5

10 3 0
                                    


Setelah menghabiskan sarapanku, aku segera mengambil tas biru-ku dan pergi mengunci rumah. Aku mengambil sepeda biru-ku didalam garasi dan menutup gerbangnya kemudian. Aku mengayuh sepeda biru-ku pelan-pelan tapi pasti.

Aku menikmati perjalanan pagiku dengan tenang, karena masih pagi-pagi sekali jadi belum banyak kendaraan yang berlalu lalang, aku bisa merasakan udara pagi yang belum tercemar oleh asap-asap kendaraan.

Tin. Tin...

Tiba-tiba ada suara bel sepeda motor mengagetkan dari belakangku yang membuatku harus menge-rem mendadak, "Siapa sih ini, yang nge-bel nge-bel gak jelas?! Orang aku juga gak nutupi jalan sama sekali, ngapain nge-bel?! Lagian kan masih ada jalan lebar disini!" protesku dalam hati. Aku menolehkan kepalaku ke arah sumber suara bel tadi, dibelakangku.

"Kiki! Ngapain sih nge-bel nge-bel?! Kan aku jadi kaget!" teriakku dengan wajah kesal,

"Gakpapa, heheheheeee..." jawabnya dengan cengiran lebarnya,

"Aissshh... kamu ini ya kebiasaan jelek tau gak sih?!"

"Enggak," sahutnya dengan wajah tanpa berdosa. Sungguh rasanya ingin menonjok muka-nya yang bikin kesal daritadi,

"Tauk!" Aku tidak ingin meneruskan emosiku lagi, bisa-bisa nanti gak selesai-selesai emosiku, aku kembali mengayuhkan sepeda biru-ku kali ini dengan kecepatan tinggi.

Aku memarkirkan sepeda-ku dan turun dari sepeda biru-ku. Setelah sampai di kelas aku segera mendudukkan diriku dikursi, aku membuka resleting tas biru-ku dan mengambil buku novel yang aku bawa tadi. Jika sudah pegang novel kesukaanku sudah pasti aku tidak bisa diganggu, kecuali jika bel masuk kelas berbunyi.

"Ra!" panggil Zizi,

"Hm," jawabku yang masih focus dengan bacaanku,

"Anterin aku ke kantin, yuk!" Ajaknya,

Mungkin yang satu ini juga jadi pengecualianku, "Sebentar, tinggal satu paragraf lagi" ujarku,

"Coba lihat!" pintanya, aku memperlihatkan paragraf yang ada di bawah sendiri,

"Ya Ampun, Raa...! Ini ada 5 baris, keburu bel masuk nanti! Kamu gak kasihan sama aku? Aku belum makan lo dari tadi pagi," protesnya dengan wajah cemberut. Tanpa dia sadari semua mata yang ada dikelas beralih menatap ke arahku dan Zizi,

"Haduhh... iya-iya, jangan keras-keras Zii... dilihatin anak-anak lo!" sahutku sambil menatapnya dengan kesal.

Aku menutup buku novelku dan membawanya, setelah sampai dikantin aku akan melanjutkannya,

"Eiitttsss...!" cegah Zizi tiba-tiba,

"Ada apa lagi?" tanyaku,

"Ra, aku mau makan plus ngobrol sama kamu... gak sama novel kamu juga..." lagi-lagi dia protes, memang banyak maunya,

"Kan kalau makan gak boleh sambil ngobrol, jadi aku bawa novelku terus aku baca waktu kamu makan daripada ngeliatin kamu makan kan nggak enak," ucapku,

"TARUH NGGAK?!!!" paksanya,

"Hmmm... Iya-iyaa..." akhirnya aku mengalah, aku menaruh buku novelku diatas meja.

* * * *

Sekitar 15 menit kami berada di kantin,

Tringgg...

Bel masuk pun akhirnya berbunyi, aku dan Zizi segera pergi ke lapangan untuk melaksanakan apel pagi.

PHOSPHENES (RAYA'S SIDE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang