-Kamar Alfa-
#setidaknya seperti ini,
Aku masuk ke dalam kamar Alfa, aku tadi mengikutinya dari belakang. Bisa dibilang cukup rapi untuk ukuran kamar laki-laki, dengan nuansa abu-abu menjadikan ruangan serasa lebih dingin dan tenang. Saat aku melihat-lihat foto-foto yang terpajang rapih di atas meja,
"Bukankah aku sudah memintamu dengan baik untuk tidak masuk ke dalam rumahku!!" ucapnya pelan tapi penuh dengan penekanan, matanya melihatku dengan tajam lantas aku hanya menunduk,
"A-aku hanya ingin mengembalikan kunci-mu," sahutku dengan tergagap,
"Lihat sekarang! Gara-gara kecerobohanmu sendiri kamu jadi masuk dalam masalah ini!" sepertinya dia mulai marah denganku, saat dia mengucakan kalimat tadi rasanya aku ingin menangis,
"Lalu aku harus bagaiamana sekarang?!!" tanyaku pelan masih sambil menunduk, aku mengepalkan tanganku kuat-kuat dan mencoba untuk berani memandang Alfa,
"IYA, AKU SUDAH MASUK KE DALAM MASALAH INI, LALU AKU HARUS BAGAIMANA?!! AKU SUDAH BILANG, AKU HANYA INGIN MENGEMBALIKAN KUNCI-MU!! MANA AKU TAU KALAU KAMU SEDANG DALAM MASALAH SEPERTI INI DENGAN KAKAKMU!!" aku menangis, aku mengucapkannya dengan nada tinggi, aku meluapkannya,
"INI MEMANG SUDAH TERLANJUR DAN TIDAK ADA JALAN KELUAR!!!" amarah Alfa semakin memuncak setelah melihatku menangis dan berteriak tadi, dia mengacak-acak rambutnya frustasi, bingung apa yang harus dia lakukan.
Aku mendekatinya perlahan, memegang pundaknya saat ia mulai menunduk. Aku merasakan badannya gemetar, aku menarik wajahnya dan memaksanya agar menghadap ke arahku. Benar saja badannya gemetar, ternyata dia menangis. Aku baru kali ini melihatnya menangis.
Melihatnya yang seperti ini rasanya aku ingin jatuh sekarang, kakiku sudah lemas. Tetapi aku harus kuat disaat-saat seperti ini, jika aku lemah siapa yang akan menyanggahnya? Aku mencoba menariknya mendekatiku kemudian memeluknya. Aku mengelus punggungnya pelan-pelan dan berkata dalam hati, "Tidak, tidak, aku tidak bisa membiarkannya seperti ini. Aku akan menggenggamnya, dia terlalu berharga untuk dilepas. Aku akan merengkuhnya saat dia lemah dan aku akan jadi penguatnya. Aku akan rela kebahagiaanku diambil olehnya untuk mengobati lukanya yang pernah lumpuh dimasa lalu."
Alfa masih menangis didalam pelukanku, aku membuka pelukanku dan mengangkat wajahnya. Aku mencoba untuk tersenyum agar dia merasa sedikit terhibur, aku mengusap air matanya yang masih berjatuhan,
"Aku minta maaf, Al. Aku minta maaf, karena sudah ceroboh tadi." Aku mengucapkannya dengan tulus kepadanya,
"Tidak, ra. Tapi memang ini sudah keputusannya," ucap Alfa yang sudah berhenti menangis,
"Pulanglah..., kamu tidak bisa disini lama-lama. Kalau kamu masih disini, maka kakak akan terus mencampuri urusan hidupmu," suruhnya,
"M-maksudmu mencampuri urusan hidupku???" tanyaku tidak mengerti apa yang dia jelaskan,
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOSPHENES (RAYA'S SIDE)
Teen FictionHidup untuk akhir yang bahagia itu memang butuh perjuangan. Sebuah kebahagiaan hanya bisa diperjuangkan bukan dipaksakan. Hidup seperti sebuah puzzel yang menghilang sementara itu ternyata juga penting. -Raya- Menemukan bagian yang hilang itu, terny...