman berdua?" Tanya Zizi,
"Iya, lalu mau berapa anak? Kita perempuan, satu kamar untuk dua orang saja," jawabku sambil tertawa,
"Mmm... aku kan tiadak tahu," protes Zizi,
"Iya-iya, Zi." Aku melihat Kiki,
"Kamu akan sekamar dengan siapa, Ki?" tanyaku pada Kiki yang sepertinya dia tenang-tenang saja,
"Dengan mereka," jawab Kiki sambil melihat kea rah kawan-kawan Alfa.
Hampir saja aku lupa, bagaimana kabar Alfa dan Asta melihat mereka yang tidak saling memandang satu sama lain tidak saling sapa, membuatku merasa bersalah saja setiap hari. "Masa iya aku kasih gantungan satu lagi ke Asta, kan gak mungkin," batinku sambil menimbang-nimbang.
Aku mendengus kesal, tidak segaja saat aku hendak menghadap ke arah bangkuku tatapan Dinda tiba-tiba saja seperti ingin mencekik leherku. Aku tidak tahu harus melakukan apa? Lagipula ada-ada saja mereka berdua ini.
Aku berdiri kemudian pergi menghampiri Alfa dan kawan-kawannya, tidak memperdulikan panggilan Zizi, "Ra! Mau kemana?" aku tetap melanjutkan langkahku hingga sampailah aku dihadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOSPHENES (RAYA'S SIDE)
Teen FictionHidup untuk akhir yang bahagia itu memang butuh perjuangan. Sebuah kebahagiaan hanya bisa diperjuangkan bukan dipaksakan. Hidup seperti sebuah puzzel yang menghilang sementara itu ternyata juga penting. -Raya- Menemukan bagian yang hilang itu, terny...